MPA,SAWAHLUNTO — Kota Tua
Eksotik Sawahlunto benar-benar bersahabat dengan pebalap Daniel Whitehouse
karena mampu lolos dari jebakan dua pebalap Iran, sehingga bisa meraih podium
pertama Tour de Singkarak 2017 yang finis di Lapangan Segitiga Sawahlunto,
Minggu (19/11/2017).
Pebalap TDS dengan
nomor start 115 ini membutuhkan waktu 04:03:03 untuk menempuh jarak 156 km dari
Pantai Carocok, Painan, Pesisir Selatan. Lamanya perjalanan tersebut karena
banyak tantangan yang dihadapi selama perjalanan yang sempat diguyur hujan ini.
Bahkan
sebelum masuk finis sempat terjadi gesekan antara dua pebalap Iran yaitu Kholil
Khorshid dan Ghader Mizbani yang akhirnya hanya finis diurutan kedua dan
ketiga. Kondisi tersebut ternyata sangat menguntungkan Daniel Whitehouse, yang
sejak awal bersaing ketat di rombongan depan.
"Hasil
yang luar biasa di balapan kali ini. Saya akui etape ini tidak mudah, karena
lintasan cukup menantang. Ini adalah modal saya untuk menghadapi
balapan-balapan berikutnya," ujar Daniel Whitehouse usai perlombaan.
Gubernur
Sumatera Barat, Irwan Prayitno yang turut hadir di finish etape II TDS ini dan berharap
agar para pebalap mendapat kesan menarik selama berada di Kota Sawahlunto.
“Para pebalap tidak hanya istirahat, juga menikmati obyek wisata heritage di
Kota Sawahlunto. Bisa mendapat kesan menarik selama di sini,” harap Gubernur
Irwan Prayitno.
Hasil di
etape dua ini mampu mengubah posisi klasemen sementara balapan yang didukung
penuh oleh Kementerian Pariwisata itu karena juara etape pertama yaitu Robert
Muller harus terlempar dari posisi sepuluh besar tercepat. Yellow jersey tanda
pimpinan perlombaan harus berpindah ke pebalap lain.
Meski hanya
finis diurutan ketiga, Ghader Mizbani dari Tabriz Shahrdary Team mampu
mengambil alih yellow jersey dari Robert Muller setelah dua hari pelaksanaan
kejuaraan yang masuk kalender UCI level 2.2 ini dengan membukukan total catatan
waktu 06:36:03.
Untuk Daniel
Whitehouse yang menjuarai etape kedua menyodok di posisi dua klasemen umum.
Selain itu juara Tour de Flores 2016 ini sukses mengamankan green
jersey setelah mampu mengumpulkan 20 poin. Dibelakangnya ada Aiman
Cahyadi dari Sapura Cycling Team dengan 19 poin.
Sedangkan
untuk posisi raja tanjakan (polkadot jersey) sementara dipegang oleh rekan satu
tim Ghader Mizbani dari Tabriz Shahrdary Team Khalil Khorshid dengan
mengumpulkan 15 poin disusul Ghader diposisi dua dengan 12 poin.
Selain tiga
jersey tersebut ada lagi penghargaan khusus untuk pebalap Indonesia yaitu red
white jersey. Hingga etape kedua kejuaraan bergengsi ini masih dipegang oleh
pebalap muda, Jamal Hibatulloh dari KFC Cycling Indonesia dengan waktu
06:43:36. Disusul Aiman Cahyadi dengan waktu 06:45:26.
"Hari
ini cukup berat. Tapi akhirnya bisa finis. Balapan disini memang luar biasa.
Banyak tanjakan," kata Aiman Cahyadi saat dikonfirmasi usai perlombaan.
Setelah
menyelesaikan etape bersejarah ini, semua peserta akan melanjutkan balapan
etape ketiga dari Muaro Sijunjung menuju Dharmasraya. Lintasan yang akan
dilalui berbeda dengan etape sebelumnya karena banyak didominasi lintasan
datar.
Kota Tua
Sawahlunto Semakin Dikenal Dunia
TdS selain
sebagai ajang perlombaan juga dijadikan media promosi pariwisata di Sumatera
Barat. Dalam setiap etape banyak lokasi wisata yang dilalui. Khusus etape dua
dimulai dari Pantai Carocok yang sudah dikenal keindahannya. Selain ini balapan
melalui Pelabuhan Teluk Bayur yang sudah termasyur sejak lama.
Setelah
pantai, semua pebalap dan pendukung disuguhkan dengan keindahan Kota Tua
Sawahlunto yang sejak jaman Belanda dikenal dengan daerah penghasil batu bara
terbaik di Indonesia. Bahkan, sisa-sisa jaman manusia rantai masih terlihat
jelas berikut dengan lubang-lubang gua bekas penambangan jaman kolonial
Belanda.
Menteri
Pariwisata RI, Arief Yahya mengatakan, Kota Tua Sawahlunto punya daya tarik
pariwisata yang kuat. Sebagai kota tambang tertua di Indonesia banyak
meninggalkan bangunanHeritage yang bernilai sejarah tinggi.
“Nilai
sejarahnya cukup tinggi sebagai daya tarik wisatawan. 60 persen wisman ke
Indonesia karena culture atau ingin merasakan atmosfer budaya atau sejarah
setempat. Sisanya, 35 persen faktor alam ataunature, dan 5 persenman made, atau
wisata yang di-create orang, seperti sport event, MICE, show music dan
lainnya,” ungkap Menpar Arief Yahya.
Menpar
berharap melalui event TDS ini Kota Tua Sawahlunto bisa lebih dikenal dunia dan
bisa menarik lebih banyak wisatawan datang merasakan atmosfer sejarah kota
Sawahlunto yang dikenal sebagai “little dutch” atau Belanda kecil ini. (*)