-->

Latest Post

MPA, PADANG - Tokoh muda Minang, Andre Rosiade terus bersuara soal wacana PT Semen Padang jadi unit produksi PT Semen Indonesia. Sebelumnya, Andre juga sudah menyurati presiden secara terbuka dan langsung mendapat respon publik.

Bahkan, di Indarung, pusat PT Semen Padang, anak nagari dan ninik mamak tempat pabrik dan kantor perusahaan semen tertua di Indonesia itu sudah muncul bersuara. Mereka dengan tegas menolak upaya tersebut, bahkan menyuarakan ke Jakarta agar Semen Padang dilepaskan dari PT Semen  Indonesia dan berdiri sendiri sebagai BUMN.

Andre sendiri, melihat wacana ini ada pergeseran pemahaman dari manajemen PT Semen Indonesia dari awal terbentuk hingga belakangan membuka wacana menjadikan anak-anak perusahaannya sebagai unit produksi saja. Selain itu, upaya ini seperti menutup ketidakmampuan manajemen PT Semen  Indonesia bergerak sebagai holding hingga menyebabkan nilai usaha bisnis yang mereka kelola turun dibanding tahun sebelumnya.

Berikut, surat terbuka Andre Rosiade tersebut yang mengurai secara detail: 

Assalamualaikum wr wb ibu Rini Menteri BUMN yang kami hormati, izinkan kami Andre Rosiade Ketua Harian DPP Ikatan Keluarga Minang yang beberapa hari yang lalu mengirimkan surat terbuka yang dikirimkan kepada Presiden Jokowi tentang pengkerdilan PT Semen Padang dan hilangnya spin off PT Semen Padang.

Bu Menteri yang kami hormati. Surat kami ini telah mendapatkan reaksi dari seluruh masyarakat Sumatera Barat dan karyawan PT Semen Padang.  Disamping itu Serikat Karyawan Semen Tonasa juga telah menyampaikan aspirasi menolak likuidasi direktorat Komersial dari opco ke holding dan meminta agar Dirut dan jajaran Direksi  PT Semen Indonesia memahami blue print PT Semen Indonesia sebagai holding company yang telah ditetapkan tahun 2012 lalu. 

Dimana telah dipisahkan fungsi PT Semen Indonesia selaku strategic holding dan PT Semen Padang,  PT Semen Gresik dan PT Semen Tonasa selaku operating company.  Kebijakan melikuidasi direktorat komersial dan kemudian menyusul direktorat keuangan akan menjadikan PT Semen Padang selaku opco hanya sebagai unit produksi,  dan tidak lagi merupakan sebuah korporasi.

Disamping itu pemangkasan anggaran CSR PT Semen Padang utk tahun 2018, yang jauh dibawah anggaran tahun 2017 juga akan berdampak bagi masyarakat sekitar.  Perlu diketahui bahwa bagi masyarakat Sumatera Barat dan Lubuk Kilangan,  PT Semen Padang adalah satu2nya industri besar. Kebanggaan masyarakat yang lahir dan tumbuh atas peran masyarakat dan ninik mamak,  melalui penyerahan tanah ulayat utk dimanfaatkan oleh perusahaan. Tidak ada transaksi jual beli terhadap pemanfaatan tanah ulayat ini,  sebagaimana PT Semen Gresik di Gresik maupun di Tuban. Jika manfaat sudah selesai,  tanah kembali lagi ke masyarakat.  Saat ini masyarakat Lubuk Kilangan telah menjadi resah oleh kebijakan Direksi PT Semen Indonesia. Ninik mamak dan masyarakat telah membahas kebijakan2 yg mengabaikan kesejahteraan masyarakat lingkungan.  Adalah wajar bagi PT Semen Padang memberikan anggaran CSR yang cukup utk kesejahteraan masyarakat di Nagari,  karena tanah diambil secara cuma2, tidak dibeli diserahkan begitu saja.  Pemotongan anggaran CSR ini telah melukai hati masyarakat Lubuk Kilangan.  Tanah ulayat nagari Lubuk Kilangan diserahkan ke PT Semen Padang,  bukan ke PT Semen Indonesia. 

Dirut dan jajaran Direksi PT. Semen Indonesia harus tahu hal ini sebelum membuat kebijakan2. Untuk itu kami meminta kepada ibu Menteri  agar memerintahkan Dirut meninjau ulang kembali kebijakan ini sebelum ninik mamak dan masyarakat menarik kembali penyerahan penggunaan ulayat mereka ini.

Bu Menteri yang kami hormati. Setelah membaca laporan kinerja PT Semen Indonesia untuk tahun 2017, yang anjlok tidak sampai 2 T,  dibandingkan tahun 2016 sekitar 6 T dan penurunan EBITDA menjadi 19% dibandingkan 40 % ditahun 2012 adalah sangat memprihatinkan.  Kondisi pasar yang over supply dijadikan salah satu penyebab penurunan kinerja ini. 

Program2 efisiensi operasional perusahaan telah berhasil dijalankan dengan baik oleh dirut PT Semen Indonesia sebelumnya,  Rizkan Chandra (alm).  Sampai saat ini PT Semen Indonesia masih menguasai market share 40%, turun dibandingkan pada 5 tahun lalu.  Dalam kondisi pasar yang over supply 30% dari demand dan banyaknya pesaing baru adalah sebuah prestasi yang cukup perlu diapresiasi.  Semua ini diperoleh berkat kerja seluruh opco dibawah koordinasi PT Semen Indonesia selaku holding company selama ini.  Kebijakan Hendi Priyo Santoso selaku pengganti Rizkan dan jajaran Direksi lainnya,  dengan melikuidasi direktorat komersial ke PT Semen Indonesia, sebuah kebijakan yang dilakukan tanpa melalui sebuah kajian yang matang, dikhawatirkan akan mengakibatkan penurunan kinerja PTSI dimasa yang akan datang.

Disamping itu kebijakan ini tidak sejalan dengan semangat sinergi yang menjadi kekuatan PT Semen Indonesia selama ini.  Jajaran Direksi PT Semen Indonesia dalam membuat kebijakan berstandar ganda.  Sebagai pimpinan seharusnya memberikan contoh kepada seluruh karyawan di SI.  Kepada karyawan diterapkan pemotongan upah lembur dan pengurangan pengawai kontrak,   biaya perjalanan dinas,  biaya kesehatan,  tpe dll,  tetapi disisi lain,  patut di duga Direksi PT. Semen Indonesia menghambur2kan uang melalui pembelian Gedung untuk kantor pusat di Jakarta sebesar 375 M. Bahkan info dari karyawan ada rencana pembelian mobil mewah untuk kendaraan Dinas Dirut, jauh di atas Kijang Innova yang biasa ibu Menteri gunakan dalam kegiatan operasional Kementrian, bahkan di atas mobil Presiden Jokowi sekali pun.

Pemindahan kantor pusat ke Jakarta sangat berlawanan dengan semangat efisiensi yang harus dibangun.  Berapa banyak karyawan yang harus pindah ke Jakarta,  baik yg dari Padang,  Gresik,  Makasar? Sejauh mana manfaatnya utk perbaikan kinerja perusahaan?  Suatu cost yang sangat besar yang harus dikeluarkan.  Disamping itu proses pembelian gedung yang sangat cepat ini perlu dicek proses pengadaan termasuk appraisalnya. Dirut juga telah mengecilkan keberadaan karyawan2 di PT SI,  dimana sehari2 Dirut merekrut ajudan,  sekretaris,  sopir dari eksternal.  Apakah tidak ada karyawan SI yang mampu utk tugas2 tsb?

Sebuah pemborosan yang tidak perlu. Didapat kabar juga bahwa utk karyawan setingkat GM,  Direksi PT. Semen Indonesia akan menghire profesional dari luar,  disisi lain banyak karyawan2 senior yang tidak mendapat job karena perampingan organisasi yang dilakukannya.

Seharusnya dengan kondisi persaingan pasar yang sangat ketat pada saat ini,  direksi PT Semen Indonesia menjalankan program2 efisiensi dg memberikan contoh ke seluruh karyawan,  menghilangkan praktek2 kolusi dalam pengadaan batubara dan lain2.

Bu Menteri, kami ingin juga menyampaikan keresahan Karyawan di lingkup Holding PT. Semen Indonesia yang prihatin atas berbagai kebijakan Jajaran Direksi PT Semen Indonesia yaitu menghentikan proyek pembangunan Semen Indonesia Aceh di Aceh dan Semen Indonesia Kupang di Kupang.  Kedua proyek tersebut sudah disetujui sebelumnya oleh pemegang saham,  dalam hal ini pemerintah Indonesia melalui kementerian BUMN.  Tanpa alasan yang kuat,  lebih hanya disebabkan oleh kondisi pasar semen yang over supply,  tanpa mereview FS sebelumnya,  Direksi tiba2 menghentikan kedua proyek strategis tsb.  Kedua proyek ini merupakan janji kampanye Jokowi-Jk kepada rakyat Aceh dan NTT dan telah sesuai dengan rencana pengembangan perusahaan. 

Dalam proyek di Aceh telah lebih 200 milyar uang dikucurkan dan begitu juga di proyek Kupang sudah cukup banyak uang yang dikeluarkan. Penghentian kedua proyek secara tiba2 oleh Direksi,  saat Dirut belum 1 bulan menjabat sebagai Direktur Utama PTSI ini telah menimbulkan kekecewaan masyarakat dikedua daerah tsb.  Seharusnya Dirut dan jajaran Direksi mempelajari secara komprehensif kedua proyek tsb, mencarikan jalan keluar terhadap semua masalah yg muncul dan selanjutnya menyerahkan pengambilan keputusan kepada pemegang saham melalui RUPS.

  Lebih parahnya setelah kegiatan proyek dihentikan,  Direksi juga menyetop semua anggaran sehingga karyawan2 proyek Semen Indonesia Aceh sampai saat ini sudah lebih 3 bulan TIDAK DIBAYARKAN GAJINYA. Kami  menilai bahwa Direksi tidak memahami Semen Indonesia secara menyeluruh tetapi telah berani mengambil keputusan2 strategis yang dapat merugikan perusahaan.  Apakah ini ada kesengajaan untuk melemahkan PT Semen Indonesia dan memberikan peluang kepada asing untuk masuk? 

Bu Menteri yang kami hormati, saudara Dirut sebagai orang baru di PT Semen Indonesia juga tidak menunjukkan keseriusan dalam menjalankan amanah pemegang saham.  Sudah lebih 3 bulan menjabat,  kami mendengar bahwa Dirut belum pernah sama sekali mengunjungi masing2 opco,  baik ke Padang, Pangkep maupun Tuban dan Rembang.  Dirut belum pernah melihat dan mendengar secara langsung masalah di masing2 opco.  Sementara keluar negeri sudah sering.  Masalah kekosongan manajemen di Padang yaitu Komisaris Utama yang sudah kosong selama 9 bulan ditinggal oleh Saldi Isra yang menjadi hakim MK, kekosongan Direktur Utama selama 3 bulan lebih setelah ditinggal oleh Benny Wendry dan juga Direktur Komersial PT Semen Tonasa belum juga diisi. 

Proyek Semen Indonesia di Rembang yang dibatalkan izinnya oleh MA sampai saat ini masih belum terselesaikan.  Sehingga investasi yang telah ditanamkan senilai 6 Triliun terancam akan sia2. Direksi tidak tahu prioritas yang harus diselesaikan.
Untuk itu kami meminta agar bu Rini sebagai  BUMN menegur dan mengevaluasi posisi Dirut dan jajaran Direksi PT Semen Indonesia,  sebelum kerugian negara lebih banyak ditimbulkan.

Kami masyarakat Minang mempunyai 83 orang anggota DPR RI dari berbagai Partai dan Daerah Pemilihan di seluruh Indonesia. Seandainya tidak ada respon terhadap aspirasi kami ini, kami akan mendorong dibentuknya PANSUS Semen Indonesia di DPR RI (*)
























Sumber: Haluan


MPA,PADANG  – Dalam rangka menyambut malam pergantin tahun, pemuda pancasila (PP) PAC kecamatan pauh yang di ketuai oleh Janualfri, meskipun cuaca kurang bersahabat tetap menyambangi undangan Tabligh Akbar yang diadakan oleh masyarakat di Masjid Nurul Islam Limau manis Selatan kecamatan pauh kota padang, pada Minggu malam,”31/12/2017.

Malam hari yang awalnya mendung kelabu sontak berubah menjadi “cerah” ketika anggota PP PAC Pauh tiba dilokasi, tak lama kemudian terdengar lantunan ayat-ayat suci Al Quran dan takbir yang bergema.Begitulah suasananya ketika sejumlah mubalig, kiai, ustad dan warga masyarakat meramaikan acara tabligh akbar di Masjid Nurul Islam Limau manis,    
         
Saat awak media MPA menyambangi salah satu warga peserta tablig akbar, ia menjelaskan bahwa acara kali ini berlangsung sangat meriah,karena didatangi oleh anggota PP-PAC, meskipun cuaca kurang bersahat, PP tetap memenuhi undangan panitia,"ujar warga yang namanya tidak mau disebutkan.

Dilain sisi,ketua PP-PAC kecamatan pauh Janualfri mengucapkan terimakasih pada panitia penyelenggara yang telah mengundang anggota PP untuk memeriahkan  pergantian tahun baru denga acaraTabligh Akbar.Ia juga berharap semoga dengan adanya acara ini setidaknya bisa memper erat silaturahmi antara PP-PAC dengan masyarakat setempat.

Kegiatan tablig akbar ini selain di isi dengan sosialisasi antara pemuda pancasila dengan masyarakat, juga memperdalam ilmu agama serta siraman rohani dan Zikir bersama.(Thesya)

"Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel," Soekarno, 1962.

Dukungan Presiden Republik Indonesia pertama, Ir Soekarno, terhadap kemerdekaan Palestina tak terbantahkan dan selalu konsisten. Bukan sekadar lewat kata-kata, tapi juga dibuktikan melalui tindakan nyata. Meskipun Bung Karno belum pernah menjejakkan kaki di tanah Palestina, namun jejak dukungan Sang Proklamator Indonesia untuk kemerdekaan Palestina telah terpatri dalam catatan sejarah.

Dukungan pemerintah Indonesia, yang digaungkan Bung Karno, terhadap kemerdekaan Palestina tak lepas dari sokongan yang diberikan pemerintah dan rakyat Palestina terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia. 

Bahkan setahun sebelum Indonesia merdeka, pada 6 September 1944 mufti besar Palestina, Syekh Muhammad Amin Al-Husaini memberikan dukungan secara terbuka bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Berdasarkan buku Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri karya M Zein Hassan Lc Lt, sejak dukungan yang disampai secara terbuka melalui siaran radio Syekh Muhammad Amin Al-Hussaini, jalanan di Palestina dipenuhi gelombang aksi solidaritas dan dukungan kepada Indonesia oleh masyarakat Timur Tengah. 

"Terimalah kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia," kata saudagar kaya Palestina, Muhammad Ali Taher saat membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia pada 1944.

Setelah merdeka, saat Indonesia membutuhkan pengakuan sebagai negara berdaulat, lagi-lagi rakyat Palestina bergerak, mendorong Mesir mengakui Indonesia. Pengakuan kedaualatan dari Mesir dan Palestina pada 1947 itu merupakan buah diplomasi H Agus Salim melalui jaringan Ikhwanul Muslimin, yang berbasis di Palestina.

Setelah merdeka, Indonesia di bawah Presiden Sukarno juga mendukung rakyat Palestina untuk mendapatkan kemerdekaan dari penjajahan Israel. Indonesia tak pernah mau mengakui negara Israel yang diproklamasikan oleh David Ben-Gurion pada 14 Mei 1948, karena merampas tanah rakyat Palestina. Itulah sebabnya sejak zaman Bung Karno Indonesia tak pernah membuka hubungan diplomatik dengan Israel.

Ketika Indonesia benar-benar mendapatkan kedaulatannya secara penuh pada 1949, barulah negara-negara lain di dunia ikut memberikan pengakuan, bahkan termasuk Israel. 

Ya’acov Shimoni, Kepala divisi Asia pada 5 Desember 1949 mengusulkan dibukanya kantor konsulat Israel di Indonesia. Untuk itu, Presiden Israel Chaim Weizmann (1874 –1952) dan Perdana Menteri Ben Gurion menulis surat kepada Sukarno yang berisi ucapan selamat. 

Selanjutnya, Menteri Luar Negeri Israel saat itu, Moshe Sharett pada Januari 1950 juga mengirim telegram kepada Mohammad Hatta yang berisi pengakuan penuh Israel terhadap kedaulatan Indonesia. Namun, Bung Karno tidak pernah menanggapi telegram dari Israel tersebut dan hanya Mohammad Hatta yang menanggapi hanya dengan ucapan terima kasih tanpa menawarkan hubungan diplomatik. 

Namun, Israel tetap tidak menyerah dan berbagai upaya dilakukan untuk membuka celah hubungan dengan pemerintah Indonesia. Pada awal 1950, Sharett kembali menulis surat kepada Hatta mengenai rencana pengiriman misi muhibah ke Indonesia. Kembali lagi, Hatta atas nama pemerintah Indonesia membalas surat tertanggal 6 Mei 1950 yang berisi agar misi tersebut ditunda tanpa memberikan batas waktunya.

Bahkan pada akhir 1950, ketika pengusaha besar Israel RP Goldman melakukan kunjungan ke beberapa negara Asia, termasuk Indonesia untuk meningkatkan hubungan ekonomi dan perdagangan. Namun, delegasi bisnis Israel tersebut tidak mendapat respons positif dari Soekarno.



Dukungan Bung Karno terhadap Palestina ditunjukkan saat mulai menggagas Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 1953. Indonesia dan Pakistan menolak keras diikutsertakannya Israel dalam konferensi tersebut. 


Israel yang didirikan atas bantuan Inggris dinilai bentuk nyata kolonialisme baru yang mengancam perdamaian dunia.

Sebaliknya, saat penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 1955, Soekarno mengundang Palestina meskipun saat itu belum diakui sebagai negara merdeka. Mufti besar Palestina, Syekh Muhammad Amin Al-Husaini datang dan mewakili kepentingan Palestina. 

Dalam pidato pembukaan KAA, Sukarno secara lantang memberikan dukungan kepada negara-negara yang masih mengalami penjajahan. "Kolonialisme belum mati, hanya berubah bentuknya. Neokolonialisme itu ada di berbagai penjuru bumi, seperti Vietnam, Palestina, Aljazair, dan seterusnya," kata Soekarno.  

Semangat Bandung yang menyuarakan anti imperialisme dan kolonialisme bergaung hingga di negeri Palestina. Pidato pembukaan Sukarno di KAA juga menginspirasi tokoh perjuangan kemerdekaan Yasser Arafat yang lahir pada tanggal 24 Agustus 1929 atau saat itu berusia berusia 34 tahun. Pidato tersebut juga menjadi dukungan moril bagi ribuan pejuang kemerdekaan Palestina lainnya. 

Demi Palestina, Piala Dunia Dilepas

Pasca-KAA, solidaritas bangsa-bangsa Asia-Afrika menguat dan semangat antikolonialisme makin membara di dada rakyat kedua benua. Soekarno pun makin keras mendukung perjuangan kemerdekaan rakyat Palestina. Sikap keras Bung Karno juga ditunjukkan melalui tim sepak bola nasional (Timnas) Indonesia. 

Pada 1957, Timnas Indonesia juara Grup 1 zona Asia setelah di laga akhir menaklukkan China. Tim asuhan Antony Pocganick pada putaran kedua dipertemukan juara grup dari zona Asia dan Afrika, yaitu Mesir, Israel, dan Sudan. Pertandingan dijadwalkan berlangsung akhir Juli 1957.

Artinya, selangkah lagi Ramang dkk melenggang ke Piala Dunia 1958 di Swedia. Namun, Timnas menolak dan memilih tidak tampil di Piala Dunia ketimbang beradu di satu lapangan dengan Israel. Mesir dan Sudan juga menolak bertanding, begitu juga sejumlah tim pengganti, seperti Turki. 

Maulwi Saelan, mantan kiper Timnas Indonesia yang juga ajudan Sukarno, mengatakan, mundurnya Timnas Indonesia karena perintah Sukarno. Padahal saat itu Indonesia yang bergabung di penyisihan wilayah Asia Timur, telah menundukkan China. 

"Itu sama saja mengakui Israel," ujar Maulwi menirukan ucapan Sukarno, seperti dikutip dari Historia. "Ya, kita nurut. Nggak jadi berangkat," kata Saelan yang pernah membawa Indonesia menahan imbang Uni Soviet dalam Olimpiade Melbourne 1956.

Israel pun keluar sebagai juara grup tanpa lawan. Sial, meski melenggang ke babak play off, Israel gagal ke putaran final karena dua kali dari Wales (home and away). Pada Piala Dunia 1958 tak ada satu pun wakil Asia.

Dukungan terhadap Palestina kembali dilakukan Bung Karno ketika Jakarta menjadi tuan rumah Asian Games IV pada 1962. Caranya, pemerintah Indonesia tak memberikan visa kepada kontingen Israel dengan alasan Indonesia tak mempunyai hubungan diplomatik. Akibatnya, Komite Olimpiade Internasional (IOC) menskors keanggotaan Indonesia dengan batas waktu yang tak ditentukan.

Hukuman itu tak membuat Bung Karno lemah, sebaliknya Bung Karno justru memerintahkan Komite Olimpiade Indonesia keluar dari IOC pada Februari 1963. "Sebagai jawabannya Soekarno membentuk Ganefo (Games of the New Emerging Forces) pada 1963 yang menjadi pertanda kebesaran bangsa ini dan pertanda ketidaktergantungan pada kekuatan-kekuatan dunia yang ada," tulis John D Legge dalam Sukarno: Biografi Politik.

Ganefo yang disebut-sebut sebagai ajang tandingan Olimpiade itu, akhirnya atas inisiatif keras Bung Karno dapat digelar dengan sangat meriah dan gempita di Jakarta 10-22 November 1963.

Sebanyak 51 negara di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Latin ikut ambil bagian. Tercatat tak kurang dari 2.700 atlet berkompetisi pada 20 cabang olahraga. Republik Rakyat China keluar sebagai juara, Uni Soviet di urutan ke-2, dan Indonesia di peringkat ke-3.

Dukungan Soekarno terhadap Palestina tidak pernah luntur meskipun kekuasaan pemerintahannya mulai limbung setelah peristiwa G-30S/PKI. Pada pidato Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-21 Republik Indonesia 17 Agustus 1966, Bung Karno tetap terus mengelorakan dukungan untuk kemerdekaan Palestina.

"Kita harus bangga, bahwa kita adalah satu bangsa yang konsekuen terus. Bukan saja berjiwa kemerdekaan, bukan saja berjiwa antiimperialisme, tetapi juga konsekuen terus berjuang menentang imperialisme. Itulah pula sebabnya kita tidak mau mengakui Israel!” kata Sukarno sebagaimana dimuat dalam Revolusi Belum Selesai.

sumber:
Sindonews
historian.id
satuislam.org
boombastis.com.
Diolah dari berbagai sumber
(nag/ar)

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.