Drone Serang Kilang, Produksi Minyak Saudi Kian Berkurang
Foto/Ilustrasi
RIYADH - Arab Saudi telah memangkas produksi minyak dan gas mereka,
menyusul serangan pesawat tak berawak alias drone terhadap dua fasilitas minyak
utama yang dijalankan oleh perusahaan milik negara yakni Saudi Aramco. Menteri
Energi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan, serangan itu telah mengurangi
produksi minyak mentah sebesar 5,7 juta barel per hari atau setara setengah
dari produksi kerajaan.
Seorang juru bicara pemberontak
Yaman Houthi mengatakan, telah mengerahkan 10 pesawat tanpa awak dalam serangan
tersebut. Sementara seperti dilansir BBC, Minggu (15/9/2019) Menteri Luar
Negeri AS Mike Pompeo menyalahkan Iran atas serangan itu dengan mengatakan
tidak ada bukti bahwa mereka datang dari Yaman.
Saudi sendiri seperti diketahui
memimpin koalisi militer didukung Barat yang mendukung pemerintah Yaman,
sementara Iran mendukung pemberontak Houthi. Dalam pernyataan yang dikeluarkan
oleh Saudi Press Agency (SPA), Pangeran Abdulaziz mengungkapkan serangan itu
"mengakibatkan penghentian sementara produksi di pabrik Abqaiq dan
Khurais".
Dia menambahkan, bahwa sebagian
dari pengurangan itu akan dikompensasi dengan menarik stok minyak Aramco.
Sementara itu kini situasi di kedua fasilitas minyak itu telah terkendali,
dengan CEO Aramco Amin Nasser memastikan tidak ada korban jiwa dalam serangan
drone tersebut.
Dalam sebuah tweet, Mike Pompeo
menggambarkan serangan itu sebagai "serangan yang belum pernah terjadi
sebelumnya terhadap pasokan energi dunia". Melalui kicauannya, Pompeo
mengungkapkan Teheran berada di balik hampir 100 serangan terhadap Arab Saudi.
Sedangkan Rouhani dan Zarif berpura-pura terlibat dalam diplomasi.
"Di tengah semua seruan
untuk de-eskalasi, Iran kini telah meluncurkan serangan yang belum pernah
terjadi sebelumnya terhadap pasokan energi dunia. Tidak ada bukti serangan
datang dari Yaman," tulis Pompeo dalam tweet-nya.
Lebih lanjut, Ia menyerukan agar
semua negara secara terbuka dan tegas mengutuk serangan Iran. AS sendiri
dipastikan akan bekerja dengan sekutunya untuk memastikan pasar energi tetap
tersuplai dengan baik dan "Iran bertanggung jawab atas agresi",
tambahnya.
Ketegangan antara AS dan Iran
telah meningkat sejak Trump meninggalkan kesepakatan yang membatasi kegiatan
nuklir Iran tahun lalu dan menerapkan kembali sanksi. Tayangan TV menunjukkan kobaran
api besar di Abqaiq, lokasi pabrik pengolahan minyak terbesar Aramco, sementara
serangan pesawat tak berawak kedua mulai terjadi diikuti kebakaran di ladang
minyak Khurais.
(*)