-->

Latest Post



MPA, KAB SOLOK  – Tangan dingin Hendra Saputra, SH,M.Si yang akrab disapa (Buya Hend) seiring ke-ikhlasan hatinya, kemajuan Ponpes Taruna RABBANI di Kab. Solok, terus mengalami peningkatan.

“Buya Hend selaku pengasuh Pondok Pesantren Taruna Rabbani dalam memajukan Ponpes ini memang luar biasa, berbagai terobosan terus dilakukannya. Banyaknya penilaian positif dari para orang tua murid dan masyarakat pada diri Buya Hend dalam memajukan Ponpes, bukanlah sesuatu yang berlebihan karena faktanya memang cukup dirasakan”. Sebut Sukhrawardi, Pengurus Ponpes Taruna Rabbani bidang Ekonomi di ruang kerjanya, Selasa (24/09/19).

Moment Ponpes Taruna RABBANI Berkibar di Negara Turkey

Ide-ide cemerlang dan kerja keras Buya Hend. Alhamdulillah.., mampu membawa kemajuan bagi para santri, terutama dalam ilmu pengetahuan agama dan ahklak santri. Salah satu terobosan yang sukses dilakukan adalah program pertukaran pelajar (Ponpes Rabbani) dengan pemerintahan Turkey. Melalui program tersebut, tentunya hubungan Indonesia dengan negara Turkey semakin erat dan harmonis. Selanjutnya nama Kab. Solok menjadi harum dimata negara itu, papar Sukhrawardi.
Selain itu, hubungan silahturahim Buya Hend dengan Pemerintah dan Ulama Turkey, memang berkesan membanggakan dan tetap terjalin baik hingga sekarang, paparnya lagi.

Pada pertukaran pelajar dengan Negara Turkey itu, para Santri untuk tingkat SMP tak pernah henti-hentinya dimotivasi dan disupport oleh Buya Hend. Terutama dalam Tahfidz Al-quran, agar santri-santri tersebut dapat meraih Sertifikat dengan hasil yang memuaskan. Kemudian tamatan SMA (Ponpes Rabbani) juga di support untuk kuliah di Turkey dan apabila telah selesai, akan langsung dapatkan pekerjaan dinegara-negara di dua benua, yakni Asia dan Eropa.

“Buya Hend berkomitmen akan terus kerja keras melaksanakan program tersebut”, kata Sukhrawardi.
Dilanjutkannya, sosok Buya Hend bagi saya, memiliki kepribadian rendah hati, berwawasan luas, mudah akrab saat bergaul, cerdas dan selalu klop bila dimintai pendapatnya. Baik dibidang Hukum, Ekonomi, Agama dan Adat maupun Ilmu Pemerintahan, sebut Sukhrawardi.

Dikesempatan berbeda, saat wawancara eklusif awak media ini seputar pertukaran pelajar (Ponpes Rabbani) dengan Buya Hend Dirumahnya, memaparkan. Melalui program pertukaran pelajar dengan negara Turkey tersebut, tentulah akan sangat bermanfaat terutama dalam mempelajari budaya negara lain. Selain mempelajari budaya, beradaptasi dengan para pelajar negara bersangkutan dan berkomunikasi dengan bahasa yang tak pernah dipakai sebelumnya, akan membuat wawasan para pelajar Ponpes Rabbani bertambah luas yang selanjutnya juga dapat memperluas jaringan.

“Sebenarnya efek dari exchange ini bagus banget. Sama aja seperti mengirimkan kandidat Indonesia untuk buat feedback ke Indonesia lagi. Semakin banyak pelajar Ponpes Rabbani yang pergi ke luar negeri untuk pendidikan, maka akan semakin banyak generasi muda negeri ini, khususnya generasi Kab. Solok menjadi cerdas dan berwawasan luas”. Tutur Buya Hend sembari mempersilahkan awak media ini mencicipi minuman dan kue ringan yang tersedia di meja.

Kesempatan mendalami ilmu Al-quran di Turki, sangat penting untuk meningkatkan ilmu keagamaan. Dengan ilmu tersebut, diharapkan mampu menjadikan para hafiz sebagai pribadi yang religius dan toleran, moderat serta berwawasan global. Pastinya segudang manfaat akan didapati dari program pertukaran pelajar itu, tuturnya lagi.

Dikatakan Buya Hend, Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai agama, tentulah membutuhkan kader ulama yang mumpuni dan berwawasan luas. Kerjasama (Pertukaran Santri) sangat bermanfaat untuk membangun jaringan dengan Turki. Harapannya, kerjasama ini dapat menyambungkan dua peradaban, yaitu Negeri kita dan Turki, ujarnya.

Puji syukur tak lupa dipanjatkan Buya Hend, ungkapan perasaan terimakasih kepada Allah SWT atas semua kenikmatan dan kemajuan yang dirasakan Ponpes Rabbani yang telah Allah berikan, terucap terurai dibibirnya. Baginya, kemajuan itu merupakan anugerah yang tiada terhingga. Semoga kita semua tak pernah lupa mensyukurinya, hatur Buya Hend. (RED).


MPA, SURABAYA - Kementeri Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) terus berupaya meningkatkan ekspor untuk meningkatkan pedapatan dan kesejahterakan peternak. Kali ini, Kementan kembali melepas ekspor perdana daging ayam dari PT. Ciomas Adisatwa (Japfa Group) yang berlangsung di Sidoarjo, Jawa Timur.

Pelepasan ekspor ini dilakukan oleh Bupati Sidoarjo, Saiful Ilah dan didampingi oleh Ali Jamil, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), serta Fini Murfiani, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan yang mewakili I Ketut Diarmita, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Acara berlangsung di RPHU Krian-Sidoarjo milik PT Ciomas Adisatwa serta dihadiri oleh para pejabat Pemda Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten Sidoarjo. Fini menyampaikan ekspor ini menjadi salah satu bukti nyata kebijakan pangan Mentan Amran Sulaiman yang terus berkomitmen mewujudkan kedaulatan pangan dengan meningkatkan kesejahteraan peternak serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional melalui ekspor.

"Dibawah kepemimpinan Mentan Amran , produksi peternakan khususnya unggas dan produk unggas berpotensi meningkatkan devisa negara dengan pertumbuhan volume dan nilai ekspor sejak tahun 2015-1018 terus mengalami rata-rata pertumbuhan positif per tahunnya mencapai 27,62% dan 35,03%" demikian dikatakan Fini saat membacakan sambutan tertulis Dirjen PKH.(23/9)

Fini menyebutkan melansir data BPS dan Pusat Data Kementan total ekspor komoditas peternakan ke Negara Timor Leste tahun 2018 senilai US$ 9.525.928,55, sedangkan data tahun 2019 bulan Januari sampai dengan Juli tercatat senilai US$ 6.266.097.

Fini juga menjelaskan proses ekspor komoditas subsektor peternakan ke negara Timor Leste dilakukan setelah sebelumnya Import Risk Analysis oleh Tim Delegasi Republik Demokratik Timor Leste pada tanggal 8-12 April 2019 ke farm Grati I di Pasuruan, Krian chicken slaughterhouse, processing plant di sidoarjo dan feedmill di Sidoarjo, kemudian di Bali dilakukan site visit ke unit hacthery di Baturiti. "Hasilnya, hari ini kami melepas ekspor perdana daging ayam produk PT. Japfa Group dengan merk “Best Chicken Ayam Utuh” berat 800gr – 1500gr sebanyak 36,69 ton ke Negara Timor Leste" tutur Fini.

Sementara itu Ali Jamil menyebutkan bahwa Barantan sesuai arahan Menteri Pertanian mendukung segala upaya untuk ekspor. Salah satu bentuk dukungan itu adalah melalui kegiatan bimbingan teknis ekspor produk pertanian dengan nama “Agro Gemilang” singkatan dari Ayo Galakan Ekspor Generasi Milenial Bangsa. Dalam kegiatan itu, Barantan memberikan bimbingan teknis, memberikan tools aplikasi, sistem audit SPS, sistem ketelusuran dan memberikan pemahaman tentang persyaratan SPS.
Kegiatan ini selain bisa mencetak eksportir produk pertanian, juga membuka lapangan kerja. 

Menurutnya program akselerasi/percepatan ekspor masih merupakan prioritas di Kementan oleh sebab itu Kementan tiada henti untuk melakukan strategi-strategi diantaranya menambah komoditas baru dan negara tujuan baru. "Eksportasi karkas ayam ini sekaligus telah mengakomodasi keduanya yaitu menambah komoditas dan negara baru. Oleh sebab itu saya sangat mengapresiasi yang dilakukan PT Ciomas Adisatwa, dan semoga hal ini dapat memberikan inspirasi ke pelaku usaha lainya di Jawa Timur" tambahnya.

Pada kesempatan melepas ekspor perdana, Saiful Ilah meminta agar perusahaan-perusahaan lain dapat termotivasi untuk memasarkan produk ke luar negeri sehingga dapat menggerakkan perekonomian nasional secara umum dan roda ekonomi di Kabupaten Sidoarjo.

*Peluang Ekspor Masih Terbuka Lebar* 

Pada kesempatan terpisah, Ketut menyampaikan kebijakan peningkatan ekspor sejalan dengan kebijakan Pemerintah untuk mewujudkan Indonesia pada Tahun 2045 menjadi Lumbung Pangan di Dunia. Kementan terus mendorong pelaku usaha khususnya perunggasan nasional agar mampu melakukan ekspor dan bersaing diperdagangan global. 

"Dalam proses produksi perusahaan Integrator (eksportir) diminta dapat melakukan kemitraan dengan para peternak rakyat sehingga dapat maju bersama dalam usaha peternakan," ungkap Ketut. 

Lanjut Ketut menambahkan peluang pasar produk daging ayam Indonesia di negara Timor Leste masih terbuka lebar, sebagai catatan pada tahun 2018, Timor Leste mengimpor daging ayam sebanyak 4.537 ton atau senilai US$ 6.183.000 dimana sebagian besar berasal dari Negara Brazil. "Ini menginsyaratkan Timor Leste menilai Indonesia sangat berhasil dalam menangani pencegahan penyakit khususnya AI melalui sistem kompartemen" terang Ketut.

Untuk itu, Indonesia harus mampu memanfaatkan keuntungan sebagai negara tetangga agar terus melakukan ekspor dengan peningkatan nilai tambah dan daya saing produk peternakan Indonesia. “Momen pelepasan ekspor komoditas peternakan ini dapat memotivasi pelaku usaha lain untuk berupaya melakukan percepatan ekspor komoditas peternakan lainnya melalui peningkatan kualitas produksi dan promosi ke negara lain” tutup Ketut.

Narahubung:
Ir. Fini Murfiani, M.Si., Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, Ditjen PKH, Kementan RI


Oleh: Wilson Lalengke
"Coffee - the favourite drink of the civilized world" - Thomas Jefferson

MPA, JAKARTA – Tidak diketahui secara persis siapa dan kapan kopi mulai dikenal sebagai bagian dari (menu) minuman bagi manusia. Namun, cerita yang paling melegenda hingga kini mengatakan bahwa kopi bermula dari cerita Kaldi, seorang penggembala kambing di Ethiopia, yang melaporkan kepada biarawan di desannya tentang keheranannya menemukan kambing-kambingya yang terlihat sangat gesit, berlari kesana-sini, tidak lelah, bahkan tidak mengantuk sepanjang malam. Hal itu terjadi setelah kambing-kambingnya memakan semacam buah berry (buah kopi) yang banyak tumbuh di sekitar desanya.

Sang biarawan akhirnya mencoba mengambil buah berry bersebut dan menumbuknya, melarutkannya dalam air di cangkir dan meminumnya. Ia kemudian merasakan suasana segar, berenergi, bersemangat, dan sangat bertenaga untuk melanjutkan tugas-tugasnya sebagai biarawan yang cukup padat dan melelahkan. Biarawan itu selanjutnya memperkenalkan kepada rekannya sesama biarawan, yang kemudian menyebar ke masyarakat kebanyakan.

Berita tentang buah berry (kopi) dari Ethiopia itu akhirnya sampai juga di Semenanjung Arabia. Di daerah yang dihuni oleh bangsa-bangsa Arab dan Persia ini, kopi kemudian menjadi salah satu komoditi perdagangan yang cukup penting. Bahkan, pada abad ke-15, perkebunan kopi mulai diperkenalkan di Yaman, Syria, Turky, dan negara-negara sekitarnya.
KETERANGAN FOTO: Anang Prihantoro (Berbatik Orange) Dan Penulis Wilson Lalengke (Pakai Topi) Berfoto Bersama Rekan PPWI Di Depan Pendopo Kebon Kredo, Bandar Jaya, Lampung Tengah, Provinsi Lampung (Minggu, 15/09/2019)

Kunjungan para jemaah haji dari berbagai wilayah setiap tahun ke Tanah Suci Mekkah mempercepat penyebaran informasi yang menyulut keinginan banyak orang di berbagai bangsa untuk mencicipi minuman bernama kopi. Jadilah kopi sebagai buah-bibir di mana-mana, hingga mencapai daeratan Eropa, Asia Tengah, dan bahkan ke Rusia dan China.

Ketenaran kopi sempat terusik ketika beberapa pemimpin keagamaan di Roma memberi cap minus terhadap minuman berwarna hitam dari Arabia ini, yang dianggap sebagai minuman setan. Akhirnya, pemuka agama setempat meminta ‘fatwa’ dari Pope Clement VIII, pemimpin agama tertinggi di Roma. Sri Paus Clement VIII mencoba mencicipi minuman kopi ini sebelum mengambil keputusan. Ketika Sri Paus menemukan rasa yang amat menyenangkan, menyegarkan dan menambah semangatnya, akhirnya ia memutuskan bahwa kopi bukan minuman setan, atau dipengaruhi setan. Kopi adalah minuman ‘halal’ dan sangat baik untuk manusia.

Indonesia sebagai salah satu penghasil kopi dunia juga memiliki sejarah kopi yang cukup menarik dan unik. Perjalanan kopi ditemukan dalam “Serat Centhini; Tembangraras-Amongrogo” dari karya sastra kuno, yang menceritakan sejarah masuknya kopi ke Indonesia melalui Jatinegara, lalu tersebar ke Tanah Priangan (Jawa Barat), hingga akhirnya penanaman kopi dapat ditemukan di hampir seluruh wilayah Indonesia, mulai dari Sumatera, seluruh pulau Jawa, Bali, Sulawesi, Flores hingga Papua.

Dalam litreratur lainnya, menyebutkan bahwa pada tahun 1696 Pemerintah Belanda membawa kopi dari Malabar, sebuah kota di India, ke Indonesia melalui Pulau Jawa. Alur tersebut tertulis di salah satu arsip dari kongsi dagang Pemerintah Hindia Timur Belanda, yang lebih dikenal dengan nama VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie). Di tahun 1707, Gubernur Van Hoorn mendistribusikan bibit kopi ke Batavia, Cirebon, kawasan Priangan serta wilayah pesisir utara Pulau Jawa.

Tanaman baru ini akhirnya berhasil dibudidayakan di Jawa sejak 1714-1715. Sekitar 9 tahun kemudian, produksi kopi di Indonesia sudah sangat melimpah dan mampu mendominasi pasar dunia. Bahkan pada saat itu jumlah ekspor kopi dari Jawa ke Eropa telah melebihi jumlah ekspor kopi dari Mocha (Yaman) ke Eropa.

Kini, Sumatera menjadi salah satu sentra produksi kopi dunia. Daratan tinggi Gayo di Provinsi Aceh, konon menduduki posisi nomor 1 se-Asia dalam hal produksi kopi. Wilayah pertanian kopi dan suhu udara serta kesuburan Tanah Gayo menjadi faktor penting yang menjadikannya sebagai sentra produksi kopi di Indonesia.

Provinsi Lampung, khususnya Lampung Barat, juga tidak kalah penting sebagai pusat produksi kopi untuk nusantara dan dunia. Kawasan perkebunan Lampung Barat merupakan contoh perkebunan terbaik di Provinsi Lampung dalam hal peningkatan produksi dan mutu kopi. Daerah ini juga telah menjadi lahan perkebunan kopi percontohan bagi Provinsi Lampung dan Nasional. Komoditas kopi telah menjadi mata pencaharian bagi sebagian besar masyarakat yang tinggal di Lampung Barat. Data menunjukkan luas lahan perkebunan kopi di Kabupaten Lampung Barat telah mencapai hampir 80.000 hektar, dengan hasil produksi biji kering per tahun mencapai 30.000 ton per hektar.

Salah satu praktisi Kopi Lampung adalah Anang Prihantoro, seorang putra Bandar Jaya, Lampung Tengah, yang sejak muda menggeluti dunia per-kopi-an secara serius. Pria menjelang paruh baya ini dikenal masyarakat Lampung maupun di tingkat nasional, tidak hanya sebagai pekebun kopi, tapi juga sebagai pakar alias ahli kopi nusantara. Anang, yang saat ini masih menjabat sebagai Senator DPD RI dari Lampung itu, memiliki lahan perkebunan kopi yang luas di Lampung Barat. Ia memberdayakan masyarakat sekitar perkebunan untuk mengolah dan mengelola kebun kopinya.

Tidak hanya itu, Anang juga membantu masyarakat petani kopi lainnya untuk mengembangkan produksi kopi mereka dan memperkenalkan teknologi pasca panen untuk meningkatkan kualitas serta nilai tambah hasil panennya. Menurutnya, kopi Lampung dapat menjadi andalan ekspor provinsi Lampung dan Indonesia jika kualitas dan peningkatan nilai tambah produk kopi dapat dilakukan secara kontinyu dan massif.

Untuk mewujudkan visinya dalam meningkatkan kualitas dan nilai tambah hasil panen kopi Lampung, Anang yang juga merupakan Anggota Dewan Pakar DEKOPI (Dewan Kopi Indonesia) DPD Provinsi Lampung ini telah mengemas hasil perkebunan kopinya dalam brand spesial “Kredo Coffee”. Tampaknya, melalui merek dagang “Kredo Coffee” ini, Anang bermaksud menjadikan kopi sebagai menu penting yang dapat menjadi booster (pemicu) semangat bagi setiap penikmat kopi dalam mengembangkan imajinasi, mencari ilham, meretorika pikiran, mengkonstruksi sketsa maya, untuk kemudian menghasilkan buah pikiran yang bening, jernih, dan futuristik.

Kredo Coffee bersiap-siap untuk soft opening di awal Oktober 2019 ini. Kredo Coffee dapat dijadikan teman bekerja, sahabat dalam berkarya, serta menjadi media bersosial-bermasyarakat, membangun silahturahim antar sesama, antar manusia, dimanapun, kapanpun. Kredo Coffee, baik dalam arti filosofi maupun dalam pengertian sebenarnya, tidak hanya akan menjadi menu harian di rumah-rumah warga. Kopi dari Tanah Bukit Barisan ini akan menjadi hidangan spesial di berbagai warung, kedai, restoran, bahkan mall dan perkantoran. Karena kopi, dengan beragam varian produknya, segera akan merajai seluruh peradaban kuliner manusia di jagad ini. Kopi bahkan telah merasuk masuk parlemen, menjadi salah satu minuman terfavorit para anggota dewan perwakilan dan senator di berbagai negara.

Karena Kredo Coffee adalah kita, tersebab oleh kopi kita dapat melahirkan kredo.

Sumber:
http://www.ncausa.org/about-coffee/history-of-coffee
https://tanameracoffee.com/ID/sejarah-penyebaran-kopi-di-indonesia/
https://ahlikopilampung.com/2013/03/17/statistik-perkebunan-kopi-di-lampung/


Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.