-->

Latest Post


MPA, KAB SOLOK - Reuni bisa menjadi ajang bertukar cerita. Tidak hanya menyoal kabar terbaru, tetapi juga dapat mengingat kembali masa dulu yang pernah dilalui, baik suka maupun duka. Esensinya, merajut silaturahmi melalui Reuni mendatangkan segudang manfaat.

Pasangan Bakal Calon Bupati dan Wakil Bupati Solok Hendra Saputra, SH. M.Si – Buya H. Mahyuzil Rahmat S.Ag yang disingkat RAMAH (HendRA – MAHyuzil). Kali ini, menggelar temu ramah bersama rombongan haji satu angkatan atau satu kloter yang juga dihadiri oleh Ketua IPHI Kabupaten Solok, Minggu, (26/01/20).

Hj. Nike Kusumawati, S.Si, M.Pd menuturkan, dengan Reuni ini tentunya harapan dan rasa rindu para peserta haji se Alumni untuk kembali bersua dan bersilaturahmi, dapat terobati.

Selain bertujuan untuk mengikat kembali tali kekeluargaan yang telah terbentuk sejak keberangkatan haji tahun 2010 silam. Diselenggarakannya acara reuni sekaligus sebagai wadah temu kangen para jamaah, kata Hj. Nike.

“Para Jamaah disini bisa saling komunikasi kembali, bercerita dan berbagi kisah selama perjalanan haji dengan peserta yang lain,” jelasnya.

Banyak hikmah yang kita dapat ketika menunaikan ibadah haji. Semua sama ketika disana, tak kenal pangkat dan jabatan, katanya.

Ia menceritakan, sejak mengikuti bimbingan manasik haji, dirinya sudah mendapatkan kesiapan mental secara fisik serta kesiapan lainnya dalam melaksanakan haji. Tutup Hj. Nike Kusumawati, S.Si, M.Pd.

Dikesempatan yang sama H. Mahyuzil Rahmat S.Ag menyebutkan, dirinya sangat terharu sekaligus menyambut baik gagasan pertemuan (Reuni Haji) sebagai ajang silaturahim. Semoga ajang temu ramah ini, dapat bermanfaat dan bisa dilaksanakan secara berkelanjutan dari tahun ke tahun.

Selain memperkuat silaturahim, pertemuan ini sekaligus untuk mengobati rasa rindu sesama kloter, mengingatkan kembali kebersamaan selama menunaikan ibadah haji di tanah suci Mekkah beberapa waktu lalu, kata H.Mahyuzil Rahmat, S.Ag.

"Dengan pertemuan ini, kerinduan kita bersama “Terobati” saya merasa sangat senang dapat berjumpa kembali setelah pulang Haji" tukasnya.

Menurut H. Mahyuzil, Haji ataupun Umroh yang mabrur ialah ibadah seorang hamba diterima oleh Allah SWT. Orang yang melaksanakannya akan mendapatkan pahala haji, dan kewajiban haji sebagai muslim atasnya telah terpenuhi (bagi mereka yang mampu). 

Selain itu, Haji mabrur dapat juga diartikan yakni, berhasil membuat orang yang melaksanakan ibadahnya menjadi seorang hamba yang berkepribadian baik. Sebab makna dari ibadah itu telah melekat dalam hati, serta diamalkan di kehidupan sehari-hari, sebutnya.

Diterima atau tidaknya amal ibadah seseorang merupakan hak prerogatifnya Allah. Sebagai hamba Allah, kita musti terus meningkatkan ketaqwaan melalui ibadah. Kata H. Mahyuzil, Bakal Calon Wakil Bupati Solok ini, menuturkan.

Memperbaiki serta meningkatkan hubungan baik dengan sesama, menjaga lisan serta menghindari aneka perbuatan maksiat dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya akan dapat membuat ibadah seseorang menjadi lebih baik.

Haji yang dilakukan dengan niat tulus dan ikhlas karena Allah. InsyaAllah, ibadah yang ditunaikan akan menjadi istimewa dihadapan Allah, tukas Buya H.Mahyuzil.

Hendra Saputra SH, M.Si dikesempatan itu, mengucapkan banyak terima kasih kepada penggagas acara Reuni Haji, terutama kepada Ketua IPHI Kabupaten Solok . Selain bisa mempertemukan kembali di kesempatan ini, juga mendatangkan banyak manfaat dan kebaikan. 

“Semoga amal ibadah kita semua diterima di sisi Allah SWT”, harap Bakal Calon Bupati Solok ini, panjatkan doa. (Tim).

Oleh : Brigjen TNI Kunto Arief Wibowo, S.I.P. (Danrem 032/Wirabraja)

26 Januari merupakan hari bersejarah bagi jajaran Korem 032 Wirabraja. Hari ini merupakan momentum terjadinya peleburan kesatuan tentara di Sumatera Barat, dari Kodam III/17 Agustus, ke Kodam I/Bukit Barisan. Secara resmi pada saat itulah, Korem 032/Wirabraja dinyatakan berdiri, 26 Januari 1985 silam. Belum terlalu tua memang, tetapi pada dasarnya sejarah keberadaan militer di Sumbar adalah sejarah panjang, jauh sebelum berdirinya Korem Wirabraja. Jejak-jejak militer sangat jelas di wilayah ini, baik peninggalan secara fisik maupun catatan tertulis. Sumbar dan militer adalah satu kesatuan.

   Di masa perjuangan kemerdekaan, wilayah Sumbar selalu menjadi basis pertahanan negara, bahkan ibukota Indonesia pernah “mampir” beberapa waktu di Bukittinggi, semasa Pemerintahan Darurat tahun 1948-1949. Jepang sendiri dulu pernah menjadikan Bukittinggi sebagai basis militernya untuk wilayah Sumatera, yang peninggalan paling fenomenalnya adalah Goa Jepang. Begitu juga dengan Belanda, yang sejak jaman perang Padri sudah ikut campur dalam urusan internal orang Minang.

   Sumatera Barat memang strategis sekali, baik secara topografi, posisi fisik, termasuk potensi yang dimilikinya. Karena itu juga mengapa setiap rezim pemerintahan, sejak era kolonial hingga saat ini, Sumbar selalu mendapat perhatian. Konteks ketahanan nasional, ikut disumbangkan oleh dinamika yang terjadi di Sumbar.

  Keberadaan militer sendiri, terutama Sumatera Barat, memang kemudian dipengaruhi oleh kebijakan sosial politik yang berlangsung di negara ini. Di masa masa awal pembangunan dilaksanakan, peran militer begitu dominan di berbagai sektor yang ada. Militer tak hanya bicara soal satuan tempur tapi juga soal sosial, ekonomi, dan politik di masyarakat. Tetapi rezim berubah, kebijakan berganti, peran militer difokuskan pada aspek ketentaraan semata, walau tetap tidak bisa melupakan basisnya pada rakyat. Fungsi pembinaan teritorial sekarang lebih dikedepankan, sementara fungsi non militer lain banyak dihapuskan.  

  Tetapi yang jelas, hubungan dan kesatuan tentara dengan rakyat, tetap tak bisa dan tak boleh diputuskan. Dalam posisi apapun, mekanisme hubungan yang harmonis harus dipertahankan, karena memang tentara itu berasal dari rakyat.

  Saat ini, di momentum hari ulang tahun Korem 032 Wirabraja, apa dan bagaimana kiprah jajaran militer di Sumbar selama ini, terutama dalam satu tahun terakhir, perlu kiranya diketahui publik. Tentu saja tidak untuk bertindak “lebay” atau “narsis”, namun bagian dari membangun sinergi dengan para pihak. Apa yang dilakukan? Setidaknya beberapa hal ini selalu dan terus dilakukan.

  Pertama, secara internal militer selalu berbenah diri. Ciri khas militer adalah soliditas tim, taat komando, dan selalu siap kapan dan dimanapun. Sebutan tentara profesional sebetulnya mengacu pada terlaksananya semua aturan yang menjadi tanggung jawab prajurit. Namun tentu tentara bukanlah benda mati ataupun robot yang bisa diarahkan begitu saja. Ia tetap manusia yang memiliki kehidupan sosial sendiri. Berbagai masalah dan fenomena di luar dirinya sangat mungkin mempengaruhi individu prajurit. Oleh karena itu pembenahanan internal selalu dilakukan, dengan mengefekifkan peran para komandan dalam membina anggotanya.

  Apa pembenahan mendasar yang dilakukan? Utama sekali pada doktrin, yaitu NKRI, Pancasila dan UUD 1945. Ini adalah ketentuan yang sudah final dan tak perlu didiskusikan lagi. Doktrin ini selalu ditekankan, agar jiwa nasionalisme tidak pernah berubah, walaupun rongrongan begitu banyak.

  Kemudian pembenahan semangat kreatifitas dan inovatif dari prajurit. Masa peperangan konvensional agaknya kecil kemungkinan terjadi dan perang senjata terbuka bukan lagi zamannya. Pada posisi ini, prajurit diminta untuk selalu bertindak dan berbuat agar bisa menjalin kedekatan dan membangun pola keterikatan dengan rakyat. Kuncinya adalah kreatifitas, inovatif serta solutif terhadap masalah publik.

   Unsur penting lainnya adalah taat hukum dan taat azas di tubuh masing-masing anggota. Saat seseorang sudah dinobatkan sebagai prajurit TNI, hakekatnya ia adalah anak negara. Sebagai anak yang baik, ia harus senantiasa menjaga nama baik negara dan bangsa ini. Oleh karena itu, jika ada prajurit yang melanggar hukum, merugikan masyarakat banyak, menodai nama baik bangsa dan negara ini, disitulah pembinaan dan penindakan dilakukan. Korem 032/Wirabraja selalu berusaha menekan tindak negatif yang mungkin timbul dari segelintir prajurit.

  Kedua, secara ekternal, TNI adalah bagian integral dari rakyat. Oleh karena itu, sebisa mungkin program dan kegiatan yang dijalankan di Korem 032 Wirabraja, ditujukan untuk kemaslahatan rakyat banyak. Dalam UU TNI disebutkan klausul operasi militer selain perang (OMSP). Ini adalah tanggungjawab penting, yaitu melakukan berbagai aktifitas militer yang bertujuan menyelesaikan masalah-masalah di masyarakat, terutama yang berhubungan langsung dengan penguatan rakyat sebagai komponen cadangan nasional.

  Dalam kurun 2019 saja, sudah dilakukan berbagai program yang semuanya berorientasi pada kebutuhan dan persoalan di masyarakat. Untuk Sumbar, sudah sama-sama diketahui, masalah rutin yang terjadi adalah ancaman bencana, baik karena ulah manusia ataupun faktor alam. Kita percaya alam bukan untuk dilawan, tetapi berkolaborasi dengannya.

  Normalisasi danau-danau yang ada, adalah salah satu bentuk program yang dilakukan. Misalnya Singkarak, Maninjau, Cimpago, adalah titik-titik utama, karena hasil kajian menunjukkan bahwa kondisi masing-masing wilayah memang membutuhkan sentuhan. Selain itu, pencegahan terjadinya tanah longsor, banjir juga terus dilakukan. Tidak mudah memang, karena semua ini bersentuhan dengan sisi dasar dari masyarakat yaitu, perekonomian. Pendekatan pembinaan teritorial, menghadirkan inovasi-inovasi teknologi terapan, menguatkan dan melibatkan unsur adat, tokoh masyarakat, selalu dilakukan. Sampai saat ini proses masih terus berjalan.

  Tantangan lain dalam kehidupan bermasyarakat adalah mulai melunturnya jiwa kepedulian sosial. Ini masalah penting karena sudah masuk ke sendi-sendi adat dan tatanan sosial di masyarakat. Pendekatan budaya, penyuluhan, merubah mindset, diupayakan terus dengan berbagai metode. Sedapat mungkin, berbagai contoh-contoh best practice coba ditawarkan, karena kita yakin masyarakat Sumbar adalah masyarakat yang terbuka, dan sangat yakin dengan bukti, bukan sekedar janji. Komitmen ini yang kita pegang.

  Memang Korem 032 bukanlah panasea, obat penyelesai semua masalah. Tetapi setidaknya, sentuhan-sentuhan konkrit coba ditawarkan, mungkin hasilnya tidak akan terasa sekarang, tapi kita yakin, lambat laun kesadaran bersama akan muncul. Kolaborasi dan kerjasama adalah kuncinya. Pemerintah daerah adalah mitra utama, begitu juga dengan kelembagaan adat, lembaga pendidikan, LSM, ormas, merupakan komponen penting yang harus dilibatkan.  Sasaran akhir adalah kebaikan rakyat, kekuatan rakyat, karena disitu jantung ketahanan nasional ditempatkan.

Dirgahayu Ke-35 Korem 032/Wirabraja Sukses Selalu Semoga Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT Selalu Bersama Kita. 


MPA, KAB SOLOK – Setiap Masyarakat pastilah memimpikan Negeri yang sejahtera, yakni kesejahteran merata hingga ke pelosok wilayah terkecil sekalipun. Negeri ini sangat kaya akan ribuan sumber daya alamnya (SDA). Namun, pernahkah terpikirkan bahwa sebenarnya mimpi itu bisa terwujud bila keseriusan para pemimpin mau berbuat sedemikian.

Seperti diketahui, Kabupaten Solok merupakan salah satu daerah yang kaya akan SDA dan SDMnya. Bila kita analisis, ada beberapa karakter yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin untuk mengelola kekayaan alam tersebut. Sebut Sutan Bagindo, Tokoh masyarakat Putra Nagari Surian Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Solok.

"Salah satunya ialah, seorang pemimpin harus mengedepankan prinsip demokratis sekaligus mementingkan kepentingan dan kebutuhan rakyat", kata Sutan Bagindo.

Dari pengakuan beberapa warga, sosok Sutan Bagindo ini untuk di Nagari Surian, nasehatnya cukup didengar masyarakat.

Hendra Saputra SH, M.Si, lanjut Sutan Bagindo, adalah salah seorang kandidat Balon Pemimpin Negeri Tugu Ayam Kukuak Balenggek dambaan rakyat. Dirinya berlatar belakang Birokrat Muda dan seorang Dosen. 

Hendra Saputra berkepribadian terbuka. Baik dalam menerima berbagai ide, saran maupun kritikan, tukasnya. 

"Bijaksana ketika menghadapi masalah. Bersedia mendengar, menerima, dan menghargai pendapat orang lain serta mampu membuat keputusan terbaik, merupakan sikap yang bijak. Nah, sikap ini merupakan bagian dari kepribadian Hendra Saputra., papar Sutan Bagindo. 

Selain itu, Dosen Muda ini oleh masyarakat disebut memiliki tingkat keimanan dan kesadaran yang tinggi, sehingga dirinya benar benar diminta untuk bisa memimpin Negerinya (Kab. Solok), terang Bagindo.

"Semangat dalam mendorong ummat untuk terus termotivasi, merupakan wujud nyata dalam diri Hendra. Kepiawaian itu, menurut saya bukan untuk tampil menjadi sosok yang terbaik, melainkan agar terwujudnya kesejahteraan merata disetiap Nagari di Kabupaten Solok ini. Ia lakukan, ikhlas karena Allah", tukasnya.

Membangun sebuah Negeri, seorang pemimpin harus cerdas dan berilmu dalam mengatur “Tatanan Birokrasi Pemerintahan”. Menyoal ilmu itu, Hendra Saputra telah memiliki pengalaman selama 27 tahun di pemerintahan. Pengetahuan dan jam terbang tersebut, tentunya menjadikan Hendra Saputra memahami betul, sebut Sutan Bagindo.

Setahu saya, kataBagindo, Birokrat Muda ini selalu aktif dalam berbagai aktivitas. Ke aktifan itu tidak hanya ketika menyampaikan teoritis saja, tapi juga aktif dalam pelaksanaan dan pengembangannya, sehingga terobosan yang dilakukan Hendra selalu memberikan efek positif, sekaligus membangkitkan semangat masyarakat. 

“Ketanggapan Hendra dalam merespon keluhan masyarakat di berbagai hal, telah banyak dirasakan warga”, tutup Sutan Bagindo. 

Dilain kesempatan, Minggu, (26/01/20) Hendra Saputra SH, M.Si menjelaskan. Ada lima kebijakan utama pembangunan dalam Islam, yaitu: Pertama, konsep pembangunan berlandaskan kejujuran. Kedua, aspek pembangunan meliputi fisik dan moral spiritual; Ketiga, fokus utama pembangunan adalah, manusia sebagai subjek dan objek pembangunan guna mencapai kesejahteraan; Keempat, fungsi dan peran daerah, dan Kelima, skala waktu pembangunan yang meliputi dunia dan akhirat.

Konsep tauhid, memegang peranan penting karena esensi dari segala sesuatu, termasuk aktivitas pembangunan yang didasarkan pada ketundukan akan aturan Allah SWT. Pembangunan harus dilakukan dan diarahkan kepada upaya untuk melaksanakan kebutuhan rakyat, papar Hendra.

Manusia sebagai hamba Allah sekaligus khalifatullah fil ardh (wakil Allah di muka bumi), tentunya bertugas untuk memakmurkan Negeri/bumi. Kedua tugas ini akan berjalan baik dan sukses, tergantung pada jalan yang dipilihnya. Pilihan atas jalan tersebut mempengaruhi arah dari pembangunan. Allah SWT telah memberikan dua potensi pada diri manusia dalam menentukan arah kehidupan, yaitu potensi kebaikan (al-taqwa) dan potensi keburukan (al-fujur). Tutur Birokrat Muda, memaparkan.

"Kita tidak boleh menerima hasil dengan pasrah saja. Walaupun telah mendapatkan suatu perencanaan yang baik, melakukan koreksi agar menghasilkan perencanaan yang terbaik merupakan tindakan bijak", terang Dosen Muda ini.

Selain itu, lanjutnya, rakyat butuh pemimpin yang kritis, baik menghadapi cobaan yang dialami negeri ini, seperti bencana alam, politik ekonomi, sosial dan budaya akibat pengaruh kemajuan teknologi. Kata Birokrat Muda Hendra Saputra SH, M.Si. (TIM).

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.