-->

Latest Post



PADANG – Semangat untuk memberantas penularan virus corona atau Covid-19 di Kota Padang, terus dilakukan oleh berbagai pihak dengan Penyemprotan desinfektan. Termasuk jajaran pengurus kader PAC Pemuda Pancasila (PP) Kecamatan Pauh, Kota Padang.

Sejak Minggu (29/03/2020) hingga Selasa (31/03/2020) sore, PAC PP Kecamatan Pauh melakukan penyemprotan desinfektan di sejumlah lokasi yang ada dilingkup Kecamatan Pauh. Diantaranya Kelurahan Piai, Koto Lua, Limau Manis, Pisang, Lambung Bukit, Binuang Kampung Dalam, Kapalo Koto dan Kelurahan Cupak Tangah.
  
Pada, Rabu (01/04/2020), juga ada permintaan masyarakat di beberapa tempat yang belum tersentuh. Insya Allah, kita akan terus berpartisipasi sekuat tenaga untuk ikut membantu pencegahan penularan virus Corona ini, kata Ketua PAC PP Kecamatan Pauh Kota Padang, Janualfri, Selasa (31/03/2020).

Janualfri mengatakan, mengingat penyebaran virus corona yang semakin masif dan turut dibarengi dengan jumlah pasien yang kian terus bertambah, maka langkah-langkah untuk memutus penularan Covid-19 tidak lagi semata menjadi tugas pemerintah, TNI dan Polri.

Semua pihak harus ikut andil dan ambil bagian untuk mengatasi musibah yang tengah mendera bangsa ini. Insha Allah, kami dari Pemuda Pancasila, siap bersumbangsih dan menunaikan bakti untuk negeri ini,” pungkas Janualfri.

Lebih lanjut dia menjelaskan, aksi sosial kemanusiaan kader Pemuda Pancasila PAC Pauh, tak lepas dari tindaklanjut maklumat Kapolri dan Telegram Kapolri bernomor ST/868/III/KEP./2020 tentang antisipasi perkembangan virus corona, serta imbauan pemerintah Kota Padang.

“Kami siap menjadi garda terdepan untuk aksi-aksi kemanusiaan, khususnya dalam upaya memutuskan mata rantai penularan virus corona ini,” timpal Ardi. (*)


Dilansir dari : Rakyat Sumbar

Oleh: Wilson Lalengke

JAKARTA – Menyikapi kondisi penyebaran Virus Corona atau Covid-19 hari-hari ini, banyak daerah yang sudah menerapkan kebijakan Karantina Wilayah. Kebijakan tersebut mewajibkan semua warga harus tinggal di rumah _(Stay at Home)_ dan melakukan pekerjaan dari rumah _(Work from Home)_. Anak sekolahpun sudah diliburkan hampir dua minggu berjalan, dan mewajibkan para siswa belajar dari rumah _(Online Learning)_.

Bagi beberapa kelompok warga, kebijakan _lock-down_ ala Indonesia (baca: karantina biaya mandiri) itu tidak begitu merepotkan, terutama bagi mereka yang berstatus sebagai pegawai pemerintah atau pengusaha. Kelompok warga ini, walau di level kepegawaian rendahan sekalipun, masih memiliki harapan untuk mendapatkan tunjangan pembiayaan hidup sehari-hari. Minimal dari gaji bulanan mereka.

Namun, bagi sebagian besar rakyat, kebijakan stay at home merupakan sesuatu yang sangat merisaukan. Karyawan atau buruh pabrik, pedagang kaki lima, dan tukang ojek adalah beberapa kelompok masyarakat yang hidupnya hanya berharap dari kerja harian. Uang yang didapat hanya cukup untuk biaya hidup dari hari ke sehari. Dapat uang hari ini, habis untuk biaya hari ini, kadang tidak cukup.

Kondisi itu merupakan situasi yang dihadapi ratusan ribu jurnalis se-Indonesia. Kehidupan mereka juga amat memprihatinkan, hidup sehari ke sehari dengan pendapatan yang seadanya. Wartawan Indonesia adalah salah satu kelompok rakyat yang selama ini terabaikan di negerinya sendiri. Taraf perekonomian kebanyakan para jurnalis tergolong berada di bawah garis pra-sejahtera (untuk tidak mengatakan garis kemiskinan).

Terdapat beberapa faktor yang membuat kesejahteraan para jurnalis di tanah air sulit beranjak naik. Jangankan untuk menabung, pendapatan sehari-hari saja hanya cukup untuk biaya keseharian keluarganya. Jikapun ada wartawan yang sejahtera, umumnya mereka adalah pemilik media atau jurnalis yang mempunyai bisnis di luar jurnalistik.

Beberapa perusahaan media yang memiliki ribuan wartawan, sebutlah Kompas sebagai contoh, dapat memberikan penghasilan yang hampir memadai bagi wartawannya. Perusahaan media nasional itu memiliki beberapa jaringan bisnis non-jurnalitik, seperti properti, perhotelan, hingga perkebunan dan pertambangan. Hal tersebut menjadikan Kompas dapat bertahan di tengah gelombang dasyat kemajuan media online yang tidak dapat dimonopoli oleh media tertentu saja.

Walaupun begitu, pola pemberian gaji bagi para wartawan media nasional sebesar Kompas, tidaklah sama alias tidak merata bagi ribuan wartawannya itu. Kinerja sang wartawan amat menentukan penghasilan yang bersangkutan. Dengan kebijakan media besar seperti ini, tentunya masih menyisakan banyak rekan wartawannya yang hidup pas-pasan, dapat sehari, habis sehari.

Jika kondisi kalangan jurnalis yang bekerja di media-media besar, yang mempunyai jaringan bisnis beromset miliaran hingga triliunan, masih cukup memprihatinkan, maka dapat dibayangkan kehidupan para jurnalis di daerah-daerah yang hanya bermodal idealisme dan semangat empat-lima. Bekerja dengan bermodal sebuah android untuk merekam hasil wawancara sekaligus mengambil foto sang narasumber dan obyek berita, tentunya tidak akan memberikan hasil (pendapatan) yang cukup.

Akibatnya, di saat-saat genting masa karantina seperti sekarang, kalangan jurnalis merupakan kelompok rakyat yang amat rapuh dari sisi ekonomi. Sebagian besar mereka tidak memiliki persediaan kebutuhan hidup, tidak juga memiliki tabungan dana yang memadai untuk menjalani masa stay at home, walau untuk beberapa hari sahaja. Jika sang wartawan memiliki keluarga dengan jumlah anak yang cukup banyak, semisal 3 atau 4 orang, tentunya menjadi beban yang sangat berat baginya.

Wartawan tidak akan pernah berputus asa, apalagi mengeluh, terlebih lagi mengemis kepada siapapun. Idealisme seorang wartawan yang selalu siap untuk hidup menderita merupakan pegangan utama bagi mereka. Jangan pernah berharap bahwa wartawan akan datang ke pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk sekedar meminta bantuan. Justru, para jurnalis sejati akan bergerak untuk menggalang kekuatan dalam mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat. Wartawan hanya lantang suara ketika memperjuangkan rakyat, tetapi diam seribu bahasa jika bicara soal nasib-hidupnya sendiri.

Walaupun wartawan diam, janganlah beranggapan mereka kuat dan mampu bertahan tanpa makan-minum sehari-hari. Wartawan tetaplah manusia. Mereka butuh asupan makanan untuk tetap bisa hidup. Mereka juga butuh menghidupi anak-istrinya sebagai bagian dari tanggung jawab kemanusiaannya di keluarganya.

Pemerintah semestinya tidak melupakan kalangan jurnalis sebagai bagian dari rakyat Indonesia yang wajib diayomi dan dilindungi hidupnya. Berikan akses ke sumber-sumber ekonomi yang ada di lingkungan pemerintah, baik dari alokasi anggaran APBN/APBD maupun bentuk bantuan lainnya. Pemanfaatan keuangan yang bersumber dari dana CSR _(Corporate Social Responsibility)_ perusahaan-perusahaan yang ada di daerah masing-masing dapat dimaksimalkan membantu warga masyarakat terdampak, termasuk kalangan wartawan.

Paling penting dari semua ini adalah bahwa para pengambil kebijakan di pemerintahan daerah semestinya peka terhadap kebutuhan warganya, terutama dari kalangan “pendiam” wartawan. Mereka adalah bagian dari tanggung jawab Anda, karena mereka adalah rakyat Anda. Saya hanya menyuarakan keresahan ratusan ribu wartawan se-nusantara, yang tidak pernah mereka utarakan, bahkan kepada sayapun tidak pernah. (*)

Penulis adalah Ketua Umum PPWI, Alummni PPRA-48 Lemhannas RI tahun 2012


PADANG - Pemerintah Kota Padang tengah mempersiapkan dukungan berupa bahan pangan terhadap warga masyarakat Kota Padang yang terdampak virus corona atau covid-19. 

"Alhamdulillah, sampai saat ini semua camat beserta lurah dan juga didukung perangkat RT/RW di Kota Padang sedang bergerak memvalidasi data warga masyarakat yang terdampak langsung dari penyebaran wabah virus corona ini. Kita tentu berharap, setelah semua datanya valid, bantuan pangan yang telah disiapkan segera dibagikan secara optimal dan tepat sasaran tentunya," kata Wali Kota Padang Mahyeldi sewaktu menggelar 'video conference' bersama insan pers di Kota Padang dari kediaman resminya, jl. A. Yani No.11, Rabu (1/4/2020) siang.

Untuk bantuan tersebut terang wako, akan membagikan bantuan berupa beras sebanyak 9 kg beras per jiwa. 

"Jika dalam satu Kepala Keluarga (KK) itu terdapat sebanyak 5 jiwa berarti akan menerima bantuan sebanyak 45 kg beras. Insya Allah kita akan membagikan secepatnya setelah datanya sudah valid," jelas wako.

Lebih lanjut kata wako lagi, ia pun juga menyatakan telah berkoordinasi dengan Bulog setempat untuk mensuplai penyempurnaan bantuan berupa beras tersebut jika terjadi kekurangan nantinya.

"Mudah-mudahan dalam satu atau dua hari ini  sudah siap datanya sampai kepada KK dan jumlah jiwanya," imbuhnya.

Selain itu sambung wali kota, upaya lainnya yang dilakukan saat ini adalah menutup arus masuk ke Kota Padang. Dari arah utara di pintu masuk Jalan Adinegoro dan arah selatan itu dari Jalan Sutan Syahrir Mata Air. 

"Sehingga jalan yang bebas dilewati adalah Jalan By Pass dari batas kota sampai ke Bandara Internasional Minangkabau (BIM). Di batas kota juga kita lakukan pengawasan dengan ketat termasuk di simpang empat Lubuk Begalung kita memang sudah selektif terhadap kendaraan yang melintas. Kita tentu berharap upaya ini akan mempersempit dan memperkecil jumlah PPT di Kota Padang.  Sehingga wabah covid-19 terus kita tekan," ujar wako.

Perihal perkembangan kasus virus corona di Kota Padang Wako Mahyeldi mengungkapkan, dari hari ke hari terus terjadi peningkatan. Dimana saat ini per tanggal 1 April 2020, dari data yang ditemukan jumlah Pelaku Perjalanan daerah Terjangkit (PPT) mencapai sebanyak 2.727 orang disertai Orang Dalam Pemantauan (ODP) ada 96 orang dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) sebanyak 11 orang.

"Sementara yang sudah terkonfirmasi positif yaitu sebanyak 6 orang dengan telah meninggal dunia diantaranya satu orang dan negatif 4 orang. Jadi hari ini terjadi peningkatan satu orang lagi yang positif terjangkit covid-19 di Kota Padang," terangnya. (David/Prokopim Padang)

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.