-->

Latest Post

Photo Istimewa

PADANG - Kepedulian Polri kepada sesama dilakukan oleh Polda Sumbar, yakni melakukan bakti sosial donor darah.

Donor darah dilaksanakan oleh personel Polda, mulai dari pejabat utama hingga anggota di Gedung Awaluddin Djamin, Lantai III Gedung Sabhara Polda Sumbar, Kamis (2/4)

"Donor darah dalam rangka mengantisipasi meluasnya virus Corona Covid-19 untuk membantu pasien-pasien  yang membutuhkan darah. Khususnya pasien Covid-19," kata Kabid Humas Polda Sumbar Kombes Pol Satake Bayu Setianto, S.Ik

Dari peserta yang mendaftar untuk donor darah, jumlah kantong darah yang terkumpul sebanyak 63 kantong yang terdiri dari 20 kantong golongan darah A, 15 kantong golongan darah B, 25 golongan darah O, dan 4 kantong golongan darah AB.

"63 kantong darah sudah diserahkan ke PMI Kota Padang," pungkasnya.(*)

Sumber : Bidhumas Polda Sumbar



PADANG – Semangat untuk memberantas penularan virus corona atau Covid-19 di Kota Padang, terus dilakukan oleh berbagai pihak dengan Penyemprotan desinfektan. Termasuk jajaran pengurus kader PAC Pemuda Pancasila (PP) Kecamatan Pauh, Kota Padang.

Sejak Minggu (29/03/2020) hingga Selasa (31/03/2020) sore, PAC PP Kecamatan Pauh melakukan penyemprotan desinfektan di sejumlah lokasi yang ada dilingkup Kecamatan Pauh. Diantaranya Kelurahan Piai, Koto Lua, Limau Manis, Pisang, Lambung Bukit, Binuang Kampung Dalam, Kapalo Koto dan Kelurahan Cupak Tangah.
  
Pada, Rabu (01/04/2020), juga ada permintaan masyarakat di beberapa tempat yang belum tersentuh. Insya Allah, kita akan terus berpartisipasi sekuat tenaga untuk ikut membantu pencegahan penularan virus Corona ini, kata Ketua PAC PP Kecamatan Pauh Kota Padang, Janualfri, Selasa (31/03/2020).

Janualfri mengatakan, mengingat penyebaran virus corona yang semakin masif dan turut dibarengi dengan jumlah pasien yang kian terus bertambah, maka langkah-langkah untuk memutus penularan Covid-19 tidak lagi semata menjadi tugas pemerintah, TNI dan Polri.

Semua pihak harus ikut andil dan ambil bagian untuk mengatasi musibah yang tengah mendera bangsa ini. Insha Allah, kami dari Pemuda Pancasila, siap bersumbangsih dan menunaikan bakti untuk negeri ini,” pungkas Janualfri.

Lebih lanjut dia menjelaskan, aksi sosial kemanusiaan kader Pemuda Pancasila PAC Pauh, tak lepas dari tindaklanjut maklumat Kapolri dan Telegram Kapolri bernomor ST/868/III/KEP./2020 tentang antisipasi perkembangan virus corona, serta imbauan pemerintah Kota Padang.

“Kami siap menjadi garda terdepan untuk aksi-aksi kemanusiaan, khususnya dalam upaya memutuskan mata rantai penularan virus corona ini,” timpal Ardi. (*)


Dilansir dari : Rakyat Sumbar

Oleh: Wilson Lalengke

JAKARTA – Menyikapi kondisi penyebaran Virus Corona atau Covid-19 hari-hari ini, banyak daerah yang sudah menerapkan kebijakan Karantina Wilayah. Kebijakan tersebut mewajibkan semua warga harus tinggal di rumah _(Stay at Home)_ dan melakukan pekerjaan dari rumah _(Work from Home)_. Anak sekolahpun sudah diliburkan hampir dua minggu berjalan, dan mewajibkan para siswa belajar dari rumah _(Online Learning)_.

Bagi beberapa kelompok warga, kebijakan _lock-down_ ala Indonesia (baca: karantina biaya mandiri) itu tidak begitu merepotkan, terutama bagi mereka yang berstatus sebagai pegawai pemerintah atau pengusaha. Kelompok warga ini, walau di level kepegawaian rendahan sekalipun, masih memiliki harapan untuk mendapatkan tunjangan pembiayaan hidup sehari-hari. Minimal dari gaji bulanan mereka.

Namun, bagi sebagian besar rakyat, kebijakan stay at home merupakan sesuatu yang sangat merisaukan. Karyawan atau buruh pabrik, pedagang kaki lima, dan tukang ojek adalah beberapa kelompok masyarakat yang hidupnya hanya berharap dari kerja harian. Uang yang didapat hanya cukup untuk biaya hidup dari hari ke sehari. Dapat uang hari ini, habis untuk biaya hari ini, kadang tidak cukup.

Kondisi itu merupakan situasi yang dihadapi ratusan ribu jurnalis se-Indonesia. Kehidupan mereka juga amat memprihatinkan, hidup sehari ke sehari dengan pendapatan yang seadanya. Wartawan Indonesia adalah salah satu kelompok rakyat yang selama ini terabaikan di negerinya sendiri. Taraf perekonomian kebanyakan para jurnalis tergolong berada di bawah garis pra-sejahtera (untuk tidak mengatakan garis kemiskinan).

Terdapat beberapa faktor yang membuat kesejahteraan para jurnalis di tanah air sulit beranjak naik. Jangankan untuk menabung, pendapatan sehari-hari saja hanya cukup untuk biaya keseharian keluarganya. Jikapun ada wartawan yang sejahtera, umumnya mereka adalah pemilik media atau jurnalis yang mempunyai bisnis di luar jurnalistik.

Beberapa perusahaan media yang memiliki ribuan wartawan, sebutlah Kompas sebagai contoh, dapat memberikan penghasilan yang hampir memadai bagi wartawannya. Perusahaan media nasional itu memiliki beberapa jaringan bisnis non-jurnalitik, seperti properti, perhotelan, hingga perkebunan dan pertambangan. Hal tersebut menjadikan Kompas dapat bertahan di tengah gelombang dasyat kemajuan media online yang tidak dapat dimonopoli oleh media tertentu saja.

Walaupun begitu, pola pemberian gaji bagi para wartawan media nasional sebesar Kompas, tidaklah sama alias tidak merata bagi ribuan wartawannya itu. Kinerja sang wartawan amat menentukan penghasilan yang bersangkutan. Dengan kebijakan media besar seperti ini, tentunya masih menyisakan banyak rekan wartawannya yang hidup pas-pasan, dapat sehari, habis sehari.

Jika kondisi kalangan jurnalis yang bekerja di media-media besar, yang mempunyai jaringan bisnis beromset miliaran hingga triliunan, masih cukup memprihatinkan, maka dapat dibayangkan kehidupan para jurnalis di daerah-daerah yang hanya bermodal idealisme dan semangat empat-lima. Bekerja dengan bermodal sebuah android untuk merekam hasil wawancara sekaligus mengambil foto sang narasumber dan obyek berita, tentunya tidak akan memberikan hasil (pendapatan) yang cukup.

Akibatnya, di saat-saat genting masa karantina seperti sekarang, kalangan jurnalis merupakan kelompok rakyat yang amat rapuh dari sisi ekonomi. Sebagian besar mereka tidak memiliki persediaan kebutuhan hidup, tidak juga memiliki tabungan dana yang memadai untuk menjalani masa stay at home, walau untuk beberapa hari sahaja. Jika sang wartawan memiliki keluarga dengan jumlah anak yang cukup banyak, semisal 3 atau 4 orang, tentunya menjadi beban yang sangat berat baginya.

Wartawan tidak akan pernah berputus asa, apalagi mengeluh, terlebih lagi mengemis kepada siapapun. Idealisme seorang wartawan yang selalu siap untuk hidup menderita merupakan pegangan utama bagi mereka. Jangan pernah berharap bahwa wartawan akan datang ke pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk sekedar meminta bantuan. Justru, para jurnalis sejati akan bergerak untuk menggalang kekuatan dalam mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat. Wartawan hanya lantang suara ketika memperjuangkan rakyat, tetapi diam seribu bahasa jika bicara soal nasib-hidupnya sendiri.

Walaupun wartawan diam, janganlah beranggapan mereka kuat dan mampu bertahan tanpa makan-minum sehari-hari. Wartawan tetaplah manusia. Mereka butuh asupan makanan untuk tetap bisa hidup. Mereka juga butuh menghidupi anak-istrinya sebagai bagian dari tanggung jawab kemanusiaannya di keluarganya.

Pemerintah semestinya tidak melupakan kalangan jurnalis sebagai bagian dari rakyat Indonesia yang wajib diayomi dan dilindungi hidupnya. Berikan akses ke sumber-sumber ekonomi yang ada di lingkungan pemerintah, baik dari alokasi anggaran APBN/APBD maupun bentuk bantuan lainnya. Pemanfaatan keuangan yang bersumber dari dana CSR _(Corporate Social Responsibility)_ perusahaan-perusahaan yang ada di daerah masing-masing dapat dimaksimalkan membantu warga masyarakat terdampak, termasuk kalangan wartawan.

Paling penting dari semua ini adalah bahwa para pengambil kebijakan di pemerintahan daerah semestinya peka terhadap kebutuhan warganya, terutama dari kalangan “pendiam” wartawan. Mereka adalah bagian dari tanggung jawab Anda, karena mereka adalah rakyat Anda. Saya hanya menyuarakan keresahan ratusan ribu wartawan se-nusantara, yang tidak pernah mereka utarakan, bahkan kepada sayapun tidak pernah. (*)

Penulis adalah Ketua Umum PPWI, Alummni PPRA-48 Lemhannas RI tahun 2012

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.