-->

Latest Post

Oleh: Mahyeldi Ansharullah Dt. Marajo

Menyenangkan, jika orang datang ke Padang. Itu adalah keinginan besar kita, hari ini dan hari-hari mendatang. Maka tidak ada caranya selain membenahi kota yang kita cintai ini, merawatnya baik-baik, melengkapi infrastrukturnya, mencukupkan fasilitas umumnya, membentuk manusia-manusia yang ramah dan santun sebagai penghuninya dan membuatnya menjadi sebuah kota yang aman dan sekaligus tertib.

Tapi tidaklah logis apabila kita mendahulukan perbaikan untuk tamu yang datang sementara tuan rumah sendiri tidak diperbaiki terlebih dulu. Karena itu orientasi pembangunan Padang adalah mensejahterakan masyarakatnya terlebih dulu. Sejuta penduduk, tentulah bukan jumlah yang sedikit untuk ukuran daerah-daerah di Sumatera Barat.

Padang sebagai kota dengan penduduk terbesar diantara Kabupaten/Kota yang ada.
Setelah gempa besar melanda Padang 2009 memang mau tak mau segenap upaya kita adalah ditujukan kepada pembangunan kembali infrastruktur kota yang binasa. Pemahaman saya, mana mungkin sebuah kota menjadi menarik untuk dikunjungi apabila banyak reuntuhan bangunan yang membuat orang takut.

Membuat warga jadi nyaman, itu bukan pekerjaan mudah pula. Pertama-tama saya ingin seluruh warga memiliki tempat-tempat bersantai dengan keluarga yang nyaman. Itu sebabnya pada permulaan tugas saya, pembangunan taman-taman kota menjadi marak. Sejumlah sudut kota yang strategis kita desain menjadi taman yang cantik.
Lalu, pembenahan pantai Padang sebagai pusat rekreasi yang indah perlu pula menjadi bagian dari pekerjaan besar kita. Selama beberapa tahun, pantai Padang sulit dibenahi, kumuh dan banyak pemalakan yang membuat orang acap mengeluh.

Sejumlah rumah makan di bibir pantai yang sulit dipindahkan, akhirnya dengan pendekatan humanis, berhasil kita relokasi. Bibir pantai harus bebas bangunan liar. Maka secara bertahap sejak enam tahun lalu pantai Padang kita ubah menjadi sebuah kawasan yang layak disebut sebagai destinasi. Pantai Padang tidak kalah indah dengan pantai Kuta di Bali, pantai Loasari di Makassar atau kawasan Bulevard di Manado.

Dengan kebersamaan, menggandeng semua pemangku kepentingan pariwisata, saya memutuskan untuk mengubah pantai Padang menjadi sebuah pantai yang nyaman dan indah. Banyak yang yang meragukan bahwa ini adalah sebuah pekerjaan yang sia-sia dan mustahil mengingat banyak benturan sosial yang mesti dihadapi. Namun, untuk sebuah kebaikan dan nawaitu untuk kemaslahatan bersama saya kira semua orang mau menerima asal pendekatannya dilakukan dengan humanis tanpa merugikan masyarakat.

Hasilnya? Lihatlah dari ujung utara ke ujung selatan pantai, dari Muaro ke Muaro Lasak, kini menjadi sebuah kawasan yang tumbuh pesat ekonomi masyarakatnya lantaran telah berubah menjadi destinasi yang dikunjungi banyak pelancong.

Sambil terus membenahi infrastruktur kota seperti Pasar Raya yang runtuh akibat gempa serta gedung-gedung pemerintah, kita juga ingin tanah-tanah rakyat dalam kota di berbagai wilayah pemukiman menjadi naik nilai ekonomisnya. Jalan satu-satunya adalah membangun akses jalan ke kawasan-kawasan pemukiman itu. Saya lalu memperkenalkan betonisasi. Dengan dibangunnnya jalan beton di berbagai kawasan pemukiman makan harga tanah di situpun meningkat pesat. Sekaligus juga memudahkan mobilisasi mesyarakat baik sosial maupun ekonomi.

Tidak semua warga adalah orang diberi kesempurnaan tubuh oleh Allah, diantaranya ada yang merupakan warga disabilitas. Pemberian penghargaan kepada masyarakat yang seperti itu adalah sebuah upaya memberi rasa adil, bentuknya adalah membantu kaum disabilitas dengan membangunkan trotoar dilengkapi rambu untuk kaum disabilitas.  Para tunanetra dan orang-orang tua yang memerlukan kereta dorong bisa menikmati kota Padang lewat trotoar-trotoar lebar yang kita bangun di jalan-jalan utama. Mereka bisa rehat dari keletihan berjalan dengan disediakan bangku-bangku pada trotoar itu.

Perekonomian juga pulih –meskipun kini sempat surut karena Covid-19, tapi itu dialami oleh semua kota di dunia—hotel-hotel juga makin banyak dibangun. Itu berarti para investor memandang bahwa Padang memang sebuah kota layak investasi. Mal dan bioskop modern juga melengkapi sebutan Padang sebagai sebuah Kota Raya.

Perlalu-lintasan yang baik, nyaman dan teratur sebagai sarana memobilisasi orang, barang dan jasa merupakan indikator sebuah kota yang memberi rasa nyaman. Dua perusahaan taksi nasional Blue Bird dan Expres juga melirik Padang sebagai wilayah operasi yang menguntungkan. Sedangkan Pemerintah Kota pun berusaha membuat lalu-lintas di jalanan menjadi tertib dengan mengurangi kendaraan umum berukuran kecil. Kita sediakan bus Trans Padang yang nyaman bagi warga. Dalam waktu-waktu mendatang akan kita tingkatkan jumlah armadanya dengan menambah koridor yang dilayani.

Nah, begitulah, apabila semua kelengkapan sebuah kota bisa membuat warganya nyaman, maka tak ayal tentu akan membuat nyaman pula para pendatang, tamu dan pelancong yang memilih Padang sebagai destinasi.
Pada masa-masa mendatang, pemerintahan berikutnya bisa lebih lega dengan berkonsentrasi pada upaya pembangunan mental dan spiritual. Akan makin banyak waktu dan anggaran untuk sumber daya manusia, karena hampir semua fasilitas kota sudah kita lengkapi. 

Melihat Sumatera Barat, sekali lagi mesti didahului dengan melihat Padang. Padang yang baik dan tertata rapi akan mencerminkan Sumatera Barat yang teratur. Padang yang ramah investasi, akan mencerminkan juga Sumatera Barat yang ramah investasi.
Pada usia yang sudah tidak muda ini, Padang tahun ini berumur 351 tahun, Pemerintah Kota tentu sangat berterimakasih kepada semua warga masyarakat yang telah rela dan bersedia bersama-sama membikin kota ini sebagai sebuah hunian yang nyaman, Dirgahayu Padang!


MPA, PADANG -- Video Wali Kota Padang Mahyeldi Ansharullah yang dimaki oleh emak-emak pedagang kaki lima disertai dengan kata tidak pantas viral di group-group whats'app, Facebook dan Twitter. Pasalnya PKL tersebut tidak rela ditegur karena berjualan di atas trotoar pelataran Pantai Padang
Kamis (6/8/2020). 

Video berdurasi 20 menit 38 detik itu menjadi perhatian publik, tampak dalam video singkat itu Wali Kota Padang Mahyeldi ditemani ajudan dengan mengenakan sepeda dengan berpakaian olahraga warna hitam serta memakai helm sepeda mendatangi sekelompok emak-emak PKL. 

Kemudian Mahyeldi menyapa dan menegur agar penjual tersebut tidak menjajakan dagangannya di atas trotoar karena melanggar aturan.Tidak terima di tegur sipenjual bukannya mengangkat dagangan,  justru melakukan perlawanan dengan melontarkan kata kasar, dan tak pantas untuk didengar. 

Seorang Netizen, Hendri P. mengatakan "Saya melihatnya dari segi positif saja. Betapa Seorang Buya Mahyeldi begitu sabar dan santun menghadapi masyarakat yang sedang emosional," tulisnya.

"Melihat seorang ibu tua yang berucap kata tidak pantas diucapkan, dengan cara menghardik dan disebar oleh lawan politik Buya Mahyeldi. Padahal oknum pedagang tersebut sudah jelas-jelas melanggar aturan yang ada," tuturnya.

"Sekali lagi saya apresiasi Wali Kota Padang Buya Mahyeldi yang begitu sabar menghadapi masyarakat," tulisnya.

Dia menambahkan saya tidak bisa membayangkan kalau saya pada posisi Buya waktu itu, mungkin barang-barang Pedagang tersebut sudah saya lempar ke laut. "Tapi Buya memang beda, dia mengedepankan rasa bukan kekuasaan. Buya tetap sabar menghadapai Warganya yang bermacam ragam tingkah laku," tutupnya. (Anda)

Dalam mengarungi rumah tangga, terkadang kita mengalami ketidak puasan terhadap perilaku pasangan hingga menyebabkan hilangnya keharmonisan.

Pasangan suami istri, pasti mendambakan rumah tangga yang harmonis. Sakinah, mawadahdan dan warahmah. Namun dalam mengarunginya  terkadang banyak ujian dan cobaan. Apa yang kita harapkan terkadang tidak selamanya berjalan mulus, ini mesti dilalui. 

Ajaran Islam telah menetapkan syariat yang mengandung berbagai macam mutiara hikmah, pengarahan serta solusi bagi berbagai bentuk persoalan dalam pernikahan dan rumah tangga. Sehingga nantinya pasangan suami dan isteri bisa menjalani hidup bahagia bersama, tenang, tenteram dan damai dengan merealisasikan ajaran Islam.

Untuk hikmah hidup dalam berumah tangga, bisa diambil dari kisahnya shahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, yakni Umar bin Khattab. Umar merupakan sosok mukmin yang memiliki karakter tegas, pemberani dan keras dalam membela kebenaran. Meskipun begitu hatinya penuh kelembutan ketika bermuamalah dengan istrinya. Menonjol jiwa kepemimpinannya tetapi tetap tawadhu’ dan penuh sabar dalam berinteraksi dengan pasangan hidupnya.

Kehidupan rumah tangga sang 'Amirul Mukiminin" ini penuh pesona dan bisa dijadikan teladan ketika timbul bibit-bibit persoalan dalam rumah tangga. Sifatnya yang arif serta bijaksana, beliau sosok tipikal suami yang bertanggung jawab. Sungguh beruntung wanita yang memiliki suami ideal sebagaimana sosok menakjubkan seorang Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu ini.

Diriwayatkan bahwa seorang pria datang ke rumah Umar bin Khattab hendak mengadukan keburukan akhlak istrinya. Maka ia berdiri di depan pintu menunggu Umar keluar. Lalu ia mendengar istri Umar bersuara keras pada suaminya dan membantahnya. Sedangkan Umar diam tidak membalas ucapan istrinya. Pria itu lalu berbalik hendak pergi sambil berkata, “Jika begini keadaan Umar dengan sikap keras dan tegasnya, dan ia seorang Amirul Mukminin, maka bagaimana keadaanku?”.

Umar keluar dan melihat orang itu berbalik (pergi) dari pintunya. Maka Umar memanggilnya dan berkata, ”Apa keperluanmu wahai pria?”. Ia menjawab “Wahai Amirul Mukminin semula aku datang hendak mengadukan kejelekan akhlak istriku dan sikapnya yang membantahku. Lalu aku mendengar istrimu berbuat demikian, maka akupun kembali sambil berkata, ”Jika demikian keadaan Amirul Mukminin bersama istrinya maka bagaimana dengan keadaanku?”.

Umar berkata, ”Wahai saudaraku, sesungguhnya aku bersabar atas sikapnya itu karena hak-haknya padaku. Dia yang memasakkan makananku, yang membuat rotiku, yang mencucikan pakaianku, yang menyusui anak-anakku dan hatiku tenang dengannya dari perkara yang haram karena itu aku bersabar atas sikapnya”.

Pria itu berkata, ”Wahai Amirul Mukminin demikian pula istriku”. Berkata Umar, ”Bersabarlah atas sikapnya wahai saudaraku...”

Kisah Umar ini dikutip dari kitab Al-Kabair oleh Adz-Dzahabi, cetakan Darun Nadwah Al Jadidah. Dari kisah shahabat Rasulullah ini, ada faedah penting yang bisa kita ambil pelajarannya dan bisa dijadikan acuan untuk keharmonisan rumah tangga. Seperti diungkapkan Syaikh Musthofa Al-‘Adawi, dalam kitab yang diterjemahkan 'Romantika Pergaulan Suami Istri", sebagai berikut. 

1. Suami hendaklah mampu menahan diri.

Sikap diamnya Umar bukan berarti ia tak membela diri, justru sebaliknya. Inilah sikap mulia seorang suami sekaligus sebagai pemimpin rumah tangga ia telah memberikan teladan dalam kebaikan akhlak. Bukan pula ia membiarkan kesalahan istri, tapi saat situasi memanas, sama sekali tak kondusif untuk menasehati istri.

Terlebih lagi ketika ia segera membalas kemarahan istri, maka yang terjadi adalah perang mulut dimana ledakan emosi-emosi negatif akan menjadikan keduanya terjebak dalam pertengkaran, masing-masing mengemukakan alasan. Sosok suami shalih harus mampu mengendalikan diri, menjaga keadaan agar tetap stabil sehingga tak membuka kesempatan sekecil apapun bagi setan untuk masuk dan mengacaukan suasana. Nabi shallallaahu alaihi wa sallam bersabda,


أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا

“Orang Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Dan orang yang paling baik akhlaknya diantara kalian adalah yang paling baik pergaulannya terhadap istri” (HR. Imam Ahmad)

2. Senantiasa mengingat kebaikan pasangan 

Ketika suami melihat kekurangan atau keburukan istri, hendaklah ia segera mengingat-ingat kelebihan dan kebaikan istrinya. Ini kiat praktis agar suami tidak fokus pada kekurangan yang menyebabkan terjerumus pada penyesalan dan menumbuhkan kebencian. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ

“Tidak sepantasnya seorang suami benci pada istrinya. Karena kalaupun ia membenci sebagian akhlak istrinya, di sisi lain ia akan menyukai akhlak-akhlaknya yang lain” (HR. Muslim).

3.Kesabaran akan berbuah manis

Salah satu kunci lestarinya pernikahan adalah sabar dalam berinteraksi dengan pasangan ketika ada perkara-perkara yang membuatnya kurang berkenan. Ketika sebuah sikap atau perbuatan masih bisa ditoleransi sebatas tidak bertentangan dengan syariat maka berlapang dadalah dan terimalah keadaan dengan berbaik sangka. Jadilah orang yang mudah beradaptasi dan lembut demi keharmonisan pernikahan.

Ingat pesan bijak Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam,

إِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ, لَنْ تَسْتَقِيْمَ لَكَ عَلَى طَرِيْقَةٍ, فَإِنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اِسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَفِيْهَا عِوَجٌ

“Wanita itu seperti tulang rusuk yang bengkok. Bila engkau luruskan maka patah dan apabila engkau bernikmat-nikmat dengannyapun dapat engkau lakukan. Tetapi padanya terdapat kebengkokan” (HR. Bukhari, dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu).

Meskipun demikian seorang suami harus terus menerus membina istri, bagaimana menjadi figur wanita shalihah dan seorang istri hendaknya berjuang agar mampu menunaikan hak-hak suami sebatas kemampuan yang dia miliki. Ketika keduanya mampu menjalani petunjuk-Nya insyaallah biduk rumah tangga akan bahagia. 

Wallahu A'lam

Sumber : sindonews.com

(Gusni) 

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.