-->

Latest Post


MPA, JAKARTA - Sejak dibuka 4 September hingga batas akhir Minggu, 6 September 2020, kita telah menyaksikan riuhnya proses pendaftaran calon kepala daerah yang bakal bertarung dalam perhelatan Pilkada serentak pada 2020 ini. 

Ketua KPK RI, Firli Bahuri mengucapkan selamat berkompetisi, bersaing sehat untuk memenangkan hati dan suara rakyat dengan cara-cara terhormat. “Adu ide, program serta gagasan untuk pembangunan daerah dan kemajuan rakyat, bukan bujuk rayu, janji manis apalagi jual beli suara untuk dapat melenggang ke tampuk kekuasaan,” ujar Firli. 

Firli kembali mengingatkan terutama kepada calon kepala daerah petahana atau dari unsur aparatur pemerintah untuk tidak menggunakan instrument, apalagi anggaran negara, dalam kontestasi Pilkada serentak 2020.
Jangan pernah berfikir tegas Firli, bahwa KPK akan kesulitan untuk memantau pergerakan khususnya potensi tindak pidana korupsi dalam perhelatan Pilkada serentak di 270 daerah dengan rincian 9 provinsi, 224 kabupaten dan 37 kota.

“Kita sudah membangun sistem khusus untuk memantau Pilkada serentak 2020 serta menerapkan konsep three prongs approaches dalam mengawal Pilkada bersih.
Selain itu, KPK memiliki 'mata rakyat', yaitu anak-anak bangsa yang memiliki integritas dan menjaga nilai-nilai kejujuran. 

Mereka tidak takut, berani lantang berteriak, meneriakkan kebenaran diantara bisikan kejahatan korupsi. Banyak yang membenci korupsi, namun tidak sedikit yang hanya diam sehingga (korupsi) kejahatan atas kemanusiaan tersebut bisa terjadi. Dengan kata lain, yang menumbuhkan kejahatan korupsi seringkali adalah ketidak pedulian kita sendiri.

Antusias dan peran aktif 'mata rakyat' ini, dapat dilihat dari tingginya angka laporan dugaan tindak pidana korupis dalam kanal Pengaduan Masyarakat ke KPK, sehingga dapat kita cegah bila belum terjadi dan pasti kita tindak jika (korupsi) telah dilakukan.
Bersama KPU, Bawaslu dan Kemendagri, KPK akan menyambangi calon kepala daerah untuk meminta mereka menandatangani pakta integritas, sebagai upaya pencegahan korupsi.

“KPK berupaya penuh agar Pilkada serentak 2020 tidak membidani kelahiran koruptor-koruptor baru seperti yang terjadi pada Pilkada-Pilkada sebelumnya, dimana tak lama setelah dilantik, kepala daerah terpilih berstatus tersangka kasus korupsi,” kata Firli mengingatkan.

Sekali lagi, ungkap Firli, dirinya menghimbau kepada seluruh calon kepala daerah termasuk tim sukses dan partai politik pengusung, untuk mengedepankan sportifitas anti korupsi, dalam memenangkan Pilkada serentak 2020.

“Dengan semangat sportifitas anti korupsi, Insya Allah Pilkada Serentak 2020 dapat melahirkan pemimpin-pemimpin yang jujur, amanah dan berintegritas, sehingga dapat mewujudkan semua cita-cita dan harapan Founding Fathers kita, dimana negara ini dapat melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Pulau Rote, dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,” tutup Ketua KPK RI ini.#[--]


MPA, PADANG - Tim dari Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Mabes Polri melakukan penelitian dan supervisi di wilayah Polda Sumatera Barat (Sumbar).

Selain penelitian, Tim Puslitbang Polri juga supervisi penguatan kinerja layanan kepolisian bidang Penyidikan Tindak Pidana untuk TA. 2020, Senin (7/9) di ruang Jendral Purn. Soekanto Lantai IV Mapolda Sumbar.

Kedatangan Tim Puslitbang ini disambut  Sumbar Kapolda Sumbar yang diwakili Karo Rena Polda Sumbar Kombes Pol Drs. Dharu Siswanto. Sedang Tim Puslitbang yaitu Kombes Pol Drs. Iswyoto Agoeng L. Doeta, M.Si, Kombes Pol Drs. Azis Saputra, AKBP Rahmat Syukri, AKBP Ir. Dadang Sutrasno, Iptu Reo Anggar Prabowo, S.T dan Penata Parno.

Dalam kegiatannya, Puslitbang Polri melaksanakan pemeriksaan dan penelitian di hari pertama terhadap Direktorat Reserse Kriminal Umum dan Reserse Kriminal Khusus.

Pemeriksaan tersebut terdiri dari 2 hal, yakni pemeriksaan memfokuskan pada Level Manajerial terhadap Direktur, Wakil Direktur (Wadir), Analis, Kabag Bin Ops, para Kasubdit, Kanit, dan perwakilan KA SPKT.

Kemudian, pemeriksaan memfokuskan pada Level Pelaksana terhadap perwakilan Subdit, Kanit, Kasubnit, Penyidik dan Penyidik Pembantu.(*)

Sumber Biddhumas Polda Sumbar 


MPA, JAKARTA - Sosok ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Komjen Pol Drs. H. Firli Bahuri, M.Si., ternyata berjiwa seni. Meski disibukkan dengan rutinitas yang padat, namun perwira tinggi Polri berbintang tiga ini selalu menyempatkan waktu untuk keluarga. Salah satunya berkomunikasi dan bermain musik bersama sang anak yakni Rizqi Arfiananda Dhira Putra, Sabtu (06/09/2020).

Kesederharanaan Firli terlihat saat mantan Kabaharkam Polri ini hanya mengenakan kaos berwarna putih dan menyanyikan lagu. Sementara sang anak, tampak mengenakan baju berwarna merah dan sedang memainkan gitar di sebelahnya. Namun, tak disangka, suara Firli begitu memesona dan fasih menyanyikan lagu Jawa ‘Sewu Kuto’ yang dipopulerkan Didi Kempot.

Ditanya wartawan terkait salah satu hobinya menyanyi selain berolahraga, Firli menyatakan bahwa hidup perlu keseimbangan dan mendapatkan makna dari kehidupan.

“Dalam hidup diperlukan keseimbangan. Agar arah dan tujuan hidup selalu bermakna. Dalam setiap makna hidup kita mengambil hikmah dibaliknya,” ungkapnya.

Firli menyatakan tak sembarangan memilih lagu ‘Sewu Kuto’ yang beraliran Campur Sari. Dia punya alasan, bahwa lirik lagu Sewu Kuto itu bagus.
“Dalam hidup kita tidak boleh berbohong, kita tidak boleh berdusta. Dalam lagu Sewu Kuto, ada kalimat “Aku Ora Ngapusi..... Artinya, aku tidak berbohong, kita harus jujur. Sama dengan memberantas korupsi, kita harus tanamkan sikap jujur ini,” terangnya.

Firli juga menukil penulis Boris Pasternak salah satu penulis yang dia sukai. "Man is born to live, not to prepare for life,".
Sebelumnya Firli juga sudah mengungkap alasan mengapa memilih lagu Sewu Kuto. Ketika diwawancarai Tribun Network, Firli mengaku lagu itu dia pilih karena syairnya bagus. Misalnya ribuan kota dia sudah dilalui, jutaan hati juga sudah ditanyakan, tapi tidak ada yang pernah tahu.

“Kenapa konsep itu saya pakai? Ada dalam sebuah buku yang ditulis oleh Boris Pasternak di situ disebutkan bahwa man is born to live, and not to prepare for life. Maknanya adalah setiap orang yang lahir hanya untuk hidup, tapi tidak disiapkan untuk hidup dan kehidupannya. Sehingga lagu itu syairnya cukup bagus. Seandainya kau sudah mulia, saya juga rela. Kira-kira begitulah.Jadi lagu itu kalau kita betul-betul maknai sangat dalam, semua sudah dilakukan, tetapi yang jelas ada kata dia tidak pernah berbohong, dia tidak pernah berdusta. Artinya adalah itu konsep naluri seseorang. Bahwa sesungguhnya manusia itu tidak boleh berbohong dan tidak boleh berdusta. Itu sebetulnya,” tegasnya.

Dalam menjiwai lagu, Firli juga menyatakan punya makna luas bukan hanya soal percintaan. “Tapi itu adalah gambaran yang lebih luas. “Contoh, seandainya ada satu lagu, mungkin kalau kita lihat itu misalnya Andaikan Kau Datang. Terlalu indah dilupakan, terlalu sedih dikenangkan. Itu sebetulnya, kalimat itu adalah kalimat seketika masuk dalam alam kubur yang begitu gelap dan kita tidak akan pernah kembali.Itu maknanya. Jadi seketika seseorang membuat lagu, itu tidak hanya susunan kata dan kalimat. Tapi begitu dalam maknanya.  Mampukah kita menyelami makna itu?” tuturnya.
Firli menambahkan, dia belajar menyanyi ketika pertama setelah masuk Akpol tahun 1987. 

“Kehidupan saya kan tidak lepas dari kampung. Enam kali daftar Akpol tidak lulus. Tahun 82, 83, 84, 85, 86, dan 87 saya baru lulus. Artinya tahun 87 saya menapakkan kaki di Jawa, masuk Akpol. Seiring dengan itu tentu perjuangan tidak hanya lewat begitu saja, tapi penuh makna dan perjuangan. 

Seperti yang tadi saya bilang, man is born to live, but not to prepare for life. Seketika orang menghadapi suatu cobaan, itu bisa saja dia akan putus asa dan akan patah semangat. Tetapi saya tidak begitu. Saya katakan bahwa manusia itu memang lahir untuk hidup, tetapi dia tidak disiapkan untuk hidup. 

Selanjutnya, karenanya kita harus mempersiapkan hidup dan kehidupan. Negara kesatuan Republik Indonesia telah dilahirkan dan didirikan. Sekarang saatnya bagi kita melanjutkan perjuangan hidup dan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.  

“Begitupun kondisi kita sekarang, tentu kita harus berjuang karena perjuangan itu belum berakhir dan kita diwajibkan untuk belajar, mencari ilmu, bahkan diwajibkan untuk mengejar ilmu itu sampai ke negeri China. Maknanya sangat dalam,” pungkasnya.*[-]

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.