-->

Latest Post

PLN terus berkontribusi untuk membantu masyarakat menghadapi pandemi covid-19 melalui pasokan kelistrikan dan oksigen


JAKARTA - MEDIAPORTALANDA - 4 September 2021 - PT PLN (Persero) konsisten memenuhi kebutuhan pelanggan dengan menghadirkan keandalan listrik di tengah-tengah pandemi Covid-19. 


Memperingati Hari Pelanggan Nasional 2021, direksi PLN melakukan kunjungan ke Rumah Sakit Darurat Covid (RSDC) Wisma Atlet dan Pabrik oksigen PT Air Liquide untuk memastikan pasokan listrik tercukupi.


Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril memastikan kepada manajemen RSDC maupun Air Liquide bahwa PLN siap mendukung pasokan listrik di dua tempat tersebut agar tetap bisa melayani masyarakat secara maksimal.


"Kami di PLN berkomitmen akan terus menghadirkan pelayanan listrik yang andal bagi semua masyarakat agar bisa menghadapi pandemi ini. Dukungan dari RSDC dan Air Liquide memotivasi kami untuk memberikan layanan yang lebih baik lagi dalam melayani pelanggan dan masyarakat Indonesia," ujar Bob, Sabtu (4/9).

Selain memastikan pasokan listrik di dua tempat tersebut aman. Kunjungan yang dilakukan PLN ini merupakan salah satu cara PLN untuk meningkatkan keeratan hubungan PLN dengan pelanggan, khususnya  Industri yang menunjang sektor kesehatan.


Director of Business Large Industries PT Air Liquide Indonesia, Maulana Himawan ikut mengapresiasi kinerja PLN dalam melayani kebutuhan pelanggan. 


"Kami sangat puas terhadap pelayanan PLN, sangat responsif, dan mengutamakan kepentingan pelanggan. Kami sangat percaya terhadap keandalan PLN," ujar Maulana.


Apresiasi yang sama diutarakan Koordinator Opersional RSDC Wisma Atlet, Kolonel dr. Abdul Alim. Alim berterima kasih atas dukungan yang diberikan PLN selama ini. Ia pun memastikan pasokan listrik yang ada untuk RSDC selama ini cukup dan tanpa kendala.


"Saya sebagai pelanggan terima kasih atas dukungan, perhatian PLN kepada RSDC. Selama ini tidak ada masalah listrik. Berkat dukungan PLN dan pimpinan PLN mudah mudahan PLN semua rekan rekan diberikan kesehatan untuk mengawal RSDC dan masyarakat lainnya," ujar Alim. 


Direktur Perencanaan Korporat PLN, Evy Haryadi berharap momentum ini dapat meningkatkan keeratan hubungan kami dengan pelanggan, khususnya sektor kesehatan, yakni RSDC Wisma Atlet


“Ini kita lakukan agar dapat mewujudkan Indonesia yang tangguh dan tumbuh,” ujar  Evy Haryadi.


Selain mendukung pasokan kelistrikan, PLN juga memberikan pasokan oksigen medis yang diproduksi oleh PLN sendiri melalui anak usahanya PT PJB dan PT Indonesia Power.


Evy berharap, produksi oksigen tersebut banyak membantu masyarakat yang membutuhkan dan dapat menekan lonjakan harga jual oksigen yang beredar. Terlebih agar dapat menjaga kestabilan pasokan oksigen ke rumah sakit seperti halnya RSDC Wisma Atlet itu sendiri.


RSDC Wisma Atlet merupakan fasilitas kesehatan yang dihadirkan pemerintah dalam rangka penanganan pandemi Covid-19. Terdiri dari 10 Tower yang difungsikan sebagai rumah sakit, per 1 September 2021 tercatat 1.055 pasien yang masih harus dirawat. RSDC memiliki ketersediaan 7.894 bed yang saat ini terpakai 13 persen. 


PLN mendukung pelayanan kesehatan di RSDC Wisma Atlet dengan suplai listrik yang andal dari 4 gardu yang dimiliki. Termasuk memberikan dukungan pasokan oksigen yang dihasilkan dari pengolahan produk sampingan pembangkit berbasis gas milik mereka. 


Dengan pemakaian 33 MWh sepanjang tahun berjalan ini, RSDC Wisma Atlet menjadi kontributor pemakaian listrik terbesar dalam rangka penangulangan Covid-19 di Indonesia.


Sedangkan PT Air Liquide merupakan salah satu pelanggan strategis PLN. Apalagi perusahaan tersebut berperan dalam produksi oksigen yang turut membantu penanganan Covid-19.  (**)

Pelanggan dapat menikmati harga spesial tambah daya via PLN Mobile sebesar Rp202.100 sampai 30 September 2021

 

JAKARTA - MEDIAPORTALANDA -  4 September 2021 - Sambut Hari Pelanggan Nasional pada 4 September 2021, PT PLN (Persero) memperpanjang program layanan Super Merdeka Listrik. Program layanan ini diluncurkan untuk menjawab kebutuhan pelanggan yang beraktivitas secara penuh di rumah akibat pembatasan aktivitas karena Pandemi Covid-19.


Super Merdeka Listrik merupakan program pemberian harga spesial untuk biaya penyambungan pada layanan tambah daya bagi konsumen tegangan rendah 1 phasa daya 450 VA dan 900 VA.  Untuk semua golongan tarif yang mengajukan permohonan penambahan daya akhir mulai daya 900 VA hingga daya 5.500 VA. Harga yang dikenakan untuk layanan ini pun hanya sebesar Rp. 202.100.

 

Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN, Bob Saril menyampaikan, Super Merdeka Listrik tidak semata hanya untuk kepentingan rumah tangga, namun juga untuk kegiatan industri yang terkait dengan golongan tarif dalam program ini. Program ini diharapkan tetap dapat meningkatkan produktivitas pelanggan di tengah situasi Pandemi Covid-19.

 

“Semoga program ini mampu mendorong industri untuk meningkatkan produksinya, kita beri kesempatan untuk lebih berkembang lagi,” kata Bob.

 

Program ini berlaku bagi pendaftar yang sudah melakukan pembayaran sejak 14 Juli 2021 hingga 30 September 2021. Keringanan biaya tambah daya diberikan bagi pelanggan yang memiliki aplikasi PLN Mobile yang dapat diunduh pada fitur _PlayStore_ dan _App Store_ ponsel pelanggan.

 

“Layanan ini hanya kita lakukan melalui PLN Mobile, tidak dibuka pada _channel_ lain,” ujarnya seraya mengajak masyarakat untuk mengunduh aplikasi PLN Mobile.

 

Bob berharap, dengan semangat Hari Pelanggan Nasional, pelanggan mendapatkan kemerdekaan dalam memilih layanan terbaik PLN sesuai kebutuhan. Terlebih memilih opsi daya yang memberi pasokan listrik yang andal bagi pelanggan.

 

“Kami berkomitmen memberikan pilihan layanan terbaik bagi pelanggan lewat Super Merdeka Listrik ini. Apalagi di masa pandemi, kebutuhan layanan listrik yang prima semakin dibutuhkan karena banyak yang melakukan pekerjaan dari rumah,” terangnya.

 

Tunggu apalagi, manfaatkan program Super Merdeka Listrik dan lakukan tambah daya. Download PLN Mobile sekarang. (**)

JAKARTA - MEDIAPORTALANDA -  Masyarakat Indonesia tidak perlu berlebihan merespon kunjungan Wakil Presiden AS, Kamala Harris, ke Singapura dan Vietnam. Bagaimanapun juga Amerika Serikat tentu memiliki pertimbangan tersendiri mengapa Indonesia tidak masuk dalam daftar kunjungan Wapres Harris ke Asia Tenggara.


Wartawan senior dan Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI), Teguh Santosa, menggarisbawahi sejumlah hal terkait dengan kunjungan tersebut.

Pertama, Amerika Serikat menghormati kredo politik luar negeri bebas aktif Indonesia. Mengunjungi Indonesia di saat Amerika Serikat sedang berhadap-hadapan dengan kekuatan lain di kawasan, yakni Republik Rakyat China, tidak terlalu elok untuk dilakukan.


“Amerika Serikat menghormati kredo politik luar negeri kita yang diakui seluruh dunia, yakni bebas aktif,” ujar dosen Hubungan Internasional Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, itu, dalam dialog Indonesia Satu News yang dipandu Bursah Zarnubi, hari Selasa lalu (31/8).


Pembicara lain dalam diskusi itu adalah Managing Director Political Economy and Policy Studies, Prof Anthony Budiawan.


Kedua, kunjungan ke Asia Tenggara dilakukan Wapres Harris di tengah situasi panas di Laut China Selatan. Dengan demikian, Teguh mengatakan, dirinya dapat memahami bila Wapres Harris lebih memilih Vietnam.


“Karena Vietnam adalah salah satu negara claimant  (yang mengklaim perairan) di Laut China Selatan. Indonesia bukan negara claimant,” sambungnya.


Ketiga, menurut Teguh, kunjungan ke Vietnam itu juga dimaksudkan Amerika Serikat untuk memperlihatkan kepada masyarakat dunia bahwa negara itu bisa memiliki hubungan baik dengan negara lain yang di masa lalu pernah berperang dengan mereka.


Sinyal ini penting diperlihatkan setelah Amerika Serikat memutuskan meninggalkan Afghanistan baru-baru ini.


Dalam berbagai kesempatan sebelumnya, Teguh kerap mengatakan, keputusan Presiden Joe Biden meninggalkan Afghanistan bukan bentuk kekalahan. Biden menurutnya sedang berusaha memperbaiki reputasi AS yang rusak terutama di era Donald Trump.


*Tidak Bergantung pada China*


Di sisi lain, menurut Teguh, Amerika Serikat tidak terganggu dengan hubungan yang cukup baik antara Indonesia dengan China terutama di sektor ekonomi. Maka ini pun bukan alasan mengapa Kamala Harris tak singgah di Indonesia.


Amerika Serikat, sebutnya, tahu pasti bahwa Indonesia memiliki kepentingan pragmatis yang hari-hari ini hanya dapat dipenuhi dengan kerjasama dengan China. Dan itu tidak berarti Indonesia bergantung pada China.


Dia mencontohkan peta baru NKRI yang diumumkan di tahun 2017 lalu. Di dalam peta baru NKRI itu Indonesia memberikan nama baru untuk perairan di utara Pulau Natuna yang telah sah menjadi milik Indonesia. Namanya Laut Natuna Utara.


Pemerintah China sempat marah dan meminta nama itu dihapus. Tetapi sampai sekarang Indonesia tidak memenuhi permintaan itu.


“Saat ini Indonesia secara ekonomi terlihat membutuhkan China. Tetap secara politik, Indonesia tidak ke China juga," tegas Teguh yang pernah menjadi Ketua bidang Luar Negeri Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan kini sedang menyelesaikan studi doktoral di Jurusan Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran (Unpad) ini.


Oleh karena itu, Teguh juga mengatakan, daripada sibuk memikirkan apakah keputusan Kamala Harris tidak mengunjungi Indonesia adalah ancaman atas kedekatan dengan China, Indonesia lebih baik menyelesaikan pekerjaan rumah yang penting untuk meningkatkan nilai tawar di dalam pergaulan internasional.


Misalnya dengan sungguh-sungguh membangun sektor industri dalam negeri, sehingga Indonesia tidak hanya menjadi bangsa yang menadahkan tangan, tetapi juga memiliki pengaruh lewat produk-produk yang dijual setidaknya ke negara kawasan.


*Berpotensi Disalip Vietnam*


Sementara Managing Director Political Economy and Policy Studies, Prof. Anthony Budiawan, memperkirakan Indonesia akan disalip oleh negara tetangga dalam hal pendapatan ekonomi.


"Vietnam baru membuka (membangun) ekonominya tahun 1986. Menurut perkiraan saya, tidak lama lagi pendapatan perkapita Vietnam akan melewati Indonesia," kata Prof. Anthony.


Prof. Anthony memaparkan, pendapatan perkapita Vietnam saat ini memang masih di bawah 3 ribu dolar AS. Angka ini masih di bawah Indonesia yang memiliki pendapatan perkapita 3.850 dolar AS. 


Kemungkinan Indonesia disalip Vietnam bukan isapan jempol. Hal tersebut antara lain merujuk pada manajemen hubungan Vietnam dengan negara besar seperti Amerika Serikat dan China.


“Inilah hebatnya Vietnam, dia bisa maintan ekonomi dengan China dan AS. Ini sangat menarik. Kenapa Vietnam bisa memainkan peran begitu? Peran negara nonblok yang dulu dipegang Indonesia justru diambil alih oleh Vietnam," tegasnya.


Berkat manajemen hubungan internasional yang baik dengan AS dan China, ekonomi Vietnam lebih baik dari Indonesia.


"Perdagangan Vietnam dan China lebih besar dari Indonesia-China, Begitu pun dengan AS, surplusnya bisa sampai 63 miliar dolar AS. Kita (Indonesia) cuma 10 miliar dolar AS tahun 2020," lanjutnya.


"Jadi perjalanan ekonomi Indonesia dari tahun 1970-an sudah ketinggalan dari Thailand, Malaysia, Singapura, dan sekarang Vietnam," tandasnya. []

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.