Baca Juga
MPA, KAB SOLOK – Pilkada yang akan digelar pada 2020 semakin mendekat.
Untuk Sumbar atau Minangkabau cara
pandang masyarakatnya cukup unik dalam merayakan pesta demokrasi, masyarakat
minang menganggapnya sebagai “Alek Nagari atau Pilkada Badunsanak”.
Untuk memilih calon pemimpin,
masyarakat Minangkabau lebih mengedepankan akhlak dan ketauladanan. Menyukai
sosok yang cerdas, religius serta rendah hati.
Terlepas dari kriteria di atas,
gambaran yang terasa khususnya Kab. Solok saat ini terlihat jauh lebih menarik
dibandingkan dengan daerah lainnya. Sebab dari sekian banyak kandidat yang
muncul, sosok Birokrat Muda Hendra Saputra SH, M.Si, dan tokoh agamais Buya
Mahyuzil Rahmat, S.Ag, menjadi trending topik banyak pihak. Pasalnya, kedua
figur ini dikenal cukup cerdas, religius serta rendah hati.
Dikatakan Datuak Bandaro Putiah
tokoh milennial Lembah Gumanti Kab. Solok, Rabu (20/11/19). Hendra – Mahyuzil (RAMAH) dari hasil survey kecil-kecilan
menyeluruh, kedua figur ini sangat disukai dan dicintai masyarakat (Kab. Solok)
dan disayangi ummat.
“Orang Minang memiliki petuah
dalam memilih pemimpin yaitu “Takah, Tokoh dan Tageh (3T)”. Takah artinya
pantas, Tokoh berarti jelas kepribadiannya dan Tageh adalah tegas dan
berwibawa. Artinya orang Minang adalah tipe pemilih rasional, cerdas, cermat
dan penyabar dalam memilih pemimpin”, sebut Datuak.
Selanjutnya orang Minang tak
hanya memilih berdasarkan yang dilihatnya saja, tapi akan dianalisis secara
batin. “Raso dibao naiak, pareso dibao turun.” (Harus bisa bercermin diri dalam
berbuat dan sesuaikan tindakan dengan nilai-nilai syar’iat Islam), ujar Datuak
memaparkan.
Bahkan bisa dikatakan, terang
Datuak Bandaro Putiah. Orang Minang lebih cerdas dari pengamat, seperti kata
pepatahnya: “Alun takilek alah takalam.”. Artinya, Seseorang harus bijak dan
berperasaan halus, sehingga ia bisa memahami atau mengerti apa yang dimaksud
oleh seseorang sebelum orang tersebut mengutarakannya dalam bentuk kata-kata.
Orang Minang adalah insan merdeka
yang memiliki kebebasan mengambil sikap dan tak mau di intervensi. Kalau merasa
di intervensi atau digurui, maka dia akan berbalik arah. Seperti pepatah
leluhur mereka yang menyebutkan: “Angguak indak gelengnyo lai, iyokan nan dek
inyo lakukan nan diawak.” (Iyakan saja kata orang itu, tapi laksanakan apa yang
kita rancangkan), pungkas Datuak.
Kembali membahas pilkada
badunsanak untuk Kab. Solok 2020 menyoal ketertarikan sosok para kandidat yang
dimunculkan.
“Tentunya bukan hal yang baru
lagi bagi masyarakat terkait sosok Hendra Saputra SH, M.Si dan Buya Mahyuzil Rahmat,
S.Ag. Sebab sederatan persepsi positif masyarakat untuk memilih pemimpinnya
dimasa datang, saat ini telah mereka sematkan pada diri HendRA – MAHyuzil
(RAMAH). Semua niat baik masyarakat itu, tentulah tak terlepas dari kuasa Allah
didalamnya. Terang Datuak Bandaro Putiah.
“Bagi rakyat, Birokrat Muda
Hendra Saputra SH, M.Si adalah sosok berkepribadian 3T, intelektualitas yang
dimilikinya menjadikan beliau terlihat santun kepada setiap orang. Sedangkan
Buya Mahyuzil S.Ag merupakan tokoh religius cerdas berkepribadian ramah.
Karakter ramah dan santun itu sudah melekat jauh waktu sebelum dua sosok ini
diminta untuk maju di pilkada 2020 Kab. Solok. Artinya, keduanya jauh-jauh hari
telah disukai masyarakat dan disayangi ummat”. Papar Datuak Bandaro Putiah.
Di Posko RAMAH ketika dimintai
pendapat, sebak haru muncul dari seorang Buya Mahyuzil. Senyum ramah mengulas
terpancar di wajah bersihnya, ia menghaturkan puji syukur atas kepercayaan dan
pandangan positif masyarakat dari segala sudut persepsi mengenai Hendra Saputra
SH, M.Si dan Buya Mahyuzil Rahmat, S.Ag.
“Saya mengucapkan terimakasih
banyak atas kerjasama masyarakat/ummat selama ini, bahu membahu dalam
memberikan dukungan untuk kemajuan Kab. Solok”, papar Buya Mahyuzil.
Dengan kalimat “Alhamdulillah”
tak lupa ia pungkasi sembari mengharapkan doa dan restu semua kalangan
kepadanya. “Semoga negeri ini dan kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT”.
Tutur Buya Mahyuzil, di amini bersamaan oleh para sahabat disekitarnya. (RED)