Baca Juga
Oleh Gusni S,Pd
Pandemi Covid-19 sangat berdampak besar di berbagai sektor, termasuk
dunia pendidikan, kegiatan belajar mengajar yang biasanya berlangsung secara
tatap muka beralih daring (online).
Pembelajaran yang biasanya bertemu muka menjadi tatap layar, interaksi
juga menjadi serba digital, jaringan internet dan keberadaan kuota telah
menjadi tulang punggung. Kondisi Work from Home dan Study from Home memaksa
semua pihak untuk berupaya memaksimalkan proses pembelajaran.
Disisi lain, tenaga pendidik harus memastikan kegiatan belajar
mengajar supaya tetap berjalan, meskipun peserta didik berada di rumah. Pendidik
dituntut mendesain media pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media
daring (online).
Proses kegiatan belajar-mengajar yang dirasa terkesan
“mendadak” dan serba digital mesti dihadapi. Walau di dunia pendidikan ini
bukan hal baru, mungkin kita hanya terlambat mengetahui dan mengaplikasikannya, tetapi untuk maju kata terlambat tidak mesti kita hadirkan.
Sesuai dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia terkait Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan
Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19).
Kondisi pandemi telah mengakibatkan perubahan yang sangat luar biasa
pada pendidikan, dan seolah dipaksa bertransformasi untuk beradaptasi secara
drastis melakukan pembelajaran di rumah melalui metode pembelajaran secara
daring.
Masa pandemi bagaikan sebuah peluang dalam
dunia pendidikan, baik pemanfaatan teknologi seiring dengan industri 4.0,
maupun orangtua sebagai mentor, yang jelas pasca-pandemi Covid-19 telah membuat kita
menjadi terbiasa dengan sistem sebagai budaya pembelajaran menghadapi era
pendidikan digital.
Sebenarnya ini sebuah tantangan yang cukup berat bagi
tenaga pendidik, meski tidak sedikit orangtua siswa yang mengeluhkan
media pembelajaran jarak jauh melalui daring (internet).
Namun, Pendidik meyakini bahwa siswa milenial sudah tidak
asing dengan kehidupan serba digital, bahkan mereka mampu menyelesaikan segala
tugas dari gawai cerdas. Justru tantangannya ada pada para pendidik yang mesti
segera beradaptasi dengan era digital.
Mesti Pendidik menyadari bahwa, kalaulah hanya ilmu
yang ingin diberikan kepada peserta didik, semua hal bisa mereka dapatkan dari berselancar
di mesin pencarian, hal ini patut menjadi renungan. Sekedar pintar
dan pandai, teknologi internet mungkin mampu
menyajikan dan memberikan segala macam bentuk informasi yang diperlukan. Lalu peran apa yang membedakan pendidik dengan gawai cerdas ?.
Sebenarnya peran guru tidak bisa digantikan dengan teknologi,
guru bukan sekedar sumber ilmu pengetahuan, keberadaan fisik guru tetap
dibutuhkan oleh peserta didik dalam proses belajar mengajar, fungsinya tidak
hanya menyampaikan materi dan transfer ilmu, namun mendidik karakter serta
mengajarkan bagaimana memaknai, dan menjalani hidup dengan lebih baik, untuk hal
ini tidak bisa kita temukan dalam gawai yang cerdas.
Jadi, intinya teknologi diciptakan hanya sebagai pelengkap guna membantu mengerjakan tugas dan tanggung jawab dalam pendidikan, namun bukan untuk menggantikan
peran sang pendidik, dan era digital
juga bukan tantangan bagi pendidik.