Terkait Diskusi Publik Berantas Jurnalis Abal Abal, “ini Surat Terbuka Ketum PPWI”
INFO: Berikut ini adalah komentar saya atas 'rencana'
diskusi publik bertema Memberantas Jurnalis Abal-abal yang diinformasikan
secara masif melalui brosur terlampir, sebagai berikut:
Secara umum, rencana diskusi publik itu adalah bentuk
pelecehan terhadap akal sehat. Sebab, dengan tampilan diksi
"memberantas" dan "jurnalis abal-abal", para pihak yang
tampil wajahnya di brosur ini dengan tanpa dosa sama sekali, secara sadis
mengatakan bahwa para wartawan akar rumput sebagai jurnalis abal-abal yang
harus diberantas. Orang-orang ini dengan sangat arogan tanpa hati telah
menempatkan para jurnalis akar rumput sebagai sejenis penyakit kanker, malaria,
atau rabies, atau spilis, atau apalagi (silahkan masing-masing menambahkan),
yang harus diberantas alias dibasmi, dibunuh, dimusnahkan. Akal waras manusia
beradab tentu tidak ingin larut dalam kebinalan pemikiran konyol semacam itu.
Saya ingin katakan bahwa Anda semua mengidap penyakit jiwa, mendekati psikopat!
Rudiantara, terindikasi menteri abal-abal... Siapa yang gaji
Anda..?? Walaupun tidak seberapa, namun ratusan ribu jurnalis akar rumput yang
dicap abal-abal oleh dewan pers abal-abal itu, adalah penyumbang pajak bersama
265-an juta rakyat Indonesia. Dengan kata lain, para jurnalis akar rumput itu
yang ikut partisipasi bayar gaji Anda, bersama ribuan pegawai Kementerian
Kominfo pendukung suksesnya pelaksanaan tugas Anda sebagai menteri. Uang yang
Anda gunakan hilir-mudik keliling Indonesia dan keluar negeri adalah uang
rakyat, yang didalamnya adalah sumbangan pajak para jurnalis akar rumput itu.
Paham yaa...!
Muhammad Iqbal, Kadivhumas Polri, lulusan Lemhannas RI,
perwira tinggi Polri yang melesat naik pangkat secara radikal-kilat, dari Kabidhumas
Polda Metro Jaya dengan pangkat kombespol, hanya dalam waktu tidak lebih dari
tiga tahun melesat naik jadi Kadivhumas Polri berbintang dua. Sebuah prestasi
gemilang seorang calon kapolri masa depan. Tapi ingat, untuk pengisi perut Bang
Iqbal setiap hari adalah uang dari rakyat. Jurnalis akar rumput yang hidupnya
keteteran sepanjang hari, akibat kelalaian negara mengurus mereka, adalah juga
penyumbang pajak untuk bayar kebutuhan hidup para polisi, termasuk Anda, di
negeri ini. Saat berkendara ke Trunojoyo, sempatkan merenungkan bahwa mobil
yang dipakai ke sana-sini itu ada kontribusi dari para jurnalis akar rumput.
Balik ke rumah, lihat celana dalam istri, itu juga pemberian rakyat. Masihkah
tega memperlakukan mereka secara brutal ala dewan pers itu..??
Yosep Prasetyo, siapa dia yaa? Kelakuan orang ini memang jauh
dari beradab. Sayangnya, Polisi yang menerima laporan saya terhadap oknum itu
hingga saat ini belum melakukan tindak-lanjut apa-apa. Khabar terakhir, proses
terhadap kasus Yosep ini berpindah dari tempat pelaporan awal di Polres Jakarta
Pusat ke Polres Jakarta Barat. Mungkin akan pindah ke Kantor Polres mana lagi?
Sedang menunggu dengan harap-harap cemas. Sementara itu, sudah terdengar
selentingan bahwa dewan pers yang dipimpin Yosep diduga korupsi bersama Yayasan
Pers Nasional. Walahualam-lah... Tidak perlu bahasan panjang lagi, manusia
bebal.
Agung Laksamana, saya tidak kenal, mungkin orang baik,
namanya saja Agung, mulia. Hampir pasti orangnya sama baiknya dengan kawan saya
Agung Sulistyo, yang akrab dengan Pak Haji Yudi yang Kepala Biro Umum
Sekretariat Presiden RI itu. Semoga Pak Agung yang Ketua Persatuan Humas ini
punya persepsi yang sama dengan kita bahwa para pekerja humas atau public
relations itu hakekatnya adalah jurnalis, mereka adalah pewarta warga yang
bekerja profesional, tanpa diembeli predikat jurnalis profesional. Semoga juga,
anggota perhumas tidak masuk golongan jurnalis abal-abal walaupun setiap bulan
terima amplop.
Teguh Santoso, pimred media RMOL, kawan saya penerima beasiswa
Ford Foundation. Dia juga adalah Ketua Persahabatan Indonesia Maroko, sering
ketemu di acara Kedubes Maroko. Yang saya tahu persis, sosok ini berjiwa
oportunistik, arogan, dan anti jurnalis akar rumput. Makanya dia dipakai dewan
pers untuk memberangus dan membunuhi wartawan kebanyakan, jurnalis akar rumput.
Saya prihatin sekali, pemegang gelar doktor dari Hawaii ini dijadikan kuda
troya para kutu busuk jurnalisme Indonesia di dewan pers terduga mafia korupsi
dana sewa gedung dewan pers itu.
Disclaimer: Kepada para tokoh yang saya sebut namanya di
atas, jangan cengeng yaa, buat bantahan jika pendapat dan pernyataan saya
tersebut salah dan/atau perlu diluruskan. Itu yang harus dilakukan sebagai
bentuk pengakuan kita atas prinsip hidup demokrasi di negara demokrasi ini.
Jika lapor polisi, pertanda Anda tersinggung menyebabkan kehilangan akal sehat,
atau memang tidak memiliki akal sehat...?? Terima kasih...
Jakarta, 8 Februari 2019
Wilson Lalengke, S.Pd, M.Sc, MA
# Ketua Umum Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI)
# Alumni PPRA-48 Lemhannas RI tahun 2012
# Alumni Birmingham University, Inggris; Alumni Utrecht
University, Belanda; Alumni Linkoping University, Swedia
# Penerima beasiswa Aji Dharma Bhakti; Penerima beasiswa Ford
Foundation; Penerima beasiswa Erasmus Mundus
# President of Indonesian-Sahara-Moroccan Fraternity
# Alumni Persahabatan Indonesia-Jepang Abad-21 (Kappija-21)
# Trainer bidang jurnalistik bagi ribuan anggota TNI, Polri,
PNS, guru, dosen, mahasiswa, wartawan, ormas, LSM, Karang Taruna, yatim-piatu,
perangkat RT/RW dan masyarakat umum.
# Pemulung informasi apa saja, dimana saja, kapan saja
Nomor kontak: 081371549165
Email: shony-01@yahoo.com, wilson.lalengke@gmail.com