-->

Latest Post

MPA,JAKARTA – Tidak bisa dipungkiri buku ini merupakan sebuah karya fenomenal yang sangat menghebohkan di awal tahun 2019 dan belum pernah Anda jumpai dimanapun. Itulah buku berjudul “Aku Bersaksi Allah Maha Nyata”, yang merupakan hasil karya perdana dari seseorang yang dikenal sebagai Sang Mualaf Zaman Now, Tonny Djayalaksana.

Buku ini benar-benar sangat luar biasa. Kemunculannya telah memantik perhatian ribuan orang dalam waktu singkat. Berita tentang buku Tonny tersebut telah menjadi Top View selama berminggu-minggu di Harian Online KabarIndonesia, salah satu media online berpusat di Belanda. Dan karena itu, Tonny diangkat menjadi Top Reporter oleh Redaksi Harian Online KabarIndonesia tersebut. Dalam jangka waktu yang sedemikian singkatnya Tonny telah berhasil mendapatkan puluhan ribu pendukung (followers) yang hatinya turut tergerak setelah membaca buku tersebut.

Buku perdana ini ditulis dalam jangka waktu yang singkat, hanya 11 hari saja. Namun isinya sangat berbobot dan mendalam sekali. Jadi, bukanlah sebuah buku bacaan ringan, tetapi perlu pemahaman yang didasari oleh wawasan yang cukup untuk mampu mencerna isi buku tersebut. Maka, saya haqul yakin tanpa adanya wahyu yang memberikan bimbingan kepada penulisnya, mustahil hal ini akan bisa berhasil.

Hampir serupa seperti Nabi Muhammad yang tercerahkan di Gua Hira dengan adanya bimbingan dari Malaikat Jibril selama sebulan lamanya di Gua Hira tersebut, demikian juga penulis tercerahkan dengan amat ajaib dan menuliskan ‘penglihatannya’ tersebut dalam buku. Jadi, dapat dikatakan bahwa buku ini merupakan hasil karya: A Crash Course in Spirituality. Sungguh dapat diyakini bahwa saat Tonny menuangkan pengalaman spiritualnya melalui tulisan dalam buku tersebut, ia telah menerima mukjizat berupa getaran-getaran illahi.

Proses “Iqro” dalam dimensi spiritual akan menimbulkan sebuah resonansi antara frekuensi Jiwa dengan frekuensi Sang Maha Jiwa. Getaran-Getaran Illahi menimbulkan sebuah dimensi pemahaman yang cerdas tanpa belajar, tanpa keterampilan, tanpa berlatih, sebagaimana yang Tuhan nyatakan: ”Aku akan mengajarkan kamu dengan pena-Ku sendiri, Aku akan mengajarkan kamu tentang apa yang belum kamu ketahui”.

Buku ini mendapatkan banyak sekali respon positif, bukan hanya dari kaum Mualaf, tetapi juga dari banyak tokoh pembimbing agama-agama lainnya yang telah turut menjadi tergugah setelah membaca buku Tonny tersebut.

Buku ini merupakan hasil karya yang tercipta atas bimbingan wahyu berupa getaran-getaran Illahi dalam diri penulisnya. Dengan bimbingan wahyu tersebut Tonny berhasil mengungkapkan tabir rahasia bagi dirinya, menjawab berbagai pertanyaan dasar manusia sejak ribuan tahun lampau, seperti: Kenapa saya dilahirkan? Apa tujuan hidup saya? Kemana tujuannya?

Pertanyaan klasik ini sudah dipertanyakan dalam kurun waktu ribuan tahun, bukan hanya oleh para agamais melainkan juga oleh para filsuf di dunia. Jawaban dari pertanyaan tersebut telah diungkapkan oleh Tonny dalam bukunya itu dengan cara yang sangat gamblang dan bisa diterima oleh segenap umat manusia, bukan hanya oleh kaum Muslim tetapi juga oleh kalangan non-Muslim. Jadi, isi buku itu bernuansakan pemahaman lintas agama.

Apabila Anda merasa tertarik dan ingin mendapatkan buku super heboh ini, silahkan klik www.djayalaksana.com agar Anda bisa mendapatkan buku tersebut berupa e-Book secara cuma-cuma alias gratis.

Jangan kaget bila saat membaca penjelasan dalam buku itu batin Anda tersentak, terguncang atau bahkan mengalami ekstasi untuk penasaran membaca halaman demi halaman berikutnya. Anda mungkin merasakan isi buku ini mewakili pertanyaan dan jawaban yang Anda cari selama ini. Mungkin uraiannya mewakili kegelisahan dan kegundahan yang anda rasakan sejak lama tanpa mampu mengungkapkannya. Buku ini, bisa jadi, adalah isi hati Anda sendiri.

Buku karya Tonny itu akan terasa seperti lensa kamera bagi orang-orang yang sedang berfoto, dimana setiap orang akan merasa lensa itu sedang menatap dirinya. Ya… Anda akan merasa buku ini adalah diri Anda sendiri.

Maka, Anda boleh membiarkan batin Anda kian gelisah menunggu, atau segera dapatkan e-book buku itu ke dalam smartphone Anda, lalu nikmati guncangan dan getarannya bagai tubuh yang dilimpahi adrenalin dalam permainan roller coaster. Selamat membaca! (Robert Nio, Jakarta.

(*)

MPA,JAKARTA – Dua organisasi penggugat Perbuatan Melawan Hukum (PMH) terhadap Dewan Pers, Serikat Pers Republik Indonesia (SPRI) dan Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI), melalui kuasa hukumnya Dolfie Rompas, S.Sos, SH, MH secara resmi telah mendaftarkan permohonan banding atas putusan PN Jakarta Pusat atas gugatan penggugat beberapa waktu lalu. Selanjutnya, memori banding atas putusan pengadilan yang menolak gugatan para penggugat telah juga dimasukkan pada hari Senin, 1 April 2018 oleh kuasa hukum Dolfie Rompas yang diterima oleh Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Mustafa Djafar, SH, MH.

Hal tersebut disampaikan Dolfie Rompas kepada pekerja media usai memasukkan memori banding tersebut ke PN Jakarta Pusat. “Atas nama para penggugat, kami telah mendaftarkan permohonan banding atas putusan PN Jakarta Pusat yang menolak gugatan PMH klien kami beberapa waktu lalu. Hari ini kami masukan memori bandingnya,” ujar Dolfie Rompas.

Sebagai pertimbangan dalam mengajukan permohonan banding tersebut, lanjut pengacara yang murah senyum ini, antara lain bahwa hakim dinilai tidak cermat dalam membaca dan menganalisa substansi gugatan para penggunggat. Ditambah lagi, dalam persidangan yang digelar sebanyak tidak kurang dari 27 kali yang menghadirkan berbagai saksi fakta maupun ahli pers dari kedua belah pihak, majelis hakim terkesan tidak mempertimbangkannya sama sekali. Padahal, saksi dari pihak tergugat yang dihadirkan di persidangan juga membenarkan bahwa sesuai UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers, Dewan Pers tidak diberikan kewenangan untuk membuat aturan-aturan pers.

“Kami menilai bahwa mejelis hakim tidak cermat dalam menilai substansi guguatan PMH terhadap Dewan Pers. Yang menjadi pokok gugatan klien kami adalah bahwa Dewan Pers telah melampaui kewenangannya dalam mengatur kehidupan pers, seperti verifikasi organisasi, verifikasi media, dan melaksanakan uji kompetensi wartawan. Undang-undang tidak mengatur bahwa Dewan Pers diberi kewenangan untuk itu. Ahli pers yang dihadirkan oleh Dewan Pers juga membenarkan hal tersebut, namun hakim tutup mata dengan keterangan para ahli maupun saksi fakta yang dihadirkan di persidangan,” urai Dolfie Rompas.

Sementara itu, Ketua Umum PPWI, Wilson Lalengke menilai bahwa dalam setiap kali persidangan, sangat jelas terlihat para hakim yang mengadili perkara PMH terhadap Dewan Pers gamang, cenderung tidak memahami persoalan yang disidangkan. “Saya hampir tidak pernah absen, selalu mengikuti persidangan, dan senantiasa memperhatikan sikap, pertanyaan, dan pernyataan para majelis hakim. Saya berkesimpulan, maaf, hakim tidak mengerti apa yang disidangkannya. Mereka perlu mempelajari substansi kemerdekaan pers sebagai Hak Asasi Manusia yang paling asasi sesuai Pasal 28F UUD NKRI dan Artikel 19 Piagam PBB,” kata Wilson yang merupakan alumni program pascasarjana bidang Global Ethics dan Applied Ethics dari 3 universitas terbaik di Eropa, Birmingham University Inggris, Utrecht University Belanda, dan Linkoping University Swedia.

Selanjutnya, alumni PPRA-48 Lemhannas RI tahun 2012 itu juga menyatakan bahwa berdasarkan UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers, sebenarnya Dewan Pers itu bukan lembaga yang dibentuk untuk sekelompok wartawan yang diklasifikasikannya sebagai konstituennya. “Dewan Pers itu dibentuk dan di-keppres-kan dengan fungsi menjaga dan mengembangkan kemerdekaan pers untuk seluruh wartawan atau pekerja pers, bahkan untuk seluruh rakyat, bukan hanya untuk segelintir orang yang tergabung di organisasi tertentu itu. Seluruh rakyat Indonesia ikut andil membiayai operasional Dewan Pers melalui APBN yang mereka kuras setiap tahun melalui Kementerian Kominfo, namun mengapa lembaga itu hanya mengakomodir kepentingan sekelompok wartawan saja? Tuman..!!” ujar Wilson penuh rasa heran.

Dia menjelaskan juga bahwa segala aturan yang dibuat Dewan Pers yang notabene melanggar aturan perundangan selama ini dapat diduga adalah untuk menjaga berbagai kepentingan dari kelompok tertentu sehingga aman dari akses pihak lain terhadap potensi kepentingan tersebut. Para penguasa media, termasuk segelintir organisasi pers yang selama ini mendapatkan keuntungan dari geliat dunia pers, berkolaborasi dengan oknum penguasa, telah berhasil membentengi kepentingan mereka dari jangkauan para pendatang baru di dunia pers.

Terkait dengan permohonan banding yang sudah diajukan, Wilson berharap kiranya majelis hakim di tingkat banding dapat lebih cerdas melihat substansi gugatan dan memberikan keputusan yang adil. “Yaa, sebagai pihak pembanding atas gugatan kita yang ditolak di tingkat pengadilan negeri, kita berharap kiranya mejelis hakim di tingkat banding akan lebih cerdas membaca dan menilai substansi gugatan kita tersebut, dan selanjutnya memberikan putusan yang adil demi tegaknya kemerdekaan pers bagi seluruh wartawan dan rakyat Indonesia,” pungkas tokoh pers nasional yang selama ini getol membela para wartawan yang dikriminalisasi di berbagai daerah itu. (HWL/Red)


Rabat - Yang Mulia Paus Fransiskus, Pemimpin Tertinggi Umat Katholik dari Vatikan, melakukan kunjungan resmi selama dua hari ke Kerajaan Maroko, 29-30 Maret 2019, lalu. Dalam lawatan tersebut, Sri Paus disambut langsung oleh Raja Maroko, Yang Mulia King Mohammed VI bersama para pembesar kerajaan dan rakyat Maroko.

Pada kesempatan tersebut, Paus Fransiskus menyampaikan pidato pada upacara penyambutan resmi yang diadakan untuk menghormatinya di Esplanade Masjid Hassan, Sabtu, 30/3. Dalam pidatonya, Paus mengungkapkan kegembiraannya dapat mengunjungi dan bertemu Raja serta rakyat Maroko. Berikut pidato lengkap Sri Paus di depan rakyat Maroko.

"Yang Mulia Raja Maroko,
Yang Mulia Otoritas Terhormat Kerajaan Maroko,
Anggota Korps Diplomatik,
Para sahabat semua!

As-Salam Alaikum!

Saya senang menginjakkan kaki di negara ini yang dipenuhi dengan keindahan alam, sementara pada saat yang sama melestarikan jejak peradaban kuno dan menjadi saksi sejarah yang panjang dan menakjubkan. Sebelumnya, saya ingin mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada Yang Mulia Raja Mohammed VI atas undangannya yang baik, atas sambutan hangat yang telah ia berikan kepada saya atas nama seluruh rakyat Maroko, dan, khususnya, atas perkenalannya yang ramah.

Bagi saya, kunjungan ini adalah kesempatan untuk bersuka-cita dan bersyukur, karena memungkinkan saya untuk melihat secara langsung kekayaan tanah Anda, rakyat Anda, dan tradisi Anda. Saya juga bersyukur bahwa kunjungan saya menawarkan kesempatan yang signifikan untuk memajukan dialog antar agama dan saling pengertian di antara para pengikut kedua agama kami, saat kami memperingati – pada jarak delapan abad – pertemuan bersejarah antara Santo Fransiskus Assisi dan Sultan al-Malik al-Kamil. Peristiwa kenabian itu menunjukkan bahwa keberanian untuk bertemu satu sama lain dan mengulurkan tangan persahabatan adalah jalan damai dan harmoni bagi umat manusia, sedangkan ekstremisme dan kebencian menyebabkan perpecahan dan kehancuran. Adalah harapan saya bahwa rasa saling menghargai, rasa hormat, dan kerja sama kita akan membantu memperkuat ikatan persahabatan yang tulus, dan memungkinkan komunitas kita untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.

Di negeri ini, jembatan alami antara Afrika dan Eropa, saya ingin menegaskan sekali lagi kebutuhan kita akan kerja sama dalam memberikan dorongan baru untuk membangun dunia solidaritas yang lebih besar, ditandai dengan upaya yang jujur, berani, dan tak tergantikan untuk mempromosikan dialog yang terhormat. kekayaan dan kekhasan masing-masing orang dan setiap individu. Kita semua dipanggil untuk menghadapi tantangan ini, terutama pada saat ini, ketika perbedaan kita dan kurangnya pengetahuan timbal balik kita dieksploitasi sebagai penyebab konflik dan perpecahan.

Jika kita ingin, untuk berbagi dalam membangun masyarakat yang terbuka, persaudaraan dan menghormati perbedaan, sangat penting untuk menumbuhkan budaya dialog dan mematuhinya tanpa gagal, untuk mengadopsi kerjasama timbal balik sebagai kode perilaku dan pemahaman timbal balik kita. sebagai metode dan standar kami.

Kita dipanggil untuk menempuh jalan ini tanpa lelah, dalam upaya saling membantu mengatasi ketegangan dan kesalahpahaman, klise, dan stereotip yang menimbulkan ketakutan dan pertentangan. Dengan cara ini, kami akan mendorong tumbuhnya semangat kerja sama yang berbuah dan penuh hormat. Sangat penting juga bahwa fanatisme dan ekstremisme dilawan oleh solidaritas dari semua orang percaya, yang didasarkan pada nilai-nilai bersama yang agung yang mengilhami tindakan kita.

Untuk alasan ini, saya senang bahwa saya akan segera mengunjungi Institut Mohammed VI untuk Pelatihan Imam, Morchidine dan Morchidate. Didirikan oleh Yang Mulia, Institut berupaya memberikan pelatihan yang efektif dan sehat untuk memerangi semua bentuk ekstremisme, yang seringkali mengarah pada kekerasan dan terorisme, dan yang, dalam hal apa pun, merupakan pelanggaran terhadap agama dan terhadap Tuhan sendiri. Kita tahu betapa pentingnya menyediakan persiapan yang cocok untuk para pemimpin agama di masa depan, jika kita ingin membangkitkan semangat religius yang tulus di jantung generasi mendatang.

Dialog yang otentik, kemudian, membuat kita lebih menghargai pentingnya agama untuk membangun jembatan antara orang-orang dan berhasil menghadapi tantangan yang saya sebutkan di atas. Sementara menghormati perbedaan-perbedaan kita, iman kepada Allah menuntun kita untuk mengakui martabat utama setiap manusia, serta hak-haknya yang tidak dapat dicabut. Kami percaya bahwa Tuhan menciptakan manusia yang setara dalam hak, kewajiban, dan martabat, dan ia memanggil mereka untuk hidup sebagai saudara dan saudari dan untuk menyebarkan nilai-nilai kebaikan, cinta, dan kedamaian.

Itulah sebabnya kebebasan hati nurani dan kebebasan beragama - yang tidak terbatas pada kebebasan beribadah saja, tetapi memungkinkan semua orang untuk hidup sesuai dengan keyakinan agama mereka - tidak terpisahkan terkait dengan martabat manusia. Dalam hal ini, ada kebutuhan terus-menerus untuk maju melampaui sekadar toleransi untuk menghormati dan menghargai orang lain. Ini mencakup pertemuan dan penerimaan orang lain dalam keyakinan agama mereka yang berbeda dan saling memperkaya satu sama lain melalui keragaman kita, dalam suatu hubungan yang ditandai oleh niat baik dan dengan cara-cara yang bisa kita lakukan bersama.

Dipahami dengan cara ini, menciptakan jembatan antara orang-orang - dari sudut pandang dialog antaragama - menyerukan semangat saling menghormati, persahabatan dan memang persaudaraan.

Konferensi Internasional tentang hak-hak minoritas agama di negara-negara Muslim, yang diadakan di Marrakech pada Januari 2016, membahas masalah ini, dan saya senang untuk mencatat bahwa itu mengutuk, pada dasarnya, setiap eksploitasi agama sebagai cara mendiskriminasi atau menyerang orang lain. Ini juga menekankan perlunya untuk bergerak melampaui konsep minoritas agama yang mendukung kewarganegaraan dan pengakuan nilai orang, yang harus memiliki tempat sentral dalam setiap sistem hukum.

Saya juga melihat sebagai tanda kenabian penciptaan pada tahun 2012 dari Institut Ekumenis Al Mowafaqa di Rabat. Institut itu, sebuah prakarsa umat Katolik dan denominasi Kristen lainnya di Maroko, berupaya membantu mempromosikan ekumenisme, serta dialog dengan budaya dan dengan Islam. Upaya terpuji ini memanifestasikan keprihatinan dan keinginan orang-orang Kristen yang tinggal di negara ini untuk membangun jembatan sebagai sarana untuk mengekspresikan dan melayani persaudaraan manusia.

Semua ini adalah cara untuk menghentikan penyalahgunaan agama untuk menghasut kebencian, kekerasan, ekstremisme dan fanatisme buta, dan permohonan nama Tuhan untuk membenarkan tindakan pembunuhan, pengasingan, terorisme, dan penindasan.

Dialog yang tulus yang ingin kita dorong juga mengarah pada pertimbangan dunia tempat kita tinggal, rumah kita bersama. Konferensi Internasional tentang Perubahan Iklim, COP 22, juga diadakan di sini di Maroko, sekali lagi menunjukkan bahwa banyak negara sadar akan perlunya melindungi planet ini di mana Tuhan telah menempatkan kita untuk hidup dan untuk berkontribusi pada konversi ekologis sejati demi perkembangan manusia integral.

Saya menyampaikan penghargaan saya atas kemajuan yang dibuat di bidang ini dan saya bersyukur dengan pertumbuhan solidaritas otentik antara bangsa dan orang-orang dalam upaya untuk menemukan solusi yang adil dan abadi untuk momok yang mengancam rumah kita bersama dan kelangsungan hidup manusia. keluarga. Hanya bersama, dalam dialog yang sabar, bijaksana, jujur dan tulus, kita dapat berharap untuk menemukan solusi yang memadai untuk membalikkan tren pemanasan global dan untuk mencapai tujuan pengentasan kemiskinan.

Demikian pula, krisis migrasi besar-besaran saat ini merupakan panggilan mendesak untuk tindakan konkret yang bertujuan menghilangkan penyebab yang memaksa banyak orang meninggalkan negara dan keluarga, sering kali hanya untuk menemukan diri mereka terpinggirkan dan ditolak.

Desember lalu, sekali lagi di sini di Maroko, Konferensi Antarpemerintah tentang Global Compact untuk migrasi yang aman, tertib dan teratur mengadopsi dokumen yang dimaksudkan sebagai titik referensi bagi seluruh komunitas internasional.

Pada saat yang sama, masih banyak yang harus dilakukan, terutama dengan mengalihkan komitmen yang dilakukan di sana, setidaknya pada prinsipnya, ke tindakan nyata, dan, lebih khusus lagi, ke perubahan sikap terhadap migran, yang melihat mereka sebagai pribadi, bukan angka, dan mengakui hak dan martabat mereka dalam kehidupan sehari-hari dan dalam keputusan politik.

Anda sadar akan kepedulian saya yang besar akan nasib buruk orang-orang seperti itu, yang sebagian besar tidak akan meninggalkan negara mereka jika mereka tidak dipaksa untuk melakukannya. Saya percaya bahwa Maroko, yang menyelenggarakan Konferensi itu dengan keterbukaan dan keramahan yang luar biasa, akan terus menjadi contoh kemanusiaan bagi para migran dan pengungsi dalam komunitas internasional, sehingga di sini, seperti di tempat lain, mereka dapat menemukan sambutan dan perlindungan yang murah hati, yang lebih baik hidup dan integrasi yang bermartabat ke dalam masyarakat. Ketika kondisi memungkinkan, mereka kemudian dapat memutuskan untuk pulang ke rumah dalam kondisi aman dan menghormati martabat dan hak-hak mereka.

Masalah migrasi tidak akan pernah diselesaikan dengan meningkatkan hambatan, menimbulkan rasa takut terhadap orang lain atau menolak bantuan bagi mereka yang secara sah menginginkan kehidupan yang lebih baik untuk diri mereka sendiri dan keluarga mereka. Kita juga tahu bahwa konsolidasi perdamaian sejati datang melalui pengejaran keadilan sosial, yang sangat diperlukan untuk memperbaiki ketidakseimbangan ekonomi dan kerusuhan politik yang selalu memiliki peran utama dalam menghasilkan konflik dan mengancam seluruh umat manusia.

Yang Mulia,
Otoritas yang Terhormat,
Para sahabat semua!

Orang-orang Kristen sangat menghargai tempat yang diberikan kepada mereka dalam masyarakat Maroko. Mereka ingin melakukan bagian mereka dalam membangun negara persaudaraan dan makmur, karena kepedulian terhadap kebaikan bersama rakyatnya. Dalam hal ini, saya memikirkan karya signifikan Gereja Katolik di Maroko dalam menyediakan layanan sosial dan di bidang pendidikan, terima kasih kepada sekolah-sekolahnya, yang terbuka untuk siswa dari setiap agama dan latar belakang.

Dalam berterima kasih kepada Tuhan untuk semua yang telah dicapai, izinkan saya untuk mendorong umat Katolik dan semua orang Kristen untuk menjadi pelayan, promotor dan pembela persaudaraan manusia di Maroko.

Yang Mulia Raja Maroko,
Otoritas yang Terhormat,
Para sahabat semua!

Saya berterima kasih kepada Anda dan semua orang Maroko sekali lagi atas sambutan hangat dan perhatian Anda. Shukran bi-saf! Semoga Yang Mahakuasa, Pemurah dan Penyayang, melindungi Anda dan memberkati Maroko!

Terima kasih.(*)

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.