-->

Latest Post


Oleh : Andarizal

Saat seorang muslimah mempunyai hasrat untuk menikah, maka sudah tentu muslimah itu mendambakan seorang ikhwan yang kelak bisa memberinya rasa kasih dan sayang, penuh perhatian, rasa ingin dihargai. Setelah yakin bahwa dia akan mendapatkan semua itu dari calon suaminya, dengan langkah pasti dia pun akan langsung menuju ke jenjang pernikahan.

Demikian pula halnya dengan suami, lelaki pun menginginkan kebahagiaan dari istrinya. Sudah tentu, kebahagiaan yang didamba pun mesti berdasarkan perspektif syariat. Tidak adil rasanya jika si Istri banyak menuntut pada suami untuk menuruti seluruh keinginan nya, namun Istri mengabaikan keinginan suami.

Ada beberapa hal yang diinginkan suami, jika Anda dapat memenuhinya, maka Anda akan mendapatkan cinta suami yang benar benar tulus, dan kebahagiaan pun kelak akan mewarnai rumah tangga Anda.

Untuk mendapat itu semua di antaranya adalah:

1. Anda mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya sehingga Anda menjadi istri shalihah yang merupakan sebaik-baik perhiasan di dunia. Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.” (HR. Muslim).

2. Anda dapat menjaga rahasia dan hartanya ketika suami tidak berada di sisi Anda. Rasulullah juga bersabda, “Tidak ada yang lebih baik di dunia ini bagi seorang muslim setelah menyembah Allah, selain mendapatkan istri yang shalihah, cantik apabila dipandang, patuh apabila diperintah, memenuhi sumpah pernikahan, menjaga dirinya dan kekayaan suami di saat suami pergi, mengasuh anak-anaknya, tidak membiarkan orang lain masuk ke rumah tanpa izin suami, dan tidak menolak apabila suami memanggil ke tempat tidur.” (HR. Bukhari dan Muslim).

3. Sebagaimana dinyatakan hadits di atas, Anda membuatnya senang apabila dia memandang Anda dengan kecantikan jasmani, rohani, dan rasio. Tatkala seorang istri berpenampilan anggun dan cantik, maka daya tariknya semakin kuat hingga menambah cinta suami kepadanya.

4. Seperti yang diungkapkan hadits tadi, Anda tidak keluar rumah tanpa izinnya.

5. Anda senantiasa tersenyum kepadanya. Para suami mencintai istri yang penuh senyum dan membenci wanita yang cemberut.

Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah,” begitulah Rasul bersabda suatu saat. Ketika tersenyum kepada saudara sesama muslim adalah sedekah, maka senyuman istri kepada suami pun bernilai pahala.

6. Anda berterimakasih kepada suami Anda. Berarti Anda bersyukur kepada Allah atas nikmat pernikahan yang membantunya menjaga kesucian diri, memberinya keturunan, dan menjadikannya seorang ibu yang memiliki segenap tugas mulia.

7. Anda memilih waktu yang tepat dan cara yang sesuai ketika hendak meminta sesuatu yang Anda inginkan dari suami; khawatir kalau suami menolaknya dengan cara halus. Istri perlu memilih kata yang sesuai yang bisa meyakinkan dirinya.

8. Jika Anda keluar rumah, Anda jangan keluar dengan pakaian yang seronok dan mencuri perhatian orang-orang, dan hendaklah menjaga pandangannya. Dalam hal ini Allah berfirman:

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara lelaki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An-Nur: 31).

9. Anda berbudi luhur, tidak meninggikan suara melebihi suami Anda jika membantah atau mengkritiknya.

10. Anda haru sabar atas kefakiran suami Anda jika dia fakir dan bersyukur atas kekayaan suami jika dia kaya dan memang berada.

11. Anda hendaknya meminta suami untuk menyambung silaturahmi dengan orangtua, kerabat, dan teman-temannya. Anda juga harus menampakkan kecintaan dan penghormatan kepada keluarga suami, dan membuat suami merasakan hal itu.

Anda juga harus menampakkan kecintaan dan penghormatan kepada keluarga suami, dan membuat suami merasakan hal itu.

12. Suami juga menginginkan Anda berhiaskan kejujuran dan menghindari semua bentuk kebohongan.

13. Suami pun menghendaki Anda mendidik anak-anaknya mencintai Allah dan Rasul-Nya, mendidik mereka menghormati orangtua dan mematuhi kedua orang tuanya.

14. Suami menginginkan Anda tidak mudah marah dan emosi.

15. Anda tidak meremehkan dan mengolok-olok dirinya atau orang lain.

16. Anda diharuskan untuk rendah hati, tidak sombong, arogan, dan pongah.

17. Anda hendaknya melaksanakan ibadah yang diwajibkan Allah dan membawa anak-anak untuk melakukannya. Karena Rasulullah menganjurkan, ““Seorang perempuan yang menegakkan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadan, dan mematuhi suaminya akan memasuki Surga melalui pintu mana saja dia suka”. (HR. Bukhari dan Muslim).

18. Anda mesti menyadari bahwa hak suami atas diri istri itu sangatlah besar, lebih besar dari hak istri atas suami. Dengan demikian, wajar jika Rasulullah bersabda, “Seorang perempuan tidak patuh pada suaminya dan dia tidak akan mampu tanpa suaminya”. (HR. Bukhari dan Muslim).

19. Suami Anda menginginkan agar Anda tidak ragu-ragu untuk mengakui kesalahan, bahkan jika ada bersegera mengakuinya dan menerangkan alasan yang menyebabkan Anda melakukan kesalahan tersebut.

20. Hendaklah permintaan Anda kepada suami dalam batas kemampuannya. Dalam artian, Anda tidak membebani suami dan bersikap qana’ah.

21. Anda menaati perintah suami selama tidak menyuruh kemaksiatan kepada Allah dan Rasul-Nya, dan tidak melakukan puasa sunnah kecuali dengan izinnya. Hal ini sebagaimana sabda Nabi, “Tidak ada ketaatan dalam suatu kemaksiatan akan tetapi ketaatan kepada hal yang ma’ruf.” (HR. Bukhari).

22. Anda tidak memperbolehkan seseorang pun untuk masuk ke rumah ketika suami Anda tidak berada di rumah, kecuali dengan izinnya, jika bukan mahramnya, karena hal demikian dapat menimbulkan prasangka buruk.

23. Anda tidak menolak jika diajak suami ke atas ranjang. Rasulullah mewanti-wanti, “Demi Dia yang berkuasa pada hidupku, ketika sang suami memanggil istrinya ke tempat tidur dan dia menolaknya, Dia yang di Surga akan murka padanya sampai suaminya senang akan dirinya.” Selain itu, Anda dilarang untuk meninggalkan suami di tempat tidurnya. Nabi bersabda, “Ketika seorang perempuan melalui malam dengan meninggalkan suami di tempat tidur, para malaikat akan mengutuknya sampai pagi hari.”

24. Anda tidak meminta cerai dari suami, karena hal ini terlarang.

25. Hindarilah untuk berpakaian dan bertingkah laku menyerupai pria.

26. Anda tidak menyebarkan rahasia rumah tangga, tidak mengumbar cerita-cerita tentang hubungan intim Anda dengan suami kepada orang lain. Dan terpenting lagi, Anda mengingatkan suami untuk berdoa ketika senggama, jika dia lupa.

27. Anda harus mengetahui benar makanan kesukaan dan kegemaran suami.

28. Anda membuat suami merasa bahwa dia sanagt penting bagi Anda. Tatkala suami Anda merasa bahwa Anda membutuhkannya, maka dia akan bertambah dekat dengan Anda. Namun ketika dia merasa bahwa Anda mengesampingkannya, maka dia akan muak dengan Anda, dan sudah tentu kebahagiaan akan jauh dari Anda.

29. Jika Anda mendapati perilaku suami yang tidak Anda sukai, maka bersabarlah dangan cara memberitahukan nya secara baik-baik. Dan bisa jadi Anda akan mendapati perilaku lain suami Anda yang lebih baik dan luhur.

30. Suami ingin agar Anda tidak mengungkit kesalahan dan kekeliruannya, tetapi berusaha untuk tetap mengingat kembali kebaikan-kebaikannya dan kenangan-kenangan indah yang telah dilaluinya dan menjadi kenangan tersendiri bagi Anda berdua.

Andaikan semua ini dapat Anda lakukan, maka insya Allah kebahagiaan akan mewarnai rumah tangga Anda, dan suami tentunya akan menjadi yang terbaik buat Anda. Karena Anda telah menjadi seorang istri yang shalihah, dan suami berpikir tidak akan pernah merasa rugi menikah dengan Anda, justru Suami berpikir bahwa menikah dengan Anda adalah suatu berkah yang telah Allah berikan padanya. Apalagi jika Anda selalu mendukungnya untuk melakukan hal baik, terutama mengingatkan suami untuk tidak meninggalkan yang wajib seperti beribadah. Suami akan lebih berpikir menikah dangan istri yang shalihah akan mendatang kebaikan dan kebahagiaan buat keluarga.  Semoga tulisan ini bisa bermanfaat.(*(


Foto Ilustrasi/SINDOnews

Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam (SAW) pada waktu mudanya tak punya pekerjaan tertentu. Hanya saja riwayat-riwayat menyebut bahwa beliau bekerja sebagai pengembala kambing dan mengembalanya di perkampungan kabilah Bani Sa'ad. Di samping itu bekerja untuk Ahli Mekkah dengan upah sebesar Qaraariith (jamak dari kataqiiraath; yaitu bagian dari uang dinar).

Syeikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury menceritakan kisah pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Sayyidah Khadijah RA dalam Kitabnya Ar-Rahiqul Makhtum. Bagaimana awal mula Khadijah jatuh cinta pada sang Nabi yang mulia, berikut kisah singkatnya.

Ketika berusia 25 tahun, beliau SAW pergi berdagang ke negeri Syam dengan modal yang diperoleh dari Khadijah radhiallahu 'anha (RA). Ibnu Ishaq berkata: "Khadijah binti Khuwailid adalah seorang wanita pedagang yang memiliki banyak harta dan bernasab baik. Dia menyewa banyak kaum lelaki untuk memperdagangkan hartanya dengan sistem bagi hasil.

Kabilah Quraisy dikenal sebagai pedagang andal, maka tatkala sampai ke telinganya perihal kejujuran bicara, amanah dan akhlak Rasulullah yang mulia, dia mengutus seseorang untuk menemuinya dan menawarkannya untuk memperdagangkan harta miliknya ke negeri Syam. Dia menyerahkan kepada beliau barang dagangan yang istimewa yang tidak pernah dipercayakannya kepada pedagang-pedagang lainnya.

Beliau juga didampingi oleh seorang pembantunya bernama Maisarah. Beliau menerima tawaran itu dan berangkat dengan barang-barang dagangannya bersama pembantunya itu hingga sampai ke Syam. 

Ketika beliau pulang ke Mekkah dan Khadijah melihat betapa amanahnya beliau terhadap harta yang diserahkan kepadanya. Begitu juga dengan keberkahan dari hasil perdagangan yang belum pernah didapatinya sebelum itu.

Ditambah lagi informasi dari Maisarah, pembantunya tentang budi pekerti beliau, kejeniusan, kejujuran dan keamanahannya. Maka dia seakan menemukan apa yang dicarinya selama ini (calon pendamping). Padahal banyak kaum laki-laki bangsawan dan pemuka yang sangat berkeinginan untuk menikahinya, namun semuanya dia tolak.

Akhirnya dia menceritakan keinginan hatinya kepada teman perempuannya, Nafisah binti Munayyah yang kemudian bergegas menemui beliau SAW dan meminta kesediaan beliau untuk menikahi Khadijah.

Nabi Muhammad pun menyetujuinya dan menceritakan hal itu kepada paman-pamannya. Kemudian mereka mendatangi paman Khadijah untuk melamar keponakannya. Maka pernikahan pun berlangsung setelah itu dan 'akad tersebut dihadiri oleh Bani Hasyim dan para pemimpin Mudhar.

Pernikahan itu berlangsung dua bulan setelah kepulangan beliau dari negeri Syam. Beliau memberikan mahar berupa 20 ekor unta muda, sedangkan Khadijah ketika itu sudah berusia 40 tahun.

Khadijah adalah perempuan kabilahnya yang paling terhormat nasabnya, paling banyak hartanya dan paling brilian otaknya. Dialah perempuan pertama yang dinikahi Rasulullah SAW dimana beliau tidak menikah lagi dengan perempuan selainnya hingga beliau wafat. 

Semua putra-putri beliau SAW dari rahim Khadijah kecuali putranya, Ibrahim. Putra-putri beliau tersebut adalah: Al-Qasim (dimana beliau dijuluki dengannya), Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fathimah, 'Abdullah (julukannya adalah ath-Thayyib dan ath-Thaahir).

Semua putra beliau meninggal ketika masih kecil. Sedangkan putri-putri beliau semuanya hidup pada masa Islam, menganutnya dan juga ikut berhijrah, namun semuanya meninggal dunia semasa beliau SAW masih hidup kecuali Fathimah RA yang meninggal enam bulan setelah beliau wafat.
(rhs)





Sumber Sindonews.com



Kemuliaan malam lailatul Qadar lebih baik dari 1000 bulan. Foto/Dok SINDOnews

Dalam Alqur'an, Allah SWT memberitahukan kemuliaan Lailatul Qadar. Allah berfirman, "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alqur'an) pada malam kemuliaan. Dan, tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (QS Al-Qadr: 1-5)

Ibnu 'Uyainah berkata, "Apa yang disebut di dalam Alqur'an dengan kata 'maa adraaka' 'apakah yang telah memberitahukan kepadamu' sesungguhnya telah diberitahukan oleh Allah. Apa yang disebutkan dengan kata-kata 'Maa yudriika' 'apakah yang akan memberitahukan kepadamu', maka Allah belum memberitahukannya."

Dalam Kitab Shahih Shahih Al-Bukhari dijelaskan, dari Aisyah RA berkata, "Rasulullah ber'itikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, dan beliau bersabda, 'Carilah malam qadar pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan."

Ibnu Abbas RA mengatakan bahwa Nabi SAW bersabda, "Carilah Lailatul Qadar pada malam sepuluh yang terakhir dari (bulan) Ramadhan. Lailatul Qadar itu pada sembilan hari yang masih tersisa, tujuh yang masih tersisa, dan lima yang masih tersisa."

Dihilangkannya Pengetahuan tentang Tanggal Lailatul Qadar

Pandangan terhadap turunnya lailatul qadar di 10 hari terakhir Ramadhan sejak dulu terjadi perbedaan pendapat. Bahkan ada yang bertengkar terkait tanggal kemuliaan malam tersebut.

Ubadah Ibnu-Shamit berkata, "Nabi keluar untuk memberitahukan kepada kami mengenai waktu tibanya Lailatul Qadar. Kemudian ada dua orang lelaki dari kaum muslimin yang berdebat. Beliau bersabda, 'Sesungguhnya aku keluar untuk memberitahukan kepadamu tentang waktu datangnya Lailatul Qadar, tiba-tiba si Fulan dan si Fulan berbantah-bantahan. Lalu, diangkatlah pengetahuan tentang waktu Lailatul Qadar itu, namun hal itu lebih baik untukmu. Maka dari itu, carilah dia (Lailatul Qadar) pada malam kesembilan, ketujuh, dan kelima. (Dalam satu riwayat: Carilah ia pada malam ketujuh, kesembilan, dan kelima)."

Adapun terkait amalan 10 hari terakhir bulan Ramadhan, Rasulullah SAW mengisinya dengan i'tikaf dan mengencangkan ikatan sarungnya. Aisyah RA berkata, "Nabi apabila telah masuk sepuluh malam (yang akhir dari bulan Ramadhan) beliau mengikat sarung beliau, menghidupkan malam, dan membangunkan istri beliau.
(rhs)




Sumber : Sindonews.com

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.