-->

Latest Post


MPA, PADANG  -  ( 29 September 2019), Program talent search telah menjadi salah satu signature program Indosiar. Tidak hanya kompetisi di dalam negeri, Indosiar pun telah memperluas kompetisi hingga kepenjuru Asia.Sukses melahirkan bintang-bintang dangdut yang kini mampu bersaing di industri hiburan tanah air, kiniIndosiar bersiap untuk mendulang kesuksesan dengan kembali menggelar kompetisi dangdut terbesar di tanah air, “LIDA (LigaDangdut Indonesia) 2020”.Indosiar akan menggelar audisi langsung di 34 kotabesar di Indonesia. ProvinsiLampung, Sumatera Barat, dan Jambi akan menjadi tiga provinsi pertama diselenggarakan nyaaudisi LIDA 2020 secaraserentakpadahariMinggu, 29 September 2019. Bertempat di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat yang beralamat Jl. Jendral Sudirman No. 51 Padang, audisi Provinsi Padang akan dimulai sejakpukul 09.00 WIB.

Calon peserta yang berusia 14 – 25 tahun pria maupun wanita dengan bakat menyanyi dangdut dapat datang langsung kelokasi audisi dengan membawa kelengkapan lampiran formulir berupa fotocopy KTP/Kartu Pelajar serta foto terbaru berwarna ukuran 3R sebanyak dualembar. Tidak hanya audisi langsung, Indosiar juga memberikan kesempatan bagi peserta di seluruh penjuru Indonesia melalui audisi online dengan mengakses https://www.kapanlagi.com/dangdut/audisi-liga-dangdut-2020/. Peserta yang lolos audisi akan kembali berjuang mewakili provinsinya dan bertemu dengan duta provinsi lainnya untuk memperebutkan gelar bergengsi di panggung LIDA 2020.

Kesuksesan bintang-bintang alumnus LIDA di tahun-tahun sebelumnya hingga kekancah Asia, telah membuktikan bahwa bakat-bakat terbaik dari seluruh penjuru Indonesia kini mampu bersaing kuat dengan musisi-musisi yang telah lebih dulu meramaikan industri hiburan tanah air.Berkat ajang pencarian bakat yang diselenggarakan Indosiar inilah menjadi kesempatan terbaik baik para generasi muda untuk unjuk kebolehan.“Tahun ketiga penyelenggaraan LIDA, Indosiar semakin selektif untuk mempertemukan duta-duta dangdut terbaik dariprovinsi Indonesia paling barat hingga timur dengan membawa beragam kekayaan adat dan budaya.Sehingga program LIDA 2020 dapat menjadi program yang tidak hanya menjadi inspirasi bagi pemilik talenta terbaik namun juga  dapat melahirkan idola dangdut baru di tanah air”, tuturEkin Gabriel selaku VP - PSRD Division Head.

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pada audisi LIDA 2020 kali ini sebelumnya akan dimeriahkan dengan panggung hiburan “Demam LIDA 2020” yang berlangsung tepat satu hari sebelum audisi LIDA 2020 diselenggarakan di beberapa provinsi. Pekan pertama Demam LIDA 2020 akan berlangsung di Provinsi Lampung bertempat di Ramayana Rajabasa – Bandar Lampung pada hari Sabtu, 28 September 2019 dimulai sejak pukul 13.00 WIB.Nabila LIDA, Cut LIDA, dan Rafi DA akan hadir langsung memeriahkan Demam LIDA 2020 di Lampung. Datang dansaksikan Demam LIDA 2020 Gratis!

Setelah provinsi Lampung, Jambi, dan Sumatera Barat, pekan depan audisi LIDA 2020 akan berlanjut secara serentak di tiga provinsi yakni Kepulauan Riau, Kalimantan Tengah, dan Kepulauan Bangka Belitung yang berlangsung pada hari Minggu, 6 Oktober 2019. Seluruh proses audisi LIDA 2020 tidak dipungut biayaapapun. Informasi lebih lanjut dapat mengakses www.indosiar.com.
Liga Dangdut Indonesia: SeniMenyatukan!

Follow our social media:
Website: www.indosiar.com
Facebook: /IndosiarID.tv
Twitter: @indosiarID
Instagram: @Indosiar



MPA, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan jumlah terbaru korban gempa bumi berkekuatan 6,8 Skala Richter (SR) sebanyak 20 orang.

Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Humas (Kapusdatinmas) BNPB Agus Wibowo menjelaskan, hingga pukul 18.00 WIB total korban meninggal dunia mencapai 20 orang yang tersebar di beberapa titik. Di Batu Kuda Tial korban meninggal dunia sebanyak 3 orang.

Di Lembah Agro ada 3 korban tewas, yakni bayi bernama Nanlohi meninggal, serta dua orang dewasa yakni Narti dan Frans Masi. Di Desa Liang ada 6 korban meninggal, yakni Halimah Samual, La Na'i, Wa Ona, Anisa Maruapey, Hamid Laisou dan cucu Hasam Laisou.

Sementara di Desa Waai An ada 3 warga yang meninggal, yakni Tine Tuasela, Semi Kadidu dan Minggus Souhoka. Begitu juga di Desa Waisamu, Kabupaten Seram Bagian Barat ada 3 korban meninggal, yakni Hj Sansia, Aditya dan Johan. Sedangkan dua orang korba meninggal lainnya belum teridentifikasi.

Agus menambahkan, 6 orang mengalami luka ringan di Kampung Iha Desa Liang, sekitar 100 orang luka-luka akibat gempa di Desa Liang, dan 1 orang Luka Berat di Desa Waisama Kabupaten Seram Bagian Barat.

Selain itu, kerasnya guncangan gempa mengakibatkan sejumlah rumah dan sarana prasarana mengalami kerusakan. "Di Dusun Tanah Merah, Negeri Liang, Kabupaten Maluku Tengah, sebanyak 20 unit rumah rusak sedang, 8 unit rumah rusak berat," kata Agus dalam keterangan tertulis seperti dilansir SINDOnews.COM.

Kondisi yang hampir sama terjadi di Kampung Iha, Desa Liang, Kabupaten Maluku Tengah. "Sebanyak 25 unit rumah rusak sedang hingga berat, 1 masjid rusak ringan, MTs rusak ringan," paparnya.

Saat ini, lokasi pengungsian berada pada 3 titik, yakni di lahan kosong dan masjid. "Pengungsi diperkirakan kurang lebih 2.000 jiwa," ujarnya. (Baca juga: Gempa Ambon, Bangunan Universitas Pattimura Rusak).

Agus menjelaskan bahwa kebutuhan mendesak yang harus segera dipenuhi berupa terpal, tenda pengungsi, Makanan bayi, makanan dan minuman bagi pengungsi, obat-obatan, pampers untuk bayi, pembalut untuk wanita, air mineral, makanan instan, selimut, matras, tikar, alat penerang (lampu atau senter), tandom air dan MCK, trauma healing untuk anak-anak, bayi dan remaja.
(*)

Oleh: Wilson Lalengke

MPA, JAKARTA – Demonstrasi mahasiswa, pemuda dan masyarakat umum merebak dalam beberapa hari ini. Kalangan pelajar juga telah ikut turun ke jalan mengungkapkan aspirasinya. Menurut para pengunjuk rasa, demonstrasi terpaksa dilakukan. Penyebabnya, karena suara-suara rakyat yang disampaikan dalam bentuk tulisan, surat terbuka, petisi, dan diskusi-seminar di berbagai tempat tidak mendapatkan respon semestinya.

Eksesnya, korban berjatuhan. Fasilitas umum dan pribadi rusak di sana-sini. Saling memaksakan kehendak menyebabkan bentrok fisik tidak terelakkan. Provokasi memanaskan suasana dan memicu amarah makin membara. Sebaran informasi situasi terkini di lokasi unjuk rasa menumbuhkan penasaran dari warga lainnya. Jadilah suasana demonstrasi semakin riuh-rendah. Letupan senapan dan lemparan berbagai benda bersahutan di suasana makin kacau-balau itu.

Terlepas dari ada atau tidaknya dalang di balik munculnya parlemen jalanan; dan juga terlepas dari relevan atau tidaknya tuntutan yang disampaikan publik peserta aksi, penanganan atas hiruk-pikuk warga itu semestinya dilakukan dengan baik dan profesional. Polisi seharusnya mengedepankan pola kerja yang melindungi, mengayomi, dan melayani. Polri adalah instrumen yang disediakan negara untuk menjaga agar geliat masyarakat dalam aktivitasnya berjalan dengan baik, lancar dan aman.

Faktanya, cara polisi selama ini menangani unjuk rasa masih belum mencerminkan sosok polisi yang ideal. Negara sudah memberikan rambu-rambu bagi Kepolisian Republik Indonesia (Polri) untuk bekerja sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat. Rakyat sudah membayar lunas seluruh anggota Polri, tidak lain adalah untuk melakukan tugasnya melindungi, mengayomi, dan melayani rakyat.

Korban berjatuhan tatkala unjuk rasa menunjukkan satu hal: Promoter Polri tidak mewujud di lapangan. Visi Polri untuk menjadi Polisi yang Profesional, Moderen, dan Terpercaya hanya slogan di standing-standing banner di kantor-kantor polisi belaka. Promoter hanya penghias bibir Kapolri dan jajarannya. Ia tidak lebih dari sejenis jualan “kecap bangau” perusahaan unilever saja.

Apakah sulit bagi Polri untuk menangani unjuk rasa tanpa kekerasan? Apakah berat bagi Polri untuk menghadapi rakyat yang berdemonstrasi dengan tidak bertameng-berpentungan? Apakah sukar bagi Polri untuk menyikapi kehadiran para pengunjuk rasa dengan tebaran senyum dan sapaan yang menyejukkan? Apakah tidak ada cara lain yang lebih baik dalam menangani kerumunan massa demonstrasi yang tidak bersenjata? Apakah mustahil bagi Polri untuk menciptakan suasana sejuk dan damai di tengah suasana memanas para demonstran?

Jika jawaban-jawaban dari deretan pertanyaan di atas adalah sulit, berat, sukar, tidak ada cara lain, dan mustahil; maka itu berarti program Promoter Polri menghadapi jalan buntu alias gagal total. Bukankah ketika jatuh korban dari pengunjuk-rasa, berarti Polisi gagal melindungi rakyat yang menggaji dia? Berarti Polisi gagal mengayomi warga yang menyediakan seragam dan peralatan kerjanya? Berarti Polisi gagal melayani masyarakat yang membelikan pakaian dalam yang digunakannya sehari-hari?

Adalah wajar jika banyak pihak bertanya: Promoternya di mana Pak Polisi? Profesional apanya? Moderennya dimana? Bagaimana bisa dipercaya?

Atau mungkin Polri akan beralibi ‘memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat serta menegakkan hukum’? Kembali lagi pada pertanyaan-pertanyaan di atas tadi, apakah sulit memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat yang berunjuk rasa dengan tidak menembaki warga? Apakah tidak ada cara lain yang lebih ‘profesional, modern, dan terpercaya’ selain menghadapi para demonstran dengan pentungan, gas air mata, dan hantaman kekerasan fisik?

Ayo Polri, sekali-sekali coba resep ini saat menjaga para demonstran: perbanyak polwan yang berjaga, pakai pakaian biasa, bisa berbatik ria, dan putarkan lagu dangdut di tengah ramainya para pengunjuk rasa. Dijamin acara demo berubah menjadi konser musik dangdut. Unjuk rasa dapat berlangsung lancar, damai dan everybody happy. (WIL)

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.