-->

Latest Post


MPA, PADANG – Padang Indian Ocean Music Festival (PIOMFest) 2019 kembali menyuguhkan musik – musik etnik kontemporer sejagat. Pembukaan PIOMFest ditandai dengan menabuh tambur khas Bengkulu di panggung yang menempati pelataran parkir GOR H. Agusalim, Jumat (26/10/2019).

Pada perhelatan ketiga kali ini, PIOMFest diramaikan oleh penampilan para musisi dari Jepang, Spanyol, Jerman, Singapura. Selain itu, musik etnik Tanah Air juga akan dipertunjukkan, di antaranya Keroncong Tugu dari Jakarta, Tabot dari Bengkulu serta Padang sendiri akan menampilkan Gamat.

Wakil Walikota Padang Hendri Septa menyebut PIOMFest sebagai momentum untuk menjaga musik tradisional. Bila tidak, dikhawatirkan akan hilang di tengah ramainya genre – genre musik modern.

“Ini momentum menjaga kelestarian musik etnik dan tradisional di tengah ramainya genre musik modern dewasa ini,” kata Hendri Septa kepada wartawan.

Di sisi lain, kata Hendri Septa, PIOMFest figelar untuk mempererat hubungan negara – negara yang tergabung dalam Indian Ocean Rim Assosiation (IORA). IORA merupakan organisasi negara – negara
yang berada di Samudera Hindia.

“PIOMFest juga didekasikan untuk menghangatkan hubungan negara-negara IORA. Salah satunya hubungan seni dan budaya,”ujar Hendri Septa.

Selaku pelaksana, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Padang, Arfian mengatakan, kegiatan PIOMFest berlangsung selama dua hari. Untuk pembukaan dan pertunjukkan sampai Sabtu (26/10) di GOR H. Agus Salim. Sedangkan penutupan nanti diadakan di Klenteng, Kota Lama, Ahad (27/10) malam.

“Untuk acara malam pembukaan dan oertunjukkan Jumat dan Sabtu diadakan di GOR H. Agus Salim sedangkan penutupan nanti di Klenteng Kota Lama,” ujar Arfian.

Ia berharap, acara PIOMFest ini ramai disaksikan masyarakat karena salah satu tujuannya juga untuk meramaikan kunjungan wisatawan. Makanya, pertunjukkannya juga diadakan di Kota Lama guna menyasar wisatawan mancanegara yang banyak mengunjungi kawasan tersebut.

“Di Kota Lama banyak wisatawan asing, makanya pertunjukkan penutupan nanti digelar di sana,” tukas Arfian.

Sementara itu, Edi Utama selaku kurator mengatakan, khazanah musik etnik dan tradisional masih banyak eksis di berbagai belahan dunia. Eksistensi musik tersebut akan terbukti di atas panggung PIOMFest.

“Kita buktikan eksistensi musik etnik dari berbagai negara yang tidak kalah menarik untuk dinikmati melalui panggung PIOMFest 2019,” ujarnya.

Edi juga menuturkan berbagai jenis musik yang telah melintas budaya dan etnik di belahan dunia. Musik – musik itu masih bisa dinikmati dan tetap ada musisi yang menekuninya.

“Banyak instrumen musik yang lawas yang sampai saat ini masih bisa dinikmati karena ketekunan musisi masih bisa dinikmati saat ini,” tutupnya.

Adapun yang turut hadir pada acara pembukaan PIOMFest 2019 terlihat Ketua GOW Kota Padang Ny. Genny Hendri Septa, Kepala Finas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat dan sejumlah pejabat Pemko Padang serta undangan kehormatan lainnya

Oleh : Maya Dhita, ST.
Aktivis Pergerakan Muslimah dan Member Akademi Menulis Kreatif

Kemana hati ini akan terpaut
Saat rasa tak lagi peduli logika
Saat cinta menenggelamkan asa mulia
Saat hati dikalahkan hawa nafsu

Kemanakah kemudi akan berarah
Saat langkah sudah tak lagi lurus
Saat berdiri tak lagi tegak
Saat pegangan tak sekuat gigitan geraham

Kemanakah jiwa ini akan berujung
Saat kau tutup mata dan telinga atas nasehat
Saat hatimu senang padahal itu sesat
Saat kau tak lagi peduli adanya syariat

Dimanakah langkahmu akan berhenti
Jika keserakahan kau perturutkan
Jika kesombongan kau agung-agungkan
Jika tak lagi ada simpati dan empati

Di manakah kami akan mengadu
Di mana kan kutemukan hati lembut pemimpinku
Di mana kan kudapatkan perlindunganku

Sungguh diri tak ingin selemah-lemahnya iman
Melihat ketidakbenaran dipertontonkan
Hanya lewat tulisan kami berjuang
Semoga bisa membawa perubahan


MPA, TOKYO - Setelah dilepas berangkat ke Jepang tadi malam, 24 Oktober 2019, pukul 23.50 wib di Bandara Soekarno-Hatta oleh Presiden Kappija-21 Mulyono Lodji dan Sekjen Kappija-21 Wilson Lalengke, 15 orang peserta Program Sakura Science bersama 2 orang pendamping tiba di Tokyo Jepang pada hari ini, Jumat (25/10/2019) sekitar pukul 08.20 waktu Jepang atau 06.20 wib. Para peserta yang terdiri atas 8 siswa dan 7 siswi terlihat sangat bersemangat dan bergembira dapat menginjakkan kaki di Negeri Matahari Terbit itu.

"Nihong, I am coming..." seru Angga Lalengke, salah satu peserta, diikuti teman-temannya ketika keluar dari badan pesawat Garuda Indonesia setiba di Bandara Internasional Haneda Tokyo, Jepang.

Semua siswa selanjutnya sibuk dengan kamera handphone masing-masing, mengambil foto diri bersama kawan-kawannya dengan latar belakang bertuliskan 'Wow Japan' dan 'World Olimpic 2020' yang banyak terpampang di lorong keluar bandara. Foto-foto tersebut langsung dikirimkan ke orang tua masing-masing peserta. Mereka terlihat sangat menikmati kunjungan studi ke Jepang kali ini.

Setelah bertemu pihak penjemput dari Development Association of Youthleaders Japan (DAY Japan) yang menjadi sponsor kegiatan ini, rombongan langsung dibawa mengunjungi Museum Miraikan yang terletak tidak jauh dari pusat Kota Tokyo. Di sini, para siswa meninjau dan mendapatkan informasi tentang sejarah perkembangan science (ilmu pengetahuan) dan teknologi Jepang. Para peserta terlihat sangat serius mengikuti program kunjungan tersebut, terlihat dari aktivitas interaksi tanya-jawab yang terjadi selama kunjungan.

Museum Miraikan (National Museum of Emerging Science and Innovation, the Miraikan) adalah salah satu museum utama di Tokyo. Di museum ini tersimpan berbagai peninggalan dan dokumentasi serta catatan-catatan penting tentang ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi yang dihasilkan rakyat Jepang sepanjang berabad-abad, dari para ilmuwan, pakar, praktisi dan masyarakat umum.

Secara literal, Miraikan berarti 'Future Museum' atau museum masa depan. Museum ini diinisiasi dan dibangun oleh Japan's Science and Technology Agency. Museum Miraikan yang terletak di Distrik Odaiba, Tokyo ini mulai dibuka untuk umum sejak tahun 2001. Pengunjung dapat mencapai museum itu dengan naik Yurikamome, alat transportasi umum otomatis tanpa sopir, selama 15 menit dari pusat Kota Tokyo. 

Sesudah kunjungan ke museum Miraikan, para peserta program dijamu makan siang. Di sini, para peserta diajarkan cara memilah dan menempatkan sampah makanan, juga piring dan peralatan makan. Usai makan siang, seluruh rombongan menuju hotel, untuk persiapan acara welcome dinner, dan briefing persiapan kegiatan di hari berikutnya. (APL/Red)

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.