-->

Latest Post


MPA, PADANG - Kementrian Agama Provinsi Sumatera Barat menggelar Program Sertifikasi Pembimbing Manasih Haji 2019 berkerjasama dengan Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementrian Agama RI dan Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang. Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Dirjend. PHU. Kemenag RI. Prof. Dr. H. Nizar, M. Ag, pada Senin (10/11/2019) bertempat di Asrama Haji Embarkasi Padang.

Dalam Sambutan Kakanwil Kemenag. Sumbar mengatakan, Pelaksanaan Program Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji dan Umroh ini untuk yang kedua kalinya diadakan di Provinsi Sumatera Barat. Setelah sukses penyelenggaraan sertifikasi di tahap pertama yang dilaksanakan pada bulan November 2018, tahun lalu.

Ahamdulillah Bapak Dirjen kembali mempercayakan penyelenggaraan sertifikasi yang kedua ini kepada Provinsi Sumatera Barat. untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang tak terhingga atas kepercayaan ini, Ujar Hendri, Kakanwil. Kemenag. Sumbar. Program Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji merupakan kerjasama Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kementrian Agama RI dengan Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang yang dianggarkan pada DIPA Kanwil Kementrian Agama Provinsi Sumatera Barat. Kegiatan ini berlangsung 10 hari terhitung sejak tgl 11-20 November 2019, bertempat di Asrama Haji Embarkasi Padang.

Selanjutnya Hendri Menjelaskan, Panitia pelaksana sertifikasi Pembimbing Manasik Haji ini terdiri dari unsur UIN Imam Bonjol Padang dan Kanwil Kemenag Prov. Sumbar ditetapkan berdasarkan SK. Kanwil Kemenag Prov Sumbar No. 434 tahun 2019 tanggal 24 Oktober 2019 tentang penetapan panitia pelaksana sertifikasi Pembimbing Manasik Haji 2019. 

Tujuan "Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji 2019 M" yang ingin dicapai adalah untuk menyiapkan petugas-petugas yang profesional dan berkarakter serta mampu memberikan pemahaman yang baik terkait pelaksanaan ibadah haji kepada jamaah. Serta untuk menambah tenaga pembimbing bersertifikat yang jumlahnya masih kurang.

Lebih lanjut H. Hendri menambahkan "Melalui Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji, Kita Wujudkan Pembimbing Manasik yang Peofesional dan Berkarakter dalam Upaya Haji yang Mabrur" Peserta yang hadir merupakan orang pilihan, yang telah memiliki pengalaman dalam memberikan bimbingan manasik Haji. kemudian mereka juga telah lulus dalam seleksi administrasi dan verifikasi portofolio, kegiatan ini sangat penting untuk mendapatkan legalitas dari pemerintah sebagai pembimbing Manasik Haji Profesional. sesuai dengan pasal 110 BAB IX UU No. 8 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Haji dan Umrah.

Kurikulum materi sertifikasi Pembimbing Manasik Haji Tahun 2019 ini disesuaikan dengan kurikulum yang sudah ditetapkan dengan pedoman Kepdirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah No. D/223/2015. 

Narasumber pada sertifikasi Pembimbing Manasik Haji 2019 ini terdiri dari Pejabat Kementrian Agama Pusat, UIN Imam Bonjol Padang, Pejabat Lingkungan Kanwil Kemenag Prov. Sumbar, Prov. Jambi dan Prov Bengkulu, Praktisi Haji dan tokoh-tokoh lain yang dianggap mampu dan profesional dibidangnya, ulasnya.

Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji dan Umrah adalah proses penilaian dan pengakuan Pemerintah atas Kopetensi, Kemampuan dan Ketrampilan seseorang dalam memberikan bimbingan  manasik haji secara profesional agar menjadi pembimbing manasih yang memiliki karakter, profesional, dan mampu berinovasi serta bertanggung jawab dalam memberikan bimbingan manasik kepada Jemaah, diharapkan setelah mengikuti program sertifikasi pembimbing Manasik Haji dan Umrah ini nantinya mempunyai kewajiban untuk memberikan bimbingan kepada calon jemaah haji dan jemaah umrah baik melalui kelompok bimbingan maupun secara perorangan.

Disamping memahami syarat dan rukun ibadah haji, pembimbing juga mesti mengetahui makna, filosofi serta sejarah ibadah haji. Kemudian mampu menjelaskan secara baik kepada jemaah haji, tujuannya agar jemaah haji dapat memahami pelaksanaan ibadah haji  yang baik dan benar dan jangan samapai jamaah beranggapan sebagai wisata religi tanpa ada hasil dan pelaksanaan haji. Program ini sudah diselenggarakan sejak tahun 2018 dengan jumlah 100 orang terdiri dari Sumbar 61 orang, Bengkulu 20 orang dan Jambi 19 orang sedangkan tahun 2019 ini diikuti peserta dari Sumbar 52 orang, Bengkulu 19 orang  dan Jambi 29 orang jadi total 100 orang perserta.

Terakhir Kakanwil Kemenag Sumbar berpesan kepada para peserta program sertifikasi Pembimbing Manasik Haji 2019, luruskan niat untuk mengikuti program kegiatan ini, serius menjadi pembimbing manasik haji yang profesional, aktualisasikan tujuan penyelenggaran ibadah haji, agar nantinya dapat membimbing pelaksanaan ibadah sesuai dengan ketentuan syari'at dan memperoleh haji yang mabrur, sebagai pembimbing manasik agar dapat memahami karakter Jemaah Haji Indonesia, terang nya.(ar/ind) 

Photo Istimewa

MPA,KAB SOLOK – Kabupaten Solok yang dikenal sebagai salah satu daerah agrobisnis  (pertanian) dan perternakan utama Sumatera Barat. Bahkan, banyak pangan pertanian yang dikirim ke luar Sumbar seperti ke Pekanbaru, Riau, Jakarta dan sebagainya. Selain itu, iklim daerah dan lingkungan alamnya juga menarik untuk kawasan pariwisata.

Ditambah lagi dengan penguatan karakter Seni dan Kebudayaan, serta kearifan lokal masyarakat yang berdampak bagi kekuatan dari sector ekonomi hingga pembangunan signifikan. Hal itu diungkapkan Mahyuzil Rahmat, S.Ag saat diwawancarai media, Sabtu (8/11/19) di posko Relawan HendRA – MAHyuzil (RAMAH) di Solok.

“Semuanya itu dapat ditingkatkan secara berkesinambungan jika dikelola dengan “Bersih”.  Artinya, minim praktek penyelewengan dan sesuai dengan koridor (aturan/acuan) yang diberlakukan”, ujar Mahyuzil.

Sebagai Tokoh Masyarakat dan Agama di Kabupaten Solok, Buya Mahyuzil dalam senda guraunya sedikit mengkritik pola pejabat yang ingin kaya dengan uang rakyat. “Kalau kerjaannya maksiat mulu, mana mungkin bisa urusin birokrasi, ya kan?”, celetuk Buya.

“Makanya sejarah Islam memunculkan para pemimpin yang ketat terhadap maksiat, misalnya saja Khalifah Umar Bin Khatab yang rela meninggalkan kemaksiatan agar bisa dekat dengan Rasulullah SAW. Selang berapa waktu setelah itu iapun diangkat sebagai Khalifah. Artinya, tidak ada toleransi untuk penyakit kepribadian bila jadi pemimpin”, tegas Buya Mahyuzil.

Kemudian, dalam bermasyarakat Buya Mahyuzil juga mengungkapkan perlu sentuhan pendalaman lagi.

“Kabupaten Solok ini unik, meskipun banyak karakter keras namun jika agamanya dilecehkan, maka mereka akan cepat meradang. Hal itu membuktikan bahwa dalam kehidupan masyarakat kita ini masih bertolak kepada sandi agama”, tuturnya.

Selanjutnya, Buya Mahyuzil berpesan melalui media ini mengenai dasar pola kehidupan maupun pola politik di tengah masyarakat. “Jika tidak dengan ilmu agama, lalu ilmu apalagi yang bisa menguatkan Negara ini? Sebab, baik dan buruknya sesuatu sudah diatur dalam ajaran agama kita”, ungkapnya.

Dilain kesempatan Nazaruddin Datuak Rajo Nan Gadang, salah seorang Datuak dihormati putra Kampung Dalam Danau Kembar mengatakan, sebagai seorang Buya (Ulama), Mahyuzil Rahmat telah banyak berbuat. Seperti meningkatkan kerja sama pendidikan dengan lembaga-lembaga sosial keagamaan, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Terobosan itu ia lakukan supaya dapat mengantarkan generasi muda menjadi generasi cerdas dan mandiri terutama di Kab. Solok ini, pungkas Datuak.

Mengarahkan generasi muda menjadi generasi yang sejahtera dalam membangun nagari dan bangsa di berbagai aspek kehidupan, tiada pernah berhenti dilakukan Buya Mahyuzil.

“Berkumandang di dunia dakwah, berjibaku membangun negeri dan bersikukuh memajukan generasi di bidang pendidikan adalah aktifitas keseharian Buya Mahyuzil”, sebut Datuak Nazar.

Oleh: Siti Aisah, S. Pd
Guru dan Member Akademi Menulis Kreatif Subang

PUISI UNTUK PAHLAWAN DEVISA INDONESIA
(Anonim)
Bertahun-tahun kau tinggalkan kampung halaman
Hanya untuk mencari uang
Demi masa depan yang teran
Kau rela tinggal di negeri orang


Walau terkadang kau diasingkan
Dan tidak dipedulikan
Namun kau tetap tegar menghadapi semua hinaan
Karna tujuanmu mulia hanya untuk membahagiakan keluarga

Rangkaian puisi ini diambil di laman fesbukTempat Pahlawan Devisa Mencari Cinta. Tujuan utama pahlawan devisa ini semata-mata untuk membahagiakan keluarga secara materiil. Hal ini dikarenakan mereka tetap merasa tidak nyaman untuk meninggalkan keluarga yang dicintai. Nasib pahlawan devisa ini menjadi dilema ketika dihadapkan dengan wanita yang notabene sudah berganti status menjadi seorang istri dan ibu. Tak ayal banyak TKI (tenaga Kerja Indonesia) yang gugur di negara tetangga. Mulai dari kasus penganiayaan, persaksiandipengadilan hingga kecelakaan. Situs portalindonesia.net, 04/11/2019 salah satu TKI asal Ponorogomengalami kecelakaan tunggal pada 27 Oktober 2019 lalu. Ia mengendarai sepeda listrik saat mau ke pabriknya yang mengakibatkan kepala beliau terbentur aspal dan mengalami luka yang cukup serius.

Tragis nian nasib pahlawan devisa bangsa Indonesia ini, karena perludiketahui bahwa devisa negara (pendapatan negara) hanya bisa didapat dari pertukaran uang asing ke dalam rupiah. Dengan pertukaran tersebut maka berarti rupiah sedang di beli dengan uang asing oleh para TKI. Dilansir dari situs CNBC Indonesia 19/01/2019, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang tersebar di negara-negara luar mengirimkan dana (remitansi) hingga Rp US$ 2,7 miliar atau Rp 38 triliun (Asumsi Kurs US$ 1 = Rp 14.200) hingga kuartal III-2018 dan berdasarkan data remitansi TKI di Situs Bank Indonesia tercatat TKI yang berada di Timur Tengah mengirimkan uang paling banyak terutama di Saudi Arabia yang mencapai US$ 984 juta.

Keberangkatan kaum ibu sebagai tenaga kerja di luar negeri nampaksering kali menjadi pilihan yang terpaksa. Alasan keterbatasan kesempatan kerja di dalam negeri, sertaupahnya yang dianggap kurang memadai, kerap mendorong seseorang memutuskan jadi TKI. Meskipun nyawa sebagai taruhannya. Iming-iming dari BPJS ketenagakerjaan lewat Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM) ternyata tidak cukup untuk membantu kesejahteraan mereka.

Naluri keibuan sejatinya pada diri seorang wanita. Namun apa daya mereka harus rela menitipkan buah hatinya kepada suami, orang tua atau keluarga terdekat.Hal ini adalah bukti makin hilangnya naluri keibuan akibat berlakunya kapitalisme. Selain itu, tidak ada pula jaminan negara terhadap kesejahteraan wanita, khususnya bagi seorang ibu. Disisi lain wanita pun dituntut untuk mampu sejajar dengan pria. Intensitas wanita bekerja lebih banyak di dibandingpria. Pekerjaan itu pun memiliki tuntutan tersendiri yang harus dipenuhi wanita. Khususnya ibu, yang mengalami pergeseran dalam tugasnya. Wanita lebih memilih berkiprah dalam kariernya daripada mendidik anak. Hal ini disebabkan oleh pengaruh pandangan Barat. Mereka beranggapan bahwa wanita itu wajib bekerja.Jika tidak bekerja mereka dianggap tidak produktif. Sehingga, profesi sebagai ibu rumah tangga dipandang sebelah mata.

Secara individual, seorang wanita khususnya ibu sebagai pendidikan pertama anak harus segera kembali memahami Islam. Di mana di dalamnya telah diatur segala permasalahan kehidupan. Selain itu, negara mempunyai peranan penting dalam menjaga naluri keibuan ini. Peranan tersebut diantaranya sebagai berikut, yaitu:

Pertama, menjaga keimanan merupakan fondasi pembangun dimensi kesehatan mental dan fisik. Proses pembentukan keimanan yang melibatkan akalakan membentuk pemenuhan kebutuhan naluri beragama, juga menghasilkan keimanan yang sempurna dan menutup semua keraguan (tashdhiqal-jazm). Keimanan yang sempurna akan memuaskan akal, menentramkan hati, dan sesuai fitrah manusia terhadap kebenaran Islam. Kondisi ini akan membentuk pemenuhan kebutuhan naluri beragama. Sehingga, mampu menjalankan konsekuensi keimanannya. Rasa bergantungnya pada  menjadi pengukur satu persatu aktivitasnya. Apakah sesuai dengan syariat-Nya atau tidak. Ketika kenyataan hidup tidak berkesuaiandengan rencana, maka akan mendorongnyaberintrospeksi diri. Adakah kelalaian yang dilakukan pada syariat Allah.

Kedua, Jaminan negara terhadap kesehatan individu dan masyarakat yang merupakan bentuk ketaatan penguasa terhadap syariat-Nya. Negara juga bertanggung jawab mewujudkan kestabilan ekonomi yang menjadi urat nadi kehidupan rakyat. Politik ekonomi Islam meletakkan pengelolaan kekayaan berdasar tiga prinsip kepemilikan yaitu kepemilikan umum, kepemilikan negara, dan kepemilikan individu.

Jika sistem kehidupan Islam diterapkan, tidak akan terlihat lagi seorang ibu hamil sibuk mengumpulkan dana persiapan persalinan. Ibu hamil akan lebih berkonsentrasi terhadap kesehatan diri dan janinnya. Menjaga kedekatan pada Allah dengan memperbanyak dzikir dan membaca tilawah. Tidak lagi kita dapatkan keluarga condong mencari pertolongan persalinan pada tenagatidak terdidik. Namun, akan menuju tempat pelayanan persalinan terbaik didampingi tenaga kesehatan yang ramah dan terlatih. Jika akses pelayanan terbaik masih sulit, akan dihadirkan rumah sakit keliling tanpa mengurangi kualitas pelayanan. Sebagaimana yang terjadi pada masa Sultan Mahmud (511-525 H). Ibu hamil tidak lagi khawatir kekurangan asupannutrisi dan gizi. Negaralah  yangmenyiapkan menu diet seimbang dan bergizi tinggi melalui ahli gizi yang kompeten.

Itulah sistem Khilafah Islamiyah membentangkan jalan menuju kesejahteraan dan kemuliaan umat secara universal.Dengan demikian hanya dengan sistem itulah yang diperlukan saat ini. Bersegeralah menegakkannya untuk membangun negeri tercinta ini dengan menerapkan syariat Islam dalam bingkai Khilafah Islamiyah. Aamiin

Wallahua’lambi-ashshawab.




Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.