Presiden Turky : Teman Anda Adalah Teman Kami, Musuh Anda Adalah Musuh Kami
Photo Istimewa
MPA, SUMBARN – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyampaikan pesan dan
dukungannya secara penuh kepada anggota dan pengurus Dewan Ulama Thariqah
Internasional. Hal itu disampaikan melalui sambutan tertulis yang dibacakan
oleh Prof. Andi Muhammad Faisal Bakti, Ph.D dalam acara Pertemuan Ulama
Thariqah Internasional yang diselenggarakan oleh Dewan Ulama Thariqah
Internasional-Indonesia di Convension Centre Universitas Putra Indonesia Kota
Padang, Sumatera Barat, Indonesia tanggal 6 Desember 2019.
Erdogan menyambut baik pertemuan
ulama thariqah internasional yang dilaksanakan secara bersamaan di dua negara,
yaitu Turki (5/12/2019) dan Indonesia (6/12/2019). Beberapa pesan penting yang
disampaikan antara lain pentingnya merangkul dan bekerjasama negara-negara Islam,
terutama di benua Afrika dan Timur Tengah. Mereka diperlakukan diskriminatif
oleh Barat yang selalu berlindung di balik topeng hak asasi manusia dan
demokrasi. Barat menyusupkan pikiran radikal-teroris dalam dunia Islam sehingga
melahirkan gerakan-gerakan teror dan pembantaian seperti Boko Haram, ISIS, dan
FETO.
Selanjutnya, Barat sendiri seakan
tampil gagah memberantas gerakan tersebut.
Korbannya adalah Islam dan Muslim itu sendiri. Islam distereotipekan
sebagai agama teror dan muslim menjadi terbunuh dan terusir dari negerinya
sendiri.
Karena itu, Erdogan menegaskan
dukungannya kepada DUTI sebagai salah satu organisasi yang menentang dan
mengharamkan pemahaman dan gerakan radikal-teroris yang mengatasnamakan Islam
dan Muslim. “Teman Anda adalah teman kami, dan musuh Anda adalah musuh kami,”
katanya.
“Kami tidak akan membiarkan kaum
imperialis membagi kita menjadi Syiah-Sunni, Arab-Persia, hitam dan putih. Kami
akan tetap selalu saling mencintai demi Allah,” tegas Erdogan.
Berikut Sambutan Presiden Turki,
Recep Tayyip Erdogan selengkapnya:
SAMBUTAN PRESIDEN RECEP TAYYIP
ERDOGAN
بسم
الله الرØمن الرØيم
السلام
عليكم ورØمة الله وبركاته
Kepada anggota Dewan Ulama
Thariqah yang terhormat, dan kepada seluruh tamu dan undangan dari berbagai
komunitas muslim. Terkhusus kepada Syekh Muhammad Ali Hanafiah Ar Rabbani yang
saya hormati.
Selamat atas terwujudnya
pertemuan ini dan hanya Allah menjadi saksi dan hanya Allah saja yang menjadi
penolong kita di dunia dan di akhirat.
Dalam kesempatan ini, saya ingin
menyampaikan beberapa hal yang pernah saya sampaikan ketika saya mengunjungi
benua Afrika, dan semoga menjadi catatan penting bagi kita semua dalam
mengangkat nilai kebenaran yang selama ini ditutupi oleh media Barat.
“Hari
ini, hampir semua dari mereka yang mengajari kita tentang hak, hukum, dan
kebebasan, justeru memiliki sejarah pembantaian, pendudukan, atau kolonialisme.
Saya seorang politisi peduli
Afrika, yang mencintai Afrika. Saya telah melakukan upaya besar untuk
menghilangkan kelalaian bertahun-tahun. Saya telah mengunjungi 27 negara
Afrika.
Alhamdulillah, kami telah membawa
hubungan antara Turki dan Afrika ke tingkat yang tidak dapat dibayangkan,
bahkan 15 tahun yang lalu. Kami meningkatkan jumlah kedutaan kami menjadi 42
Kantor. Kami membuka misi diplomatik terbesar kami di dunia yang berada di
Somalia.
Beberapa negara Barat tidak
nyaman dengan kami yang merangkul Afrika. Mereka ingin agar Afrika tetap loyal
kepada mereka. Mereka tidak ingin Afrika berdiri sendiri, menyadari potensinya,
dan mewujudkan perdamaiannya.
Apa yang mereka anggap sebagai
hak warga negara hanya berlaku bagi mereka sendiri, mereka melihatnya sebagai
terlalu mewah bagi warga Afrika. Mereka melihat kebebasan, demokrasi,
kemakmuran, perdamaian dan pembangunan ekonomi terlalu banyak untuk Afrika dan
kita.
Untuk ini, mereka menggunakan
segala sesuatu dengan memanfaatkan perbedaan etnis dan agama untuk provokasi
dan menciptakan perang saudara. Anda mungkin lebih tahu negara kolonial mana
yang terlibat dalam Genosida Rwanda.
Hari ini, mereka yang
memberlakukan embargo senjata pada kami, tetapi memberikan bantuan senjata
kepada para pembunuh berdarah dingin.
Saya ingin membagikan contoh
seorang negarawan Barat yang mengatakan: “Setetes minyak lebih berharga
daripada setetes darah.” Kalimat ini diucapkan oleh Churchill sekitar 100 tahun
yang lalu di depan umum dan mendapatkan pengakuan sejarah.
Selama berabad-abad, pandangan
orang kulit putih tentang Afrika terhadap Timur Tengah tetap tidak berubah.
Tidak ada pengurangan dalam pandangan orang Barat tentang keunggulan ras kulit
putih. Dugaan kolonialisme berlanjut dengan bentuk-bentuk baru. Benua Afrika
masih menghadapi kelaparan karena neokolonialisme.
Dalam sejarah kami tidak ada
pembantaian kolonialisme dan pendudukan rasis. Sebagai negara dan bangsa, kami
tidak mengejar kemakmuran melalui sumber daya masyarakat Negara mana pun. Kami
tidak membenci siapa pun karena warna kulit mereka.
Di Afrika Barat dan Timur, dimana
70 persen populasi adalah 80 persen Muslim, tetapi Muslim sekarang menjadi
minoritas. Misi kami sangat sulit. Organisasi teroris seperti Boko Haram, DAESH
dan FETO berkontribusi pada proses ini. Mereka berusaha menjauhkan media Barat
dari Islam.
Maka kami sangat menghargai dan
ucapkan terimakasih atas kerjasama Dewan Ulama Thariqah Internasional,
sekaligus kami dapat menyatakan dengan tegas kepada organisasi ini, teman anda
adalah teman kami dan musuh anda adalah musuh kami.
Islam adalah agama yang damai.
Penghinaan terbesar adalah membawa teror ke dalam Islam. Kami sepenuh hati
percaya bahwa matahari Islam tidak dapat diplester dengan lumpur. Pemilik agama
ini adalah Allah, Tuhan semesta alam.
Kami tidak akan membiarkan kaum
imperialis membagi kita menjadi Syiah-Sunni, Arab-Persia, hitam dan putih. Kami
akan tetap selalu saling mencintai demi Allah.
Presiden Recep Tayyip Erdogan.(*)