-->

Latest Post


PADANG – Walikota Padang Mahyeldi Ansharullah mendorong para milenial mengembangkan usaha kreatif yang mencakup hulu dan hilir. Seperti halnya L’ile Chocolate Factory & Museum besutan pengusaha muda Priscila Partana yang diresmikan siang tadi, Rabu (26/02/2020).

“Kami dari Pemerintah Kota Padang terus mendorong para milenial menggagas usaha kreatif. Keberadaan rumah coklat sekaligus museum dan outlet yang dimulai Priscila adalah contoh bagus untuk memotivasi milenial lainnya,” kata Mahyeldi disela peresmian L’ile Chocolate yang beralamat di Jalan MH. Thamrin Alang Laweh, Padang Selatan tersebut.

Mahyeldi juga mendukung cita – cita Priscila yang ingin memperkenalkan produk coklat asal Sumatera Barat ke dunia internasional. Dia akan mengikuti festival coklat berskala nasional dan internasional.

“Cita – cita Priscila yang ingin mengikuti kontestasi coklat internasional sudah pasti kita dukung bersama,” ujar Mahyeldi.

Menurut Mahyeldi, pengembangan coklat yang dari hulu hingga hilir ini merupakan yang pertama, setidaknya untuk wilayah Sumatera.
“Ini yang pertama, setidaknya di Sumatera,” ulasnya.

Walikota yang kerap disapa Buya itu menyebut, kehadiran L’ile Chocolate menjadi salah satu solusi meningkatkan gairah pertanian, khususnya petani kakao.

“Selama ini petani kakao mengalami kelesuan, namun sekarang bisa lebih bergairah. Menyusul adanya rumah coklat yang mengelola dari perkebunan sampai ke pengolahan dan melahirkan beragam produk coklat,” tutupnya.

Pada Grand Opening L’ile Chocolate ini Walikota Padang didampingi sejumlah pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Terlihat hadir Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Arfian, Kepala Dinas Perdagangan, Endrizal, Kadis Tenaga Kerja dan Perindustrian Yunisman serta Kepala Dinas Penanaman Modal Perizinan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Corri Saidan. (Humas)


Foto Istimewa: Ongen (baju kuning) saat mengunjungi dan berikan bantuanpada korban di pengungsian

JAKARTA – Ongen Matital, seorang Nyong Ambon Manise, menjadi saluran berkat bagi banyak orang. Anak ke-3 dari 8 bersaudara dari Ibu Magdalena Matital Sohuwat dan Jan Matital ini lahir dan besar di Ambon, Maluku 43 tahun yang lalu.

Lahir dan besar di kota kecil Ambon yang indah dan dikelilingi laut yang biru dengan hamparan pasir yang putih, Ongen bertumbuh menjadi seorang remaja yang liar, nakal, atau yang kita sebut dengan preman. Ia lebih banyak menghabiskan waktunya hidup di jalanan, kacau, mabuk, meminta-minta uang dari sopir angkot. Tidak itu saja, Ongen juga sering memakai kuasa-kuasa kegelapan, jimat-jimat, guna-guna, ilmu hitam, dan selalu menyusahkan orang lain.

Itulah hidup Ongen Matital seperti yang diceritakan kepada pewarta ini sewaktu ditemui beberapa waktu yang lalu di sela-sela kunjungannya di Jakarta. Ongen yang kini tinggal di Belanda itu sempat mengunjungi tanah air dalam rangka sebuah misi kemanusiaanya.

Ketika kerusuhan Ambon terjadi Ongen pergi mengungsi ke gereja dan merantau ke Papua. Di sana Ongen mulai menyadari kehidupannya selama ini yang sangat jahat. Ia merenungi hidupnya di Papua dan mulai membuka hatinya untuk Tuhan. Mulailah ongen meninggalkan kehidupan lamanya dan mulai hidup dengan ‘takut akan Tuhan’ pada tahun 2002.

Pada tahun 2002 itu juga Ongen kembali ke Ambon dan pada saat kerusuhan di Ambon, Ongen bertemu dengan Maudy Dias yang sekarang menjadi istrinya dan menikah di Ambon pada tahun itu juga.

Setahun kemudian, pada 2003 Ongen pergi ke Belanda dan bertemu dengan Maudy Diaz yang sekarang menjadi istrinya. Mereka kemudian dikaruniai anak perempuan yang bernama Refaya Matital pada tahun 2005.

Gempa yang pernah melanda Ambon, Maluku beberapa waktu yang lalu mengerakkan hati Ongen untuk membuat aksi mengumpulkan bantuan dan mendapatkan total 24.000.000 rupiah dan disumbangkan untuk kabupaten Kairatu. Kemudian Ongen melakukan aksi kedua bersama masyarakat Maluku bersama Yayasan Sama-Sama.

Begitu juga, banyak sumbangan yang didapatkan dari Gereja Alphen aan den Ryn, kota dimana Ongen tinggal di Belanda.

Tidak kurang dana yang terkumpul mencapai 6000 euro, ditambah sumbangan dari Walikota Alphen aan den Ryn sebesar 5000 euro. Total bantuan sekitar 300 juta lebih dan disalurkan langsung ke lapangan bersama teman-temannya dengan membuat WC, air bersih, serta makanan buat para pengungsi.

Sampai sekarang Ongen Matital mau terus menjadi berkat bagi semua orang. Walaupun hidupnya dulu susah, tapi sekarang dirinya mau terus melayani dan melihat mujizat yang lebih besar lagi. “Saya ingin menjadi saluran berkat bagi siapa saja, membantu sesama di seluruh tanah air,” ungkap Ongen. (JNI/Red)


Photo Istimewa

PADANG - Wakapolda Sumbar Brigjen Pol Rudy Sumardiyanto, M.Si memberikan arahan kepada siswa Diktuk BA Polri TA. 2019/2020 di SPN Polda Sumbar, Rabu (26/2).

Dihadapan para siswa, Brigjen Pol Rudy mengharapkan agar seluruh siswa yang sebentar lagi akan dilantik menjadi anggota Polri, untuk selalu berbuat baik kepada masyarakat

"Tetap menjadi abdi negara dan masyarakat yang baik," kata Wakapolda Sumbar saat memberikan pembekalan.

Menjelang pesta Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Provinsi Sumatera Barat, Brigjen Pol Rudy menegaskan bahwa selaku anggota Polri tidak diperbolehkan untuk mendukung salah satu pasangan calon.

"Polisi tidak boleh politik praktis, karena sudah diatur dalam Undang-undang," tuturnya.

Jenderal bintang satu tersebut juga mengajak kepada siswa, apabila sudah menjadi anggota Polri harus bersatu dan bekerjasama dengan masyarakat.

"Harus proaktif, berpartner dan bermitra dengan masyarakat. Cari kawan, baik tokoh masyarakat maupun tokoh-tokoh lainnya," pungkasnya.

Dalam pembekalan ini, dihadiri oleh pejabat utama Polda Sumbar, Ka SPN beserta pejabat SPN Polda Sumbar, serta pembina dan pengasuh siswa SPN Polda Sumbar.(*)

Sumber : Bidhumas Polda Sumbar

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.