-->

Latest Post


Polisi melakukan pengawasan lalu lintas terkait pelaksanaan PSBB di DKI Jakarta.

MPA, JAKARTA – Selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), pencegahan virus corona (Covid-19) di DKI Jakarta. Kepolisian akan melakukan 'penindakan' bagi pengendara yang tidak memakai masker atau membawa lebih dari setengah kapasitas penumpang, Para pengendara akan diminta putar balik jika melanggar ketentuan tersebut.

"Ketika ada kendaraan yang tidak pakai masker kita putar balikan. Mobil 7 seater diisi 6 orang kita putar balikan," ujar Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes Pol Sambodo Purnomo Yugo pada konferensi pers melalui akun Instagram @humas.pmj, seperti dilansir CNN Indonesia, Jumat (10/4).

Untuk itu, Kepolisian bersama Dinas Perhubungan DKI Jakarta mendirikan 33 titik atau pos pengawasan selama PSBB di pintu-pintu keluar-masuk Jakarta. Beberapa di antaranya di wilayah Kalideres, Kembangan, dan Ciputat.


Titik pemeriksaan juga ditempatkan di Terminal Senen, Tanjung Priok, dan Pulogebang. Kemudian lima titik pemeriksaan lainnya di gerbang tol Jakarta.

Pada 33 titik pemeriksaan tersebut, Sambodo mengatakan polisi bakal mengawasi pengendara yang lalu-lalang. Jika tidak memakai masker, berpenumpang lebih dari kapasitas yang ditentukan atau posisi duduk penumpang berdekatan, kendaraan akan diberhentikan.

Sambodo mengatakan nantinya Dishub akan membuat peraturan turunan untuk mengatur lebih jelas perkara ini. Namun, hingga kini pihaknya masih memberlakukan imbauan langsung di lokasi.

"Walaupun hanya dua orang satu mobil tapi bersebelahan, kita minta penumpang duduk di belakang. Jadi sanksi tidak mesti sanksi hukum. Bisa dibetulkan perilakunya saat itu di tempat itu," jelasnya.

Pada kesempatan yang sama Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus kembali menekankan pihaknya tidak mengutamakan sanksi selama PSBB. Imbauan menjadi prioritas utama dalam sosialisasi kepada masyarakat.

"Aturan sanksi bagi kami opsi yang terakhir kita lakukan. Bahwa [selama] PSBB kita harapkan yang utama kesadaran masyarakat," ujarnya.

Jumat (10/4) ini merupakan hari pertama PSBB berlaku di Jakarta untuk menekan penyebaran penularan virus corona (Covid-19). PSBB akan berlaku dua minggu ke depan dan diharapkan masyarakat tidak keluar rumah.

Kendaraan pribadi juga dilarang keluar kecuali untuk membeli kebutuhan pokok dan kepentingan kesehatan. (*)



 Photo Ilustrasi

MPA - Semenjak pandemi COVID-19 merebak, beberapa negara di dunia menerapkan karantina wilayah untuk mengurangi risiko penularan. Kebijakan ini memaksa warga untuk tetap tinggal di rumah dan menghindari berkumpul dengan banyak orang. Sekolah-sekolah, tempat hiburan juga ditutup, beberapa perusahaan menerapkan Bekerja Dari Rumah (BDR), begitu juga dengan transportasi umum, jumlah dan waktu operasionalnya dibatasi.

Banyak yang mengatakan, kalau langkah ini akan membuat kondisi Bumi menjadi lebih baik dan sehat. Pencemaran udara di Tiongkok dan Italia dilaporkan berkurang, bahkan menurut laporan terbaru, emisi karbon dunia mengalami penurunan terbesar sejak Perang Dunia II.

Bolehkah kita tenang dengan hasil ini? 

Dalam diskusi daring bertajuk "Pro Kontra COVID-19 Sebagai Obat Bumi" yang diselenggarakan #SayaPilihBumipada Sabtu (4/4/2020) lalu, Dwi Sasetyaningtyas, founder Sustaination mengatakan bahwa meski kondisi Bumi membaik, tapi ini bukan hal yang benar.

"Ada yang salah dengan situasi saat ini karena tingkat polusi dan emisi global yang menurun, bukan karena kebijakan tertentu, tapi karena industri berhenti beroperasi akibat wabah COVID-19," ungkapnya.

Tak dapat dipungkiri, Tyas sebagai pegiat lingkungan, awalnya melihat sisi positif dari pandemi COVID-19. Namun, setelah melihat dampaknya secara luas, hal ini justru membuatnya khawatir.

"Banyak manusia kehilangan nyawa dan ekonomi kita pun terpengaruh. Kita pasti ingin lingkungan lebih baik, tapi juga ingin beraktivitas dengan normal. Butuh supporting policy untuk mengatasi masalah iklim, bukan karena wabah yang mengorbankan nyawa manusia dan disertai dengan krisis ekonomi," paparnya.

Tyas menambahkan, situasi yang terjadi saat ini mungkin bisa dijadikan pelajaran. Bahwasanya, jika kita mampu menjaga Bumi dan tidak serakah, maka alam pun akan memberikan hasil yang baik, seperti udara segar misalnya.

Kondisi Bumi yang sedang memulihkan dirinya sendiri ini, menurut Tyas, bisa menjadi waktu yang tepat bagi kita untuk melakukan restart button.

"Kita bisa mulai menerapkan gaya hidup ramah lingkungan. Saat ini, ketika banyak melakukan aktivitas di rumah, maka bisa dimanfaatkan untuk belajar memilah sampah sendiri di rumah dan membuat kompos. Mungkin saja, setelah pandemi berakhir, muncul kesadaran pada setiap individu untuk lebih menjaga alam," paparnya.

Meski begitu, tak dapat dipungkiri, ada ketakutan mengenai kondisi Bumi yang akan kembali seperti sebelum wabah terjadi. Pasalnya, kegiatan produksi bisa jadi meningkat berkali-kali lipat untuk mengejar ketertinggalan.
.
Oleh sebab itu, Tyas berharap, perubahan gaya hidup ini tidak hanya melibatkan individu saja, tapi juga kepedulian dari pemerintah dan industri. "Aku ingin proses produksi yang berjalan, selaras dengan alam sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG). Jangan lagi kembali ke aktivitas-aktivitas yang menyebabkan kerusakan dan polusi," paparnya.

Pada akhirnya, Tyas mengajak semua orang untuk bersama-sama merefleksi diri di situasi seperti ini dan memikirkan apa yang bisa kita lakukan untuk membantu sesama dan menjaga kelestarian alam setelah wabah ini berakhir. (*)

Sumber : Nationalgeographic.co.id


MPA, JAKARTA – Netizen dibikin heboh dengan adanya pesan berantai melalui WhatsApp terkait kabar tiga hari akan ada angin utara menuju selatan yang membawa wabah (penyakit) hendak melewati Indonesia menuju Australia.

Menanggapi kabar tersebut, Plt. Deputi Bidang Meteorologi, BMKG, Drs. Herizal, M.Si. dalam rilis resmi yang dimuat situs bmkg.go.id, menjelaskan bahwa informasi itu bukan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofsika (BMKG).

“Yang menyatakan akan ada angin utara menuju selatan membawa wabah penyakit, hal tersebut dapat dipastikan bukan berasal dari BMKG. Isi informasi tersebut hoax serta tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” tulisnya, pada (9/4)

Secara tegas BMKG mengatakan bahwa saat ini sebagian besar wilayah Indonesia sedang berada pada peralihan musim hujan menuju musim kemarau. Sehingga sirkulasi angin tidak lagi di dominasi angin dari utara (dari Benua Asia). Bahkan di beberapa wilayah di bagian selatan Indonesia kini sudah mulai berhembus angin dari timur – selatan (dari Benua Australia).

“Bagi masyarakat yang hendak memperoleh informasi terkini, BMKG membuka layanan informasi, yaitu melalui:

– http://www.bmkg.go.id; – follow @infobmkg; atau dapat langsung menghubungi kantor BMKG terdekat,” tutupnya. (Gusni)

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.