-->

Latest Post


MPA, PADANG -- Video Wali Kota Padang Mahyeldi Ansharullah yang dimaki oleh emak-emak pedagang kaki lima disertai dengan kata tidak pantas viral di group-group whats'app, Facebook dan Twitter. Pasalnya PKL tersebut tidak rela ditegur karena berjualan di atas trotoar pelataran Pantai Padang
Kamis (6/8/2020). 

Video berdurasi 20 menit 38 detik itu menjadi perhatian publik, tampak dalam video singkat itu Wali Kota Padang Mahyeldi ditemani ajudan dengan mengenakan sepeda dengan berpakaian olahraga warna hitam serta memakai helm sepeda mendatangi sekelompok emak-emak PKL. 

Kemudian Mahyeldi menyapa dan menegur agar penjual tersebut tidak menjajakan dagangannya di atas trotoar karena melanggar aturan.Tidak terima di tegur sipenjual bukannya mengangkat dagangan,  justru melakukan perlawanan dengan melontarkan kata kasar, dan tak pantas untuk didengar. 

Seorang Netizen, Hendri P. mengatakan "Saya melihatnya dari segi positif saja. Betapa Seorang Buya Mahyeldi begitu sabar dan santun menghadapi masyarakat yang sedang emosional," tulisnya.

"Melihat seorang ibu tua yang berucap kata tidak pantas diucapkan, dengan cara menghardik dan disebar oleh lawan politik Buya Mahyeldi. Padahal oknum pedagang tersebut sudah jelas-jelas melanggar aturan yang ada," tuturnya.

"Sekali lagi saya apresiasi Wali Kota Padang Buya Mahyeldi yang begitu sabar menghadapi masyarakat," tulisnya.

Dia menambahkan saya tidak bisa membayangkan kalau saya pada posisi Buya waktu itu, mungkin barang-barang Pedagang tersebut sudah saya lempar ke laut. "Tapi Buya memang beda, dia mengedepankan rasa bukan kekuasaan. Buya tetap sabar menghadapai Warganya yang bermacam ragam tingkah laku," tutupnya. (Anda)

Dalam mengarungi rumah tangga, terkadang kita mengalami ketidak puasan terhadap perilaku pasangan hingga menyebabkan hilangnya keharmonisan.

Pasangan suami istri, pasti mendambakan rumah tangga yang harmonis. Sakinah, mawadahdan dan warahmah. Namun dalam mengarunginya  terkadang banyak ujian dan cobaan. Apa yang kita harapkan terkadang tidak selamanya berjalan mulus, ini mesti dilalui. 

Ajaran Islam telah menetapkan syariat yang mengandung berbagai macam mutiara hikmah, pengarahan serta solusi bagi berbagai bentuk persoalan dalam pernikahan dan rumah tangga. Sehingga nantinya pasangan suami dan isteri bisa menjalani hidup bahagia bersama, tenang, tenteram dan damai dengan merealisasikan ajaran Islam.

Untuk hikmah hidup dalam berumah tangga, bisa diambil dari kisahnya shahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, yakni Umar bin Khattab. Umar merupakan sosok mukmin yang memiliki karakter tegas, pemberani dan keras dalam membela kebenaran. Meskipun begitu hatinya penuh kelembutan ketika bermuamalah dengan istrinya. Menonjol jiwa kepemimpinannya tetapi tetap tawadhu’ dan penuh sabar dalam berinteraksi dengan pasangan hidupnya.

Kehidupan rumah tangga sang 'Amirul Mukiminin" ini penuh pesona dan bisa dijadikan teladan ketika timbul bibit-bibit persoalan dalam rumah tangga. Sifatnya yang arif serta bijaksana, beliau sosok tipikal suami yang bertanggung jawab. Sungguh beruntung wanita yang memiliki suami ideal sebagaimana sosok menakjubkan seorang Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu ini.

Diriwayatkan bahwa seorang pria datang ke rumah Umar bin Khattab hendak mengadukan keburukan akhlak istrinya. Maka ia berdiri di depan pintu menunggu Umar keluar. Lalu ia mendengar istri Umar bersuara keras pada suaminya dan membantahnya. Sedangkan Umar diam tidak membalas ucapan istrinya. Pria itu lalu berbalik hendak pergi sambil berkata, “Jika begini keadaan Umar dengan sikap keras dan tegasnya, dan ia seorang Amirul Mukminin, maka bagaimana keadaanku?”.

Umar keluar dan melihat orang itu berbalik (pergi) dari pintunya. Maka Umar memanggilnya dan berkata, ”Apa keperluanmu wahai pria?”. Ia menjawab “Wahai Amirul Mukminin semula aku datang hendak mengadukan kejelekan akhlak istriku dan sikapnya yang membantahku. Lalu aku mendengar istrimu berbuat demikian, maka akupun kembali sambil berkata, ”Jika demikian keadaan Amirul Mukminin bersama istrinya maka bagaimana dengan keadaanku?”.

Umar berkata, ”Wahai saudaraku, sesungguhnya aku bersabar atas sikapnya itu karena hak-haknya padaku. Dia yang memasakkan makananku, yang membuat rotiku, yang mencucikan pakaianku, yang menyusui anak-anakku dan hatiku tenang dengannya dari perkara yang haram karena itu aku bersabar atas sikapnya”.

Pria itu berkata, ”Wahai Amirul Mukminin demikian pula istriku”. Berkata Umar, ”Bersabarlah atas sikapnya wahai saudaraku...”

Kisah Umar ini dikutip dari kitab Al-Kabair oleh Adz-Dzahabi, cetakan Darun Nadwah Al Jadidah. Dari kisah shahabat Rasulullah ini, ada faedah penting yang bisa kita ambil pelajarannya dan bisa dijadikan acuan untuk keharmonisan rumah tangga. Seperti diungkapkan Syaikh Musthofa Al-‘Adawi, dalam kitab yang diterjemahkan 'Romantika Pergaulan Suami Istri", sebagai berikut. 

1. Suami hendaklah mampu menahan diri.

Sikap diamnya Umar bukan berarti ia tak membela diri, justru sebaliknya. Inilah sikap mulia seorang suami sekaligus sebagai pemimpin rumah tangga ia telah memberikan teladan dalam kebaikan akhlak. Bukan pula ia membiarkan kesalahan istri, tapi saat situasi memanas, sama sekali tak kondusif untuk menasehati istri.

Terlebih lagi ketika ia segera membalas kemarahan istri, maka yang terjadi adalah perang mulut dimana ledakan emosi-emosi negatif akan menjadikan keduanya terjebak dalam pertengkaran, masing-masing mengemukakan alasan. Sosok suami shalih harus mampu mengendalikan diri, menjaga keadaan agar tetap stabil sehingga tak membuka kesempatan sekecil apapun bagi setan untuk masuk dan mengacaukan suasana. Nabi shallallaahu alaihi wa sallam bersabda,


أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا

“Orang Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Dan orang yang paling baik akhlaknya diantara kalian adalah yang paling baik pergaulannya terhadap istri” (HR. Imam Ahmad)

2. Senantiasa mengingat kebaikan pasangan 

Ketika suami melihat kekurangan atau keburukan istri, hendaklah ia segera mengingat-ingat kelebihan dan kebaikan istrinya. Ini kiat praktis agar suami tidak fokus pada kekurangan yang menyebabkan terjerumus pada penyesalan dan menumbuhkan kebencian. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ

“Tidak sepantasnya seorang suami benci pada istrinya. Karena kalaupun ia membenci sebagian akhlak istrinya, di sisi lain ia akan menyukai akhlak-akhlaknya yang lain” (HR. Muslim).

3.Kesabaran akan berbuah manis

Salah satu kunci lestarinya pernikahan adalah sabar dalam berinteraksi dengan pasangan ketika ada perkara-perkara yang membuatnya kurang berkenan. Ketika sebuah sikap atau perbuatan masih bisa ditoleransi sebatas tidak bertentangan dengan syariat maka berlapang dadalah dan terimalah keadaan dengan berbaik sangka. Jadilah orang yang mudah beradaptasi dan lembut demi keharmonisan pernikahan.

Ingat pesan bijak Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam,

إِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ, لَنْ تَسْتَقِيْمَ لَكَ عَلَى طَرِيْقَةٍ, فَإِنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اِسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَفِيْهَا عِوَجٌ

“Wanita itu seperti tulang rusuk yang bengkok. Bila engkau luruskan maka patah dan apabila engkau bernikmat-nikmat dengannyapun dapat engkau lakukan. Tetapi padanya terdapat kebengkokan” (HR. Bukhari, dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu).

Meskipun demikian seorang suami harus terus menerus membina istri, bagaimana menjadi figur wanita shalihah dan seorang istri hendaknya berjuang agar mampu menunaikan hak-hak suami sebatas kemampuan yang dia miliki. Ketika keduanya mampu menjalani petunjuk-Nya insyaallah biduk rumah tangga akan bahagia. 

Wallahu A'lam

Sumber : sindonews.com

(Gusni) 

Oleh :  Erza Surya Werita, S.Pd  (Guru MTsN 2 Solok)

Pendidikan adalah kebijakan publik terbaik dalama rangka meningkatkan skill dan kemampuan bagi anak didik. Proses belajar dan mengajar di sekolah merupakan tempat anak mengembangkan rasa sosialisasi dan rasa kepercayaan diri, serta mengasah kemampuan untuk memupuk nilai kepedulian akan berbagai masalah kehidupan yang ada di sekitar mereka. 

Karena itu, ketiadaan proses ini secara langsung dan menggantikannya dengan proses belajar dari rumah menggunakan media gawai secara online. Tentunya akan berpengaruh terhadap keberhasilan anak didik dan tentu saja pendidikan secara keseluruhan akan menghambat proses peningkatan kemampuan anak. 

Di negara-negara yang berteknologi maju sebagaimana Jepang, Korea dan bahkan Australia. Mayoritas mereka merancang khusus teknologi pembelajaran online dan tidak hanya melalui HP semata, kuota datanya pun dilengkapi tanpa batas penggunaan. 

Misalnya di pusat kota Adelaide, Australia selatan. Jaringan wifi tersedia bagi siapa saja secara free dan hebatnya lagi tanpa password. Sehingga menjadikan peserta didik dapat berinteraksi secara baik dengan pengajar mereka. Jadi dari pengalaman penulis  dan referensi dari berbagai media yang dibaca, belum ada suatu negara pun yang menerapkan belajar di rumah secara masif melalui aplikasi whatsApp. 

Di Indonesia, proses belajar secara daring yang sepertinya tidak dirancang secara baik, akan sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil belajar, dan bukan tidak mungkin apabila hal ini dibiarkan berlama-lama tanpa ada perubahan dari pola belajar yang ada. Tentunya akan membuat kualitas pendidikan di Indonesia semakin ketinggalan dibandingkan negara-negara maju lainnya. 

Oleh karena itu, sepertinya banyak permasalahan yang belum diurai atau tidak diperhatikan oleh pemerintah dalam mengambil langkah-langkah konkrit pembelajaran. 

Sebagai efek domino belajar dari rumah, yaitu munculnya kesenjangan pendidikan orang tua yang diwajibkan mampu mendampingi anak-anak mereka belajar dari rumah. Tentunya tidaklah semua orang tua memiliki pengetahuan yang memadai. Masalah lainnya yaitu orang tua yang bekerja di luar rumah, bahkan guru sendiri harus meninggalkan anak mereka di rumah tanpa dampingan dalam belajar. 

Akibatnya banyak anak anak yang menggunakan gawai dengan bebas tanpa pengawasan orang tua. Sedangkan kemungkinan moral anak bisa menjadi labil akibat mengakses konten yang tidak seharusnya mereka lihat, akan terbuka lebar. Selain itu, kemungkinan kesehatan mata menjadi menurun akibat terlalu lama berinteraksi dengan layar gawai.

Disisi lain, kualitas Sumber Daya Manusia bisa menjadi menurun dan para orang tua bisa keikutan stress. Sementara untuk para guru juga akan berdampak ikut stress akibat memikirkan anaknya yang belajar tanpa dampingan, dikarenakan mereka diharuskan hadir di sekolah. Disamping itu, mereka juga diwajibkan tetap mengajar online dari sekolah.

Dalam situasi seperti ini, seharusnya para pengambil kebijakan tidak musti hanya menunggu wabah ini berlalu dengan melakukan bongkar-pasang kebijakan tanpa solusi yang jelas. 

Kalau alasannya untuk menghindari kerumunan masa, mestinya bukan sekolah yang ditutup, tapi tempat-tempat wisata dan tempat umum lainnya. Sebab aktifitas mereka yang berada di sana akan sangat sulit untuk ditracing bila terjadi kasus positif covid-19. Oleh karena itu, kalau solusi lockdown pendidikan secara global ini tidak cepat ditanggulangi, maka bisa jadi akan menyebabkan permasalahan pendidikan menjadi semakin rumit yang berkepanjangan.**

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.