-->

Latest Post


PADANG - MEDIAPORTALANDA - Perumda Air minum Kota Padang kembali merampungkan bedah rumah masyarakat yang ada di sekitar sumber air, Senin (10/5).  Satu unit rumah di Guo, kelurahan Kuranji selesai di bedah dan diresmikan oleh walikota Padang, Hendri Septa bersama jajaran Direksi Perumda Air Minum Kota Padang.


Ikut hadir pada acara tersebut jajaran Direksi Perumda, Ketua Dewan Pengawas,  Ir. Asnel, Tokoh Masyarakat Kuranji, Irwan Basir, Camat Kuranji, Lurah Kuranji dan Stakeholder lainnya.


Walikota Padang Hendri Septa sangat mengapresiasi program bedah rumah yang telah dilakukan Perumda Air  Minum Kota Padang selama ini. Karena program itu tentunya sangat ditunggu-tunggu masyarakat. Berbagai program sosial yang telah dilakukan oleh Perumda AM Kota Padang ini diharapkan bisa mengurangi jumlah masyarakat miskin Kota Padang yang berjumlah kurang lebih 50 ribu jiwa lagi.


"Kita sangat mengapresiasi apa yang telah dilakukan Perumda Air Minum Kota Padang selama ini. Semoga ini menjadi berkah dan menular pada perusahaan perusahaan lainnya,"


Direktur utama Perumda Air Minum Kota Padang, Hendra Pebrizal mengatakan bedah rumah di Guo itu adalah yang kedua kalinya dilakukan Perumda pada tahun ini. Sebelumnya bedah rumah juga dilakukan di kawasan intake di Lubuk Kilangan.

Dananya  berasal dari zakat semua pegawai Perumda AM Kota Padang. Zakat yang terkumpul, sebagian disalurkan melalui Baznas, dan sebagian lagi disalurkan melalui melalui program-program sosial Perumda AM Kota Padang seperti bedah rumah ini.


Disela acara, Walikota didampingi jajaran direksi Perumda Am Kota Padang, menyempatkan meninjau langsung intake dan sumber air yang berada dilokasi bedah rumah ini. Selamat kepada Bapak Fandy dan keluarga, semoga rumah ini selalu  dilimpahi keberkahan dan menjadi pelindung bagi semua anggota keluarga. (**)


JAKARTA - MEDIAPORTALANDA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Bareskrim Polri bersinergi melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) terhadap Bupati Nganjuk Novi Rahman Hidayat dalam kasus suap jual beli jabatan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Nganjuk. 


Kepala Divisi Humas Polri Irjen Argo Yuwono mengungkapkan penangkapan Bupati Nganjuk ini merupakan wujud sinergitas pertama kalinya KPK dan Polri dalam mengungkap perkara korupsi yang melibatkan kepala daerah. 

"Ini pertama kali dalam sejarah KPK dan Bareskrim Polri bersinergi mengungkap kasus dugaan suap kepala daerah," kata Argo dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Selasa (11/5/2021).


Argo menjelaskan, lembaga antirasuah dan Korps Bhayangkara bersinergi mulai dari pelaporan, penyelidikan, pengumpulan data, sampai OTT bersama-sama.


"Sinergitas antar lembaga penegak hukum ini akan terus dilakukan dan dipertahankan agar jauh lebih baik lagi," ungkap jenderal bintang dua itu. 



Diketahui, Bupati Nganjuk Novi Rahman Hidayat ditetapkan sebagai tersangka setelah ditangkap dalam operasi tangkap tangan KPK bersama

Bareskrim Polri di Ngajuk, Jawa Timur, Senin (10/5/2021). Turut disita sejumlah uang. 


Selain bupati, enam orang lainnya juga ditetapkan tersangka. Mereka adalah Camat Pace Dupriono (DR), Camat Tanjungnaom Plt. Camat Sukomoro Edie Srijato (ES), Camat Berbek Haryanto (HY), Camat Loceret Bambang Subagio (BS), mantan Camat Sukomoro Tri Basuki Widodo (TBW), dan Ajudan Bupati Ngajuk M. Izza Muhtadin.


(bhps)


JAKARTA - MEDIAPORTALANDA - Setelah beberapa minggu berada di kota Termez, di selatan Uzbekistan yang berbatasan dengan Afganistan, Teguh Santosa akhirnya memutuskan angkat kaki kembali ke ibukota Tashkent dan pulang ke Indonesia.

Hampir 20 tahun lalu, Teguh yang ketika itu baru bekerja sebagai wartawan ditugaskan meliput konflik di Afganistan. Tidak seperti beberapa wartawan Indonesia yang berusaha masuk Afganistan dari Pakistan di selatan, Teguh memilih jalan berbeda. Ia bermaksud menggunakan Uzbekistan sebagai pintu masuk ke Afganistan. Setelah mendarat di ibukota Tashkent ia melajutkan perjalanan ke kota Termez yang berada di tepi Sungai Amu Darya. Sungai ini memisahkan Uzbekistan dan Afganistan. 


Di kota kelahiran Imam Tarmizi itu Teguh dan beberapa wartawan asing menunggu kesempatan menyeberangi Jembatan Persahabatan di atas Amu Darya. 


CEO RMOL Network itu menceritakan sedikit kisah perjalanannya ke Uzbekistan dalam diskusi RMOL World View bertema “Mengenal Tradisi Ramadhan di Uzbekistan” yang digelar secara online pada hari Senin (11/5). 


Diskusi yang dipandu Redaktur Kantor Berita Politik RMOL, Amelia Fitriani, itu menghadirkan Second Secretary Kedubes Uzbekistan di Jakarta, Muzaffar Abduazimov.


“Saya berkunjung ke Uzbekistan, hampir 20 tahun lalu, setelah peristiwa 9/11 di New York dan sebelum perang di Afganistan,” ujarnya.


Selain untuk meliput perang di Afganistan, perjalanan ke Uzbekistan juga dimanfaatkan Teguh untuk mempelajari negara-negara Asia Tengah, terutama Uzbekistan, setelah berpisah dengan Uni Soviet sepuluh tahun sebelumnya.


“Itu pengalaman yang sangat luar biasa. Musim gugur yang indah, udara cukup dingin. Saya menikmati kuliner Uzbekistan, seperti plov, saslik, dan juga ayam yang yummy,” ujarnya.


Selama berada di Uzbekistan, setiap hari Teguh mengirimkan reportase baik mengenai perang yang sedang berkecamuk di Afganistan, maupun mengenai situasi di Uzbekistan dan negara-negara lain di kawasan. Reportase itu telah diterbitkan sebagai sebuah buku berjudul “Di Tepi Amu Darya” pada tahun 2018, dan dicetak ulang tahun 2020 lalu. 


Namun, pemerintah Uzbekistan tak kunjung membuka Jembatan Persahabatan. Teguh bertahan sampai logistiknya mendekati titik nol.


“Saya dapat memahaminya (pemerintah Uzbekistan tetap menutup Jembatan Persahabatan), karena Uzbekistan berusaha mencegah arus pengungsi dan juga kemungkinan Taliban (membonceng pengungsi) memasuki Uzbekistan,” ujarnya lagi.


Bagi Teguh yang kini memimpin Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI), perjalanan ke Uzbekistan adalah pengalaman yang luar biasa dan akan tetap dikenangnya. 


“Itu adalah perjalanan pertama saya ke luar negeri sebagai wartawan. Saat itu saya baru berusia 25 tahun, masih muda. Sangat sehat. Juga tidak mengkhawatirkan risiko apapun,” sambungnya. 


Teguh yang sedang menyelesaikan studi doktoral di Jurusan Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran (Unpad) berharap suatu hari ini dirinya dapat kembali ke Uzbekistan.


“Saya berharap satu saat nanti, entah kapan, saya bisa kembali ke Termez untuk menyelesaikan mimpi saya, melanjutkan perjalanan ke Afganistan. Menyeberangi Amu Darya menuju Hairaton lalu Mazar I Syarif, dan selanjutnya ke Kabul,” demikian Teguh Santosa. []

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.