-->

Latest Post


MPA,(Agam) - Kabupaten Agam telah berhasil melaksanakan Pemilihan Wali Nagari (Pilwana) Badunsanak dengan sistem E-voting yang merupakan peristiwa bersejarah yang sangat penting di nagari.

Kesuksesan Pilwana dengan sistem E-voting membuktikan bahwa, Kabupaten Agam lebih maju selangkah dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Sumatera Barat.

Wali Nagari terpilih yang baru saja dilantik semua telah terjauh dari fitnah, sakwasangka, pertengkaran serta hal-hal yang tidak diinginkan.

Keberhasilan Kabupaten Agam melaksanakan Pilwana dengan sistem E-voting pertama di Sumatera Barat tentunya tidak terlepas dari kesiapan dan kemauan untuk melaksanakan. Dengan E-voting masyarakat Kabupaten Agam terhindar dari perpecahan.

Kepada Wali Nagari terpilih saya pesankan agar menyiapkan mental dan fisik, jalan masih panjang, tugas masih banyak, energi perlu diperkuat dan iman perlu diperteguh,"demikian disampaikan Bupati Agam, Indra Catri Dt. Malako Nan Putiah dalam sambutannya, Jumat (25/8) di GOR Rang Agam Lubuk Basung saat melantik secara serentak 28 Wali Nagari se-Kabupaten Agam hasil Pilwana Badunsanak dengan sistem E-Voting yang digelar belum lama ini.

"Kepada Wali Nagari diingatkan agar dapat mengelola pemerintahan secara akuntabilitas. Jangan ada lagi hanya dalam waktu, mungkin satu minggu atau satu bulan sudah ada pelaksana tugas (Plt. Wali Nagari) disebabkan adanya hal yang menyalahi kurang tepat dalam mengemban amanah. Tapi yang diinginkan, bahwa Wali Nagari mampu mengemban amanah selama enam tahun ke depan. Lakukan pengawasan melekat,"tambah Bupati.

Prosesi pelantikan Wali Nagari serentak juga dihadiri Wakil Bupati Agam, Trinda Farhan Satria Dt. Tumangguang Putiah, pejabat pada jajaran Forkopinda Kabupaten Agam, Camat, Ketua dan Wakil TP-PKK Agam, Wali Nagari, Bamus, KAN, panitia pemilihan, tim sukses, keluarga dan pendukung dari masing-masing Wali Nagari serta undangan lainnya.

 JAKARTA -- Ketua DPP Partai Golkar Nurul Arifin mengakui dirinya terus bersosialisasi dan mempersiapkan diri untuk maju pada Pemilihan Wali Kota Bandung 2018. Nurul pun mensyukuri beberapa hasil survei, dimana elektabilitasnya menempati urutan ketiga pada bursa pencalonan wali kota Bandung 2018.

"Sampai hari ini saya masih bersosialisasi dan mempersiapkan diri. Dan hasil survei dari lembaga survei nasional peringkat saya lumayan ada di 3 besar," kata Nurul pada acara Workshop Nasional Kesatuan Perempuan Partai Golkar (KPPG) di Hotel Sultan, Senayan, Jakarta, Jumat (25/8).

Nurul kemudian mengungkapkan, saat ini dirinya tengah mencari partai yang bersedia berkoalisi dan sosok yang mau dipasangkan dengannya sebagai wakil wali kota Bandung. Sebab, Nurul hanya ingin maju sebagai calon walikota Bandung dan tidak sebagai wakil.

"Kita tinggal menentukan dengan siapa kita akan berkoalisi, kemudian menentukan dengan siapa wakilnya. Karena saya tidak maju untuk wakil, tapi maju untuk menjadi wali kota," ucap Nurul.

Nurul menambahkan, saat ini partai yang sudah dipastikan akan berkoalisi dengan Golkar pada Pilwalkot Bandung 2018 adalah Hanura. Kedua partai tersebut memiliki 12 kursi di DPRD Kota Bandung, sehingga telah memenuhi persyaratan untuk mengusung pasangan calon.

"Sementara ini yang sudah pasti (berkoalisi) dengan Hanura. Jadi Golkar di Kota Bandung memiliki 6 kursi, Hanura 6 kursi, jadi kami 12 kursi. Sudah cukup untuk syarat maju di pemilihan wali kota," kata Nurul.







Sumber Republika


MPA,(BUKITTINGGI) -  Jam Gadang adalah nama untuk menara jam yang terletak di pusat kota BukittinggiSumatera BaratIndonesia. Menara jam ini memiliki jam dengan ukuran besar di empat sisinya sehingga dinamakan Jam Gadang, sebutan bahasa Minangkabau yang berarti "jam besar".

Selain sebagai pusat penanda kota Bukittinggi, Jam Gadang juga telah dijadikan sebagai objek wisata dengan diperluasnya taman di sekitar menara jam ini. Taman tersebut menjadi ruang interaksi masyarakat baik di hari kerja maupun di hari libur. Acara-acara yang sifatnya umum biasanya diselenggarakan di sekitar taman dekat menara jam ini.

Jam Gadang memiliki denah dasar seluas 13 x 4 meter. Bagian dalam menara jam setinggi 26 meter ini terdiri dari beberapa tingkat, dengan tingkat teratas merupakan tempat penyimpanan bandul. Bandul tersebut sempat patah hingga harus diganti akibat gempapada tahun 2007.

Terdapat 4 jam dengan diameter masing-masing 80 cm pada Jam Gadang. Jam tersebut didatangkan langsung dari Rotterdam,Belanda melalui pelabuhan Teluk Bayur dan digerakkan secara mekanik oleh mesin yang hanya dibuat 2 unit di dunia, yaitu Jam Gadang itu sendiri dan Big Ben di LondonInggris. Mesin jam dan permukaan jam terletak pada satu tingkat di bawah tingkat paling atas. Pada bagian lonceng tertera pabrik pembuat jam yaitu Vortmann Relinghausen. Vortman adalah nama belakang pembuat jam, Benhard Vortmann, sedangkan Recklinghausen adalah nama kota di Jerman yang merupakan tempat diproduksinya mesin jam pada tahun 1892.

Jam Gadang dibangun tanpa menggunakan besi peyangga dan adukan semen. Campurannya hanya kapurputih telur, dan pasir putih.

Jam Gadang selesai dibangun pada tahun 1926 sebagai hadiah dari Ratu Belanda kepada Rook Maker, sekretaris atau controleurFort de Kock (sekarang Kota Bukittinggi) pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Arsitektur menara jam ini dirancang oleh Yazid Rajo Mangkuto, sedangkan peletakan batu pertama dilakukan oleh putra pertama Rook Maker yang pada saat itu masih berusia 6 tahun.

Pembangunan Jam Gadang menghabiskan biaya sekitar 3.000 Gulden, biaya yang tergolong fantastis untuk ukuran waktu itu. Sehingga sejak dibangun dan sejak diresmikannya, menara jam ini telah menjadi pusat perhatian setiap orang. Hal itu pula yang mengakibatkan Jam Gadang kemudian dijadikan sebagai penanda atau markah tanah dan juga titik nol Kota Bukittinggi.


Sejak didirikan, menara jam ini telah mengalami tiga kali perubahan pada bentuk atapnya. Awal didirikan pada masa pemerintahan Hindia Belanda, atap pada Jam Gadang berbentuk bulat dengan patung ayam jantan menghadap ke arah timur di atasnya. Kemudian pada masa pendudukan Jepang diubah menjadi bentuk pagoda. Terakhir setelah Indonesia merdeka, atap pada Jam Gadang diubah menjadi bentuk gonjong atau atap pada rumah adat MinangkabauRumah Gadang.

Renovasi terakhir yang dilakukan pada Jam Gadang adalah pada tahun 2010 oleh Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) dengan dukungan pemerintah kota Bukittinggi dan Kedutaan Besar Belanda di Jakarta. Renovasi tersebut diresmikan tepat pada ulang tahun kota Bukittinggi yang ke-262 pada tanggal 22 Desember 2010.(*)

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.