Baca Juga
Syaikh Prof. Dr. Ibrahim bin Amir ar-Ruhailiy. Foto/Ilustrasi
Ist
ILMUWAN Muslim asal Saudi Arabia,
Syaikh Prof. Dr. Ibrahim bin Amir ar-Ruhailiy, mengingatkan hendaknya dalam
menangani wabah corona menggunakan metode syar’i. Dia meyakini metode syar'i
lebih mumpuni dibandingkan cara-cara duniawi.
"Metode-metode syar’i ini
dapat dipastikan memiliki pengaruh besar dan manjur dalam mewujudkan
keselamatan dari wabah corona dan yang semisalnya. Karena metode tersebut
merujuk kepada wahyu yang tak mungkin dapat dimasuki oleh hal batil sama
sekali," tutur Ibrahim dalam tulisan yang diterjemahkan Muhammad Sulhan
Jauhari berjudul "Pedoman Syar’i Pelindung Diri Dari Wabah Corona".
Tulisan ini dalam versi PDF telah beredar di kalangan terbatas di Jakarta,
sejak beberapa hari lalu.
Profesor di Fakultas Dakwah dan
Ushuluddin Universitas Islam Madinah untuk bidang aqidah di Universitas Islam
Madinah sejak 14 Rabiul Awal 1428 H ini, mengajak umat Islam untuk merenungi
sejenak hakikat wabah ini dalam tinjauan syar’i, yang kemudian baru dikaji
sebab-sebab dan pencegahannya.
Lantas, apakah sebenarnya hakikat
wabah itu? Apa pula sebab kemunculannya dalam tinjauan syariat?
Menurut Ibrahim, siapa yang
menelaah dalil-dalil yang ada seputar permasalahan ini sungguh ia akan yakin
betul bahwa wabah tersebut telah ditakdirkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala
(SWT) adanya banyak hikmah; karena sebab kufur-nya hamba, kerusakan yang
diperbuat di muka bumi. Sebagai hukuman Allah untuk manusia, dan sebagai
peringatan bagi mereka supaya mereka rujuk dan kembali kepada Allah SWT.
Allah Ta’ala berfiman:
ظَهَرَ
الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ
بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ
بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ
يَرْجِعُونَ
"Telah tampak kerusakan di
darat dan di laut karena sebab perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar
mereka merasakan sebagian (akibat) dari perbuatan mereka, agar mereka kembali
(ke jalan yang benar).” (QS. ar-Rum: 41)
Allah Ta’ala juga berfirman:
وَمَا
أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا
كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan
musibah apa pun yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan tangan
kalian sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari dosa-dosa kalian).” (QS.
asy-Syuro: 30)
Sebagaimana Allah Ta’ala telah
mengabarkan wabah-wabah semisal yang telah menimpa umat-umat terdahulu. Allah
SWT berfirman:
وَيَسْتَعْجِلُونَكَ
بِالسَّيِّئَةِ قَبْلَ الْحَسَنَةِ وَقَدْ
خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِمُ الْمَثُلَاتُ
"Mereka meminta kepadamu
supaya disegerakan (datangnya) siksa, sebelum (mereka meminta) kebaikan,
padahal telah terjadi bermacam-macam contoh siksa sebelum mereka" (QS.
ar-Ra'du: 6)
Menurut ath-Thobari, al-matsulaat
artinya berbagai hukuman yang telah menimpa umat-umat terdahulu. Di antara umat
dahulu ada yang rupa mereka diubah menjadi kera dan yang lain diubah menjadi babi.
Di antara mereka ada yang dibinasakan dengan gempa bumi. Yang lainnya lagi
dengan dibenamkannya bumi.
Berbagai siksaan tersebut
diistilahkan dengan al-matsulaat (mirip dan serupa), sebab antara hukuman yang
ada dan hukuman yang akan ditimpakan lagi terdapat kemiripan dan keserupaan.
Di antara bentuk siksaan serupa
dan mirip dengan wabah ini yang Allah telah timpakan kepada umat-umat terdahulu
ialah, seperti hukuman Allah bagi bala tentara Fir’aun berupa belalang, kutu
dan katak.
وَقَالُوا۟
مَهْمَا تَأْتِنَا بِهِۦ مِنْ ءَايَةٍ
لِّتَسْحَرَنَا بِهَا فَمَا نَحْنُ
لَكَ بِمُؤْمِنِينَ
فَأَرْسَلْنَا
عَلَيْهِمُ ٱلطُّوفَانَ وَٱلْجَرَادَ وَٱلْقُمَّلَ وَٱلضَّفَادِعَ وَٱلدَّمَ ءَايَٰتٍ مُّفَصَّلَٰتٍ فَٱسْتَكْبَرُوا۟ وَكَانُوا۟ قَوْمًا مُّجْرِمِينَ
“Dan
mereka berkata (kepada Musa), “Bukti apa pun yang engkau bawa kepada kami untuk
menyihir kami, maka kami tidak akan beriman kepadamu.” Maka Kami kirimkan
kepada mereka topan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti-bukti yang
jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang
berdosa.” (QS. al-A’raf: 132-133)
Di antara bentuk hukuman
terdahulu yang mirip dengan wabah sekarang ini adalah tho’un. Bahkan sebagian
ulama menganggap wabah-wabah yang mematikan masuk ke dalam kategori tho’un.
Tho’un adalah wabah lama yang sudah makruf, berpotensi mematikan, yang Allah
kirimkan kepada Bani Israil. Di dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Muslim, dari
hadits Usamah bin Zaid radhiya Allahu ‘anhuma ia berkata: Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam (SAW) bersabda, “Tho’un adalah siksaan atau azab
yang dikirim kepada Bani Israil, atau kepada umat sebelum kalian. Maka apabila
kalian mendengar keberadaannya di suatu negeri janganlah kalian memasukinya.
Dan apabila ia terdapat di suatu negeri sementara kalian berada di dalamnya,
maka janganlah kalian keluar untuk melarikan diri darinya.” -- Riwayat
al-Bukhari (3473) dan Muslim (5825).
Dalam riwayat Muslim disebutkan:
“Sesungguhnya rasa sakit atau penyakit tersebut merupakan siksaan yang ditimpakan
kepada sebagian umat sebelum kalian. Terkadang ia pergi, terkadang ia datang
kembali. Siapa yang mendengarnya menimpa suatu negeri, maka janganlah
sekali-kali ia mendatanginya. Dan apabila terdapat di suatu negeri sementara ia
berada di sana, janganlah sekali-kali ia keluar untuk melarikan diri darinya.”
--Riwayat Muslim (5830).
Dari hadits ini, menurut Ibrahim,
jelaslah bahwa wabah merupakan hukuman yang ditakdirkan Allah, agar penduduk
bumi kembali mengingat Allah. Dan agar mereka meninggalkan kekafiran,
kezaliman, berbuat kerusakan dan tindakan melampaui batas yang telah merata di
atas muka bumi akhir-akhir ini, seperti mendustakan Allah dan para Rasul-Nya,
menjadikan agama sebagai bahan olok-olok, pembunuhan dan pengusiran kaum
muslimin, serta tindakan perang terhadap nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam.
(*)
Dilansir dari SindoNews