Baca Juga
Oleh : Nov Investigasi
Jeritan hati mak-mak, Lockdown, PSBB sudah dijalani. Berkurung sembari merenung
sudah dilakukan. Menjalani perintah agar tetap berdiam diri, sudah lama
terisolasi dirumah untuk waktu yang lumayan membikin jenuh. Sekarang, semua
sekarat menunggu data dan rapat. Sampai kapankah, derita ini akan berakhir.
Jawaban tak pasti, penantian tak berujung, hanya itu yang
terjadi. Jeritan di medsos, rintihan dilapangan mengalun pilu. Caci maki, carut
marut, mengisi hari hari jelang bantuan datang. Hanya karena data dan rapat
yang panjang, masyarakat jadi korban dari ketidak pastian.
Stok menipis, beras habis yang akan dimakan sudah terkikis.
Haruskah jeritan dan tangis menyertai saat kritis. Entah, mungkin nasib badan
diri, diterpa derita tak bertepi. Hanya menyesali diri, karena corona yang
semakin hari semakin menjadi seakan tiada henti.
Tuan tuan yang diatas, tegakah tuan melihat warga sendiri
menderita akibat lamanya turun bantuan. Tak ada niat untuk mengemis, apalagi
meratapi keadaan. Tapi, masyarakat sudah taat aturan, kenapa tuan tuan lamban
menurunkan bantuan.
Berharap bantuan ditengah derita memang tak semanis janji
tuan. Daripada menunggu ketidakpastian, biar kami bekerja, meski diintai virus
corona. Daripada menanti, biarkanlah kami mengais reseki untuk memenuhi semua
kebutuhan perut anak-anak kami. (*)