-->

Latest Post

 By: Zainal Abidin. HS

Pemberitaan yang timbul dan tampil di Media cetak maupun elektronik berdasarkan nara sumber, apakah itu opini public, issu pulik, Korupsi,  Politik, Hukum dll yang intinya menanggapi suatu persoalan bangsa, apakah issu public itu datang dari orang perorang, LSM atau lembaga- lembaga resmi lainnya tentang Issu

Pokok permasalahan atau kejadian peristiwa yang menyangkut Perdata, Pidana umum dan tindak pidana korupsi yang merugikan keuangan Negara, yang hangat dibicarakan merupakan menu utama bagi media cetak, online dan elektronik untuk dipublikasikan Selagi fakta dan data itu benar, siapapun tidak bisa mengatakan bahwa berita itu mengada- ada, rekayasa, pemerasan Hoax dan lain- lain seperti yang dituduhkan kepada Media cetak dan Online, dan ini perlu dipertanyakan siapa sebenarnya mereka itu

Tuduhan tuduhan yang tidak jelas ini, dapat dikatakan akibat  timbulnya rasa ketakutan, karena borok- borok kejahatan mereka terungkap, dalam  menghadapi segala sesuatu kebijaksanaan yang dipercayakan kepada mereka, yang dianggap tidak berjalan sebagaimana mestinya dan diduga kuat telah  melanggar peraturan, Undang- undang dan hukum yang sudah membudaya.

Suatu pemberitaan, sebelum ditayangkan sudah mengikuti kode etik wartawan, yang sebelumnya dipikirkan terlebih dahulu, agar tidak bertentangan dan sesuai dengan kaidah- kaidah secara mum, sehingga pemberitaan tersebut mendapat pandangan yang positif, bermanfaat dan bermutu bagi semua pihak.

Kekuatan opini public atau pemberitaan suatu kasus jangan dicurigai sebagai sesuatu yang membahayakan, bagi pemerintah, ini merupakan suatu masukkan yang sangat berharga, dalam mencapai tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. dan perlu memperhatikan lingkungannya, yang berhubungan dengan suatu permasalahan yang  merugikan masyarakat banyak atas lingkungannya,apalagi kalau masalah itu mengandung hal yang controversial, yang bisa mendatangkan perbedaan-perbedaan pendapat. Ini tergantung dengan cara pandang & pendekatan para pakar itu sendiri terutama pakar dibidang PERS

Sekali lagi,…pemeritah tidak mengeluarkan biaya, untuk mendapatkan masukan-masukan dari masyarakat melalui pemberitaan. Yang menjadi pertanyaan, apakah pihak- pihak yang berkompeten mau meneliti dan mempelajari suatu pemberitaan itu, dan menyusun program untuk  perbaikan atau cara-cara penanggulangannya sesegera mungkin.

Bukan sebaliknya para oknum tertentu masih ikut- ikutan untuk menuding kalau pemberitaan itu Hoax, bohong, mengada ada, mencemarkan nama baik. Dan bahasa apalagi yang digunakan oleh manusia- manusia pecandu korupasi yang merugikan keuangan Negara, ikut menuding Media Cetak atau Online dalam pemberitaannya.

Sedangkan pemberitaan yang dikemas dengan bahasa yang indah dalam bentuk pariwara, apakah itu bahasa yang mengandung kebenaran atau kebohongan, mereka akan tersenyum dan mengatakann itu baru berita bagus. ***

C:\Users\AXIOO\Pictures\KUMPULAN FOTO\bilboard politron\FB_IMG_1472319453703.jpg
By : Zainal Abidin.HS

“Masyarakat  membutuhkan sosok pemimpin yang teladan, bukan pemimpin rakus dan pembohong. Pernyataan ini jelas bukan pernyataan basa-basi tanpa arti”.

MPA,PADANG - Di tengah era euforia politik dan demokrasi yang kita hadapi sekarang, masyarakat  berharap akan menghasilkan pemimpin yang tangguh, bijak, merakyat, berintegritas tinggi, bisa menjadi suri teladan masyarakat. Jangan sampai terpilih sosok pemimpin bobrok yang praktiknya  seperti  jauh panggang dari api. 

Demokrasi pemilihan pemimpin kepala daerah selama ini, sepertinya menjadi ajang menonjolkan politik kemasan dan ke berpura-puraan, yang intinya hanya untuk menyuburkan para petinggi yang hobi cari perhatian (caper) dengan berbagai cara melalui pesan- pesan moral yang tertulis dalam baliho- balihonya yang menyebar diseluruh pelosok, baik ditingkat Kabupaten dan Kota

Pesan moral ini juga tak terlepas dari peran media cetak, elektronika dan online, yang penting bisa heboh dengan harapan mendapatkan perhatian masyarakat. Apakah itu pesan moral penuh kebohongan atau tidak. Yang penting niatnya bisa tercapai.
Calon pemimpin kedepan menjelang pesta demokrasi, tentu tidak terlepas oleh peran  tim khusus (Timsus) yang dibentuk untuk membangun opini secara massif, kontiniu dan sistematis, baik langsung maupun tidak langsung untuk mengorbitkan idolanya dengan popularitas, tapi belum tentu idola yang dipopularitasnya itu berkenan dihati masyarakat
Timsus harus mampu menghadang tokoh- tokoh calon pemimpin lainnya,  yang dianggap lawan dari tokoh calon pemimpin idolanya, dengan melakukan penggalangan opini atau propaganda yang tak kalah masifnya dan paling ngetrent, mereka melakukan propaganda- propaganda rekayasa melalui dunia maya. ini sangat luar biasa dahsyatnya, dan propaganda busuk itu, benar- benar dilakukan kepada lawan- lawan politiknya 

Pasalnya, timsus dibidang sosial media ini didukung oleh pernyataan-pernyataan para opinian maker yang sudah disiapkan sebelumnya agar tampak natural, sehingga kesan publik mudah percaya dengan framing yang mereka bangun. Ini membuktikan rekayasa opini di media sosial memang dahsyat dan efektif untuk dimainkan oleh mereka-mereka yang mengincar posisi-posisi strategis di pemerintahan, parlemen, ataupun aneka jabatan publik lainnya.


Inilah fakta yang dihadapi masyarakat kita sekarang. Mereka sulit mengidentifikasi mana pemimpin yang benar dan amanah atau mana pemimpin palsu hasil branding media sosial. Ruang publik sudah penuh sesak oleh perang opini, saling ungkap borok masa lalu, perang ancaman, psy war, serta saling hujat menghujat dan saling kecam mengecam demi kekuasaan. 

Para elite Politik kita telah mempertontonkan perilakunya  yang melelahkan, dan tidak pantas menjadi contoh kearah yang baik bagi masyarakatnya. Memang tidak semua pejabat negara terbawa arus yang lagi tren ini. Namun, para pejabat yang baik dan kompeten di bidangnya sering kali kalah di medan pertempuran sengit yang sudah dikuasai para kelompok yang mampu menguasai dunia maya dan ruang publik itu. 

Jika sudah begini, dalam perdebatan mengenai isu-isu politik, hukum, ekonomi, sosial, agama dan budaya, masyarakat awam sangatlah  sulit untuk membedakan mana yang benar dan yang salah. Dan dimungkinkan yang salah bisa dianggap benar dan sebaliknya yang benar itu dianggap salah. 

Apakah demokrasi harus dilalui dengan tahapan yang membingungkan seperti ini?.. kita tidak tahu persis. Yang jelas, saat ini masyarakat makin sulit mencari pemimpin yang bisa menjadi panutan dan teladan. Mayoritas rakyat memilih pemimpin karena budaya ikut-ikutan. Ibarat akuarium, orang akan sulit membedakan antara ikan, mana arwana dan lele, karena airnya sudah dikeruhkan dan penuh kotoran lumpur. 

Sudah sedemikian parahkah kondisi kita sekarang ini?. Mari kita merenung sejenak sebelum menjawab pertanyaan ini. Bagi mereka yang pesimistis, pasti setuju dan menyatakan situasi negeri ini sudah sedemikian parah. Air akuarium yang sudah sangat keruh itu harus segera dikuras dan diganti dengan air bersih yang jernih, sehingga dari jauh kelihatan mana yang ikan arwana yang indah itu dan mana ikan lele yang berbisa itu. 

Sementara bagi yang optimistis, mereka merasa yakin dan menebak bahwa yang dia pegang adalah ikan arwana meski sebenarnya samar- samar di air keruh. Jangan-jangan mereka tidak sadar sebenarnya yang dia timang-timang selama ini hanyalah seekor ikal lele yang yang bertaji tajam, berbisa dan pandai berdandan seperti arwana. Bangsa Indonesia membutuhkan pemimpin yang mampu menjadi teladan,mulai dari  kata, janji dan tindakannya. 

Biasanya pemimpin yang orisinal dan bijak seperti ini akan mudah ditemukan, meskipun dia sedang dikelilingi para pemimpin pura-pura di dalam air yang keruh. Perlu kita camkan secara cermat, untuk memilih pemimpin jangan sampai terlena oleh slogan- slogan yang menghembuskan bisikan atau kata- kata “Pesan Moral Tapi Tak Bermoral”  ***

MPA,PADANG - Tabuh gendang dan pelepasan balon untuk Launching Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota padang 2018, serta Peresmian Rumah Pintar Pemilu Komisi Pemilihan Umum (KPU),resmi dibuka oleh   Wahyu Setiawan Komisioner KPU pusat, Jumat (29/09/2017).

Acara
Launching Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota padang 2018,di KPU juga dihadiri oleh Wakil Walikota padang Emzalmi dan juga pengurus KPU daerah serta elemen masyarakat lainnya.

Dalam pembukaan tersebut Wahyu Setiawan Komisioner KPU pusat mengatakan "diharapkan dengan adanya rumah pintar pemilu ini, bisa mencerdaskan para pemilih dalam memilih pemimpinnya. Dan acara tersebut resmi di buka." katanya dalam pidatonya.

Tambahnya, rumah pintar  ini dapat diakses sebagai informasi dan sosialisasi tentang calon-calon, sehingga masyarakat mengetahui peran dan kinerja KPU." Tuturnya.

Ketua KPU Padang H.Muhammad Sawati mangatakan," saya berharap acara pemilihan nanti sukses hendaknya, karena melihat kinerja personilnya begitu semangat bekerja siang dan malam. Dan harapannya masyarakat juga ikut andil untuk mendukung serta melancar jalannya demokrasi dinegeri kita ini."ungkapnya.
Usai acara nyaris pingsan
Walaupun hanya di suguhi makan ringan berupa beberapa kue serta satu gelas air mineral yang di kemas dalam kotak, tapi acara Launching yang di gelar KPU kota padang cukup meriah.

Kemeriahan acara tersebut terbukti, terlihat sosok maskot kotak suara KPU bergoyang-goyang untuk membuat  suasana agar tampak lebih bertambah ceria lagi, namun setelah acara usai, Mardion sipembawa maskot, terkulai lemas.

Melihat maskot terkulai lemas,maka awak media mendatanginya untuk mempertanyakan kondisi kesehatannya.Ia mengatakan”bahwa saya dari tadi belum makan, dan setelah acara usai saya baru diberi makan." ungkapnya saat ditemui, dengan wajah pucat manahan lapar yang nyaris pingsan itu.(Ar/Z.Hs)

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.