-->

Latest Post

Oleh : Hawilawati
(Member Revowriter Tangerang)

Sungguh luar biasa pribadinya, dibalik kelembutan hati kepada  anak-anak kandungnya, beliaupun mencurahkan cinta kepada tiga anaknya yaitu anak tiri, anak angkat dan anak pamannya.

Tiga anak yang sudah seperti anak sendiri. Beliau memberikan tempat yang lapang bagi seluruh anak-anaknya  baik tempat di rumah maupun didalam hatinya.

Beliau mencurahkan kasih sayang kepada anak angkatnya, hingga mengumumkan ke halayak ramai bahwa anak angkatnya akan mewarisi beliau dan beliaupun akan mewarisinya, hingga beliau menyematkan  nama dibelakang anak angkat. 

Sampai akhirnya sang pemilik jiwa menyeru "Panggilah mereka (anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka, itulah yang adil di sisi Allah (QS.Al-Ahzab : 5).

Saat itulah penyematan beliau digantikan dengan ayah kandung anak angkatnya.Namun anak angkat ini tetap menjadi pribadi yang diutamakan oleh beliau, sangat dekat dan disayangi layaknya anak kandung. Ya ialah  Zaid bin Haritsah, Maula Rosulullah SAW yang dianggap seperti anak kandung sendiri.

Begitupun  anak pamannya yaitu Ali Bin Abi Tholib, diasuh sedari kecil hingga pribadinya yang sangat bersahaja, sederhana dan cerdas  membuat Rosulullah terpincut, hubungan keduanya semakin rekat tatkala anak pamannya ini telah menjadi status menantu Rosulullah SAW, dimana Ali bin Abi Tholib menjadi istri Fatimah Az-Zahra putri Rosulullah SAW yang sangat disayangi.

Zaid bin Haritsah dan Ali bin Abi Tholib tak hanya sekedar mendapatkan pengasuhan dari Rosulullah SAW tetapi mendapatkan pembinaan Addin yang kuat, hingga kedua orang ini sangat berkontribusi besar terhadap perjuangan dakwah Rosulullah dan merekapun termasuk Assabiqunal Awwalun (orang-orang yang pertama kali masuk Islam).

Kasih sayang Rosulullah SAW juga tercurah kepada anak-anak tiri beliau dari para istri beliau :

1.Hindun binti Abu Halah At-timimi, sang bunda Hindun yaitu Khodijah binti Khuwailid. Kasih sayang luar biasa kepada anak tirinya ini, banyak sifat-sifat Rosul yang diriwayatkan dari Hindun lalu diriwayatkan oleh Al-Hasan bin Ali bin Abu Tholib.

2.Salamah binti Abu Salamah dan saudara-saudaranya : Umar, Zainab, dan Durrah. Ibu mereka adalah Ummu Salamah, Ummul Mukminin.

3.Habibah binti Ubaidillah, ibunya adalah Ummu Habibah binti Abu Sufyan, Ummul Mukminin.

Seperti itulah kasih sayang Rosulullah SAW kepada anak angkat, anak pamannya dan anak tirinya.Tak ada perbedaan curahan kasih sayang Rosulullah SAW kepada  mereka.

Apa yang dilakukan Rosulullah SAW adalah teladan bagi kaum ayah, seandainya engkau memiliki anak dari istrimu, anak angkatmu, anak dari saudara/imu (keponakan), maka sayangilah mereka sebagaimana engkau menyayangi anak kandungmu sendiri.

Sebagaimana Rosulullah SAW yatim, diasuh dan dididik oleh kakeknya. Kakeknya tiada, beliau diasuh oleh pamannya. Ini artinya seorang anak  senantiasa harus mendapat perhatian besar dan fiqur dari  sosok  laki-laki tangguh nan berwibawa layaknya ayahnya sendiri.

Secara fitrah setiap Ayah memiliki potensi ghorizatun nau ( naluri melangsungkan keturunan, salah satunya menampakkan naluri  ke-ayah-an yang ingin mencurahkan kasih sayang kepada anak-anaknya). 

Disinilah islam sangat  adil dan bijak, memposisikan ayah dan wali ditempat yang sangat  istimewa dengan memiliki wewenang untuk  menjaga kesucian, kehormatan, harta dan jiwa anak-anaknya dengan penjagaan ketat dari segala pintu kemungkaran. Tatkala amanah itu diperankan sesuai dengan syariat Allah dengan penuh keikhlasan  maka kebaikan dan pahala luar biasa kan diraihnya. 

Tatkala ayah kandung tiada, maka anak  wajib mendapatkan nafkah dari walinya (paman, kakek, dan seterusnya dari kaum laki-laki  jalur ayah), iapun akan mendapatkan waris dari ayahnya.

Tatkala seorang ayah memiliki  anak angkat, maka kebutuhan anak angkatnya harus diperhatikan. Ia tak dapat waris namun bisa mendapat hadiah atau wasiat dari ayah angkatnya.

Tatkala ayah memiliki anak tiri, maka hendaklah membantu kebutuhan anak-anak istrinya  dengan cara yang ma'ruf. Anak tiri tak mendapat waris namun bisa mendapatkan hadiah atau wasiat dari ayah tirinya.

Bagitu ma'ruf perlakuan sosok ayah yang faham akan kedudukannya terhadap anak-anaknya.
Kelak jika seorang ayah menyayangi mereka, maka merekapun akan jauh lebih menyayangi ayahnya, walau engkau menjadi ayah yang bukan ayah kandungnya.

Adapun peran ayah yang harus dilakukan agar diri, anak dan keturunannya  terselamatkan  adalah :

1. Menjaga keluarga dari api neraka

Seorang ayah, yang merupakan kepala rumah tangga, harus menjaga diri dan keluarganya dari segala perkara yang akan menghantarkan menuju neraka.
Sebagaimana Allah SWT berfirman  :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
(at-Tahrîm/66:6)

Penjagaan anak terhadap agamanya sangatlah penting. Tak hanya sekedar menjadi ayah biologis, tapi menjadi ayah yang kuat menanamkan ilmu agama, agar kelak tumbuh menjadi qurrota'ayyun, pribadi yang kuat yang dicintai Allah SWT.

"Orang mukmin yang kuat lebih dicintai Allah dari mukmin yang lemah”. Demikian Hadits Nabi Saw.

Jika anak-anak diabaikan urusan  agamanya, maka pertama kali yang akan  ditarik kedalam api neraka yang menyala-nyala adalah seorang ayah.

2. Memberi nafkah

Kewajiban ayah adalah menafkahi keluarganya, ia tidak boleh menelantarkannya hingga tak terpenuhi kebutuhan primer istri dan anak-anaknya.

"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allâh telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. (An-Nisâ/4:34)

Agar terpenuhi kebutuhan ekonominya, seorang ayahpun senantiasa mendidik anak laki-lakinya diusia baligh dengan  pemahaman hidup mandiri, bahwa dirinya sudah wajib memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, dan status ayah memberi nafkah bernilai sedekah. 

Sementara bagi anak perempuan, terus ia perhatikan nafkahnya, hingga ada seorang laki-laki yang siap mengkhitbahnya hingga  tanggung jawab nafkah beralih kepada suaminya.

3. Menjadi wali bagi anak-anaknya

Seorang ayah menjadi wali utama bagi anak perempuannya, ia akan senantiasa menjaga anak-anak dari berbagai kemungkaran dan fitnah. Iapun akan memberikan pendidikan agama yang mumpuni hingga keturunannya faqih fiddin,  bahkan ia akan senantiasa menjadi role model terbaik dan terdekat hingga anak-anaknya nyaman bersamanya.

4. Menjaga keiffahan anak-anaknya

Ayah adalah wali bagi anak perempuannya, ia memiliki tanggung jawab penuh terhadap nafkah, pendidikan dan kesucian diri anak perempuannya sampai ada seorang laki-laki mampu dan siap meminangnya. 

Peran ayah sangat berpengaruh terhadap kondisi anak perempuannya.Tatkala anak perempuan  tak menemukan figur ayah yang baik , bisa jadi ia melampiaskan kegundahan pada kawan prianya dan ini bisa membuka pintu fitnah. Naudzubillah min dzalik

Ini semua akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah. Sehingga dosa besar jika anak-anak perempuannya disakiti, dirusak dan dihancurkan masa depannya. 

Demikianlah sosok ayah yang begitu istimewa menjalankan amanah yang diberikan Allah, hingga diri dan keluarganya terselamatkan. Mewariskan anak-anak tak cukup dengan materi dunia tetapi yang utama adalah dengan Aqidah Islam yang kuat, ilmu agama yang mumpuni, ilmu pengetahuan yang baik dan akhlak mulia,  hingga dirinya sebagai ayah  tak meninggalkan keturunan yang lemah. 

Barokallahufiik untuk para ayah semoga menjadi  qowam yang membawa keselamatan dunia dan akhirat bagi generasinya.
Aamiin ya Robbal'aalamiin

By: Kamila Khairani
Sastrawan dan Member Akademi Kreatif

Meski hadirnya didamba
Fajar tak pernah abadi
Akan datang membersamai
Dan meninggalkan di waktunya

Hingga mentari menyapa
Mengetuk memberi salam
Menitipkan perih di hidup ini
Ada kalanya kegersangan melanda

Sampai pada oase pengharapan
Agar segalanya kian bermakna
Meretas segala mimpi dan harap
Di bawah bayang-bayang angan

Terbakar, terluka dan merana
Mencampakkan keakuan diri
Sampai ikhlas hadir bertahta
Bertemankan kesabaran yang setia

Tak mampu lagi torehkan tinta
Tak lagi sanggup berucap kata
Biarlah hati yang berikhtiyar
Tuk ikhlaskan segala perih

Hingga terlihat di balik awan
Langit jingga di ufuk senja
Pergantian itu pasti adanya
Membenahi segala kekurangan

Berlahan mimpi mewujud nyata
Meredam lara yang membahana
Mengeringkan segala nestapa
Menutupi tirai keangkuhan

Dan lihatlah ke atas sana
Langit malam menawan indah
Beriaskan gemintang gemerlapan
Menerangi seisi cakrawala

Menyinari kesunyian hati
Merasuki menjalari keceriaan
Menghadirkan rekahan senyuman
Untuk abadi selamanya

Hidup dalam curahan kasih Illahi
Untuk menghamba seutuhnya
Menyelami lautan mahabbah
Berbalut taqwa meredam nista

Bogor, 07 November 2019
Kala hati kembali merindu


  
MPA, KAB SOLOK – Birokrat Muda Hendra Saputra SH, M.Si atau yang biasa disapa Buya Hend, adalah sosok muda kebanggaan rang Kab. Solok.  Kali ini, Buya Hend menghadiri Maulid Nabi Muhammad SAW di Pondok Pesantren Islam Internasional Terpadu Asy-Syifaa Wal Mahmuudiyyah Kab. Sumedang, Jawa Barat.  Kehadirannya sekaligus dalam rangka memenuhi undangan Ponpes.

Di peringatan maulid itu, Hendra Saputra berharap besar pada ribuan jamaah yang hadir supaya senantiasa menanamkan sifat sabar dalam setiap aspek kehidupan. Sebab sifat sabar merupakan salah satu akhlak paling mulia diajarkan Rasulullah kepada ummatnya.

12 Rabiull Awal 1441 Hijriyah menjadi peringatan Maulid Nabi atau hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Arti makna dan hikmah maulid Nabi Muhammad SAW begitu penting untuk dikaji.


Hendra Saputra SH, M.Si (Birokrat Muda, Rang Paninggahan Kab, Solok)

Hendra juga berharap, perantau minang yang ada di Sumedang serta seluruh lapisan masyarakat, agar dapat mengevaluasi diri dan terus meneladani sifat-sifat mulia Nabi Muhammad SAW, dan tidak menjadikan maulid hanya seremonial semata. Tetapi harus dijadikan sarana introspeksi diri, papar Hendra.

Perlu untuk direnungkan, sebutnya, sudah sejauh manakah kita meneladani dan mengikuti sifat-sifat mulia serta ajaran Nabi Muhammad SAW. Diharapkan di hari maulid Nabi ini, semoga menjadi momentum untuk kita bercermin dan introspeksi diri agar terus berbenah menjadi hamba yang bertaqwa.

“Hendaknya, apa yang diucapkan oleh Nabi, sesuai dengan apa yang dilakukan. Dan itu patut untuk kita contoh dan teladani”, katanya lagi.

Yang mana, salah satu sifat Nabi Muhammad adalah “Amanah”, sifat ini merupakan modal buat kita hidup bersosial dalam bermasyarakat.

Era sekarang, terangNya, pentingnya pemimpin amanah dalam memimpin sebuah negeri merupakan harapan besar ummat (rakyat).  Sebab dengan sifat amanahnya itu, tentulah akan mudah bagi seorang pemimpin untuk membangun sebuah negeri terutama mensejahterakan rakyatnya. Maka sifat amanah, harus kita teladani bersama.

“Semoga kampung kita Sumatera Barat khususnya Kab. Solok yang kita cintai, usai pilkada tahun depan diberikan oleh Allah SWT pemimpin yang amanah. Aamin Allahhuma Amin”, ucap Hendra Saputra dihadapan jemaah minang Ponpes Islam Internasional Terpadu Asy-Syifaa Wal Mahmuudiyyah Sumedang.

Sifat Nabi yang harus diteladani berikutnya adalah, selalu mengajak ummat kepada jalan kebenaran, ujar Buya Hend.

Tak kalah hebatnya lagi adalah “Cerdas”. Sifat Nabi ini sangat patut untuk diteladani juga.  Saya selaku bagian dari pemerintah daerah akan terus berupaya dan mendampingi masyarakat menjadi cerdas dan mengajak untuk selalu berbuat kebaikan dalam kecerdasan”, tuturnya menambahkn.

Perayaan maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang luas dalam masyarakat dan kehidupan umat Islam di berbagai belahan dunia. Termasuk di Indonesia, jauh sesudah Rasulullah Muhammad SAW wafat. (RED).

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.