-->

Latest Post


Dirut Perumda Air Minum Padang, Hendra Pebrizal , Photo Istimewa

MPA, PADANG - Perumda Air Minum (PDAM) Padang memberikan secara cuma cuma (gratis) tagihan air untuk 3.550 pelanggan.

Tagihan gratis itu akan diberlakukan selama tiga bulan, terhitung sejak bulan April, Mei dan Juni 2020.

Adapun katagori yang mendapatkan fasilitas tagihan air gratis yakni gologan Sosial A, Sosial B dan rumah tangga 2A serta rumah tangga 2B.

Dirut Perumda Air Minum Padang, Hendra Pebrizal menjelaskan, PDAM Padang memberikan gratis tagihan pembayaran air kepada 3.550 pelanggan selama 3 bulan, dengan total nilai sebesar Rp1 miliar.

Golongan Sosial A dan Sosial B itu terdiri dari rumah ibadah, panti asuhan, panti jompo, keran umum, yayasan yang tak berpenghasilan.

Sementara pelanggan golongan rumah tangga 2A dan 2B adalah pelanggan yang bangunan rumahnya non permanen dengan luas rumah 36 M2, pengecualian terhadap asrama TNI dan Polri.

Untuk mengetahuinya, pelanggan bisa melihat langsung dari surat tagihan masing-masing.

Dikatakannya, “Bisa lihat golongannnya di rekening tagihan masing-masing. Masyarakat tak perlu datang ke Perumda, kita akan lunasi langsung di rekening,”
Kebijakan penggratisan ini dikatakan untuk meringankan beban masyarakat yang terdampak covid 19 di kota Padang.

Saat ini Perumda Air Minum Padang juga mengisi tedmon tedmon yang ada di kota Padang untuk cuci tangan di tempat umum.

Selain itu Perumda juga memberikan bantuan sembako terhadap masyarakat yang terdampak covid. Terutama yang berada di dekat intake Perumda. Saat ini datanya sedang divalidkan.

Walikota Padang, Mahyeldi juga menyatakan hal demikian. Ia berharap masyarakat bisa makin terbantu dengan berbagai keringanan keringanan yang diberikan oleh pemerintah. Termasuk penggratisan air dari Perumda Air Minum Padang. (*)


JAKARTA - Pada hari kedua Diklat Jurnalistik Corona yang diselenggarakan oleh Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) Pusat, Minggu (12/4/2020), makin menarik. Sebelas orang peserta berasal dari berbagai wilayah Indonesia, yakni Pidie Jaya, Palembang, Kayuagung OKI, Jakarta, Bandung, dan Karawang, sangat antusias mengikuti diklat yang digelar sejak Sabtu, 11 April 2020 kemarin.

Dalam pelatihan hari ini yang digelar secara online melalui WhatsApp Classroom tersebut, panitia menghadirkan Ketua Umum PPWI, Wilson Lalengke, yang membawakan materi editing atau penyuntingan berita. Tokoh pers nasional itu tampil tunggal memberikan materi diklat yang dimulai sejak pukul 09.30 hingga 12.00 WIB.

Wilson mengatakan bahwa dalam sebuah karya jurnalistik, proses editing merupakan hal yang sangat penting. "Hasil jurnalistik yang baik tidak terlepas dari sebuah proses editing yang benar," ungkap Alumni PPRA-48 Lemhannas RI tahun 2012 itu.

Peserta yang mengikuti kegiatan ini diajarkan mengenai cara editing berita yang baik dan benar. Mereka juga diajarkan tentang penulisan kata sambung, penulisan titik, koma, titik koma, dan tanda baca lainnya dalam sebuah tulisan.

“Intinya adalah harus teliti, baik tanda baca, ejaan, pemilihan kata, maupun penulisan titik dan koma, juga harus tepat. Dengan demikian, pesan melalui berita yang kita sajikan untuk publik tersampaikan dengan baik,” kata Wilson dalam pemaparan materinya.

Tak hanya cara editing berita, peserta juga diajarkan cara penulisan gelar yang baik dan benar. "Tidak jarang kita temukan penulis yang keliru dalam penulisan gelar yang melekat pada seseorang," imbuh Wilson mengingatkan.

Selaku trainer yang mengisi materi di hari kedua ini, Wilson Lalengke berharap para peserta dapat memahami dan mengerti apa yang disampaikannya. Dengan memahami penjelasan yang diberikan, selanjutnya peserta dapat menerapkan dalam penulisan karya jurnalistiknya.

“Semoga materi yang diterima peserta dapat diaplikasikan dengan baik, sehingga makin berkualitas karya jurnalistiknya,” ujar Pimred media KOPI tersebut.

Menurut salah seorang peserta, Neneng JK dari Karawang, Jawa Barat, ia menyampaikan bahwa kegiatan diklat seperti ini sangat bagus dan positif bagi para penulis pemula.

"Saya rasa kegiatan diklat ini sangat penting bagi pemula. Selain menambah ilmu jurnalistik, juga dapat menambah wawasan tentang cara penulisan artikel dengan baik dan benar," ucap Neneng.

Penulis muda dari Karawang itu berharap agar kegiatan diklat tidak hanya sampai di sini. "Semoga akan ada diklat selanjutnya dengan materi yang berbeda, sehingga dapat meningkatkan mutu dan kualitas para peserta dalam menulis artikel atau berita," tambah Neneng berharap.

Acara Diklat Jurnalistik Corona yang dilaksanakan dalam rangka mengisi waktu luang selama pemberlakuan kebijakan nasional stay at home ini akan berlangsung hingga esok, Senin, 13 April 2020. Di hari terakhir besok, peserta akan belajar mengunggah artikel atau berita di media online PPWI, Koran Online Pewarta Indonesia (KOPI) dengan situs resmi www.pewarta-indonesia.com. (Team Peserta Diklat)


SOLOK - Wakil Walikota Solok, Reinier Dt Mangkuto Alam, “kesal dan marah” di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Muhammad Djamil, Kota Padang, hal itu terungkap dalam postingan akun facebook pribadinya, "Reinier Mulya".

Dalam postingan tersebut, Reinier menumpahkan rasa kekecewaannya terhadap pelayanan yang ada RS M Djamil Padang, khususnya perilaku salah satu dokter dalam memberikan informasi serta pelayanan. Saat itu, Reinier mengunjungi salah satu keluarganya yang sedang dirawat.
  

"Sebuah pengalaman pahit ketika terpaksa sedikit bertengkar dengan salah satu oknum dokter disebuah rumah sakit yang kurang tanggap dengan persoalan yang ada, kami saja Wakil Walikota sulit, apalagi rakyat kecil. Memang sudah ga rahasia umum lagi keluhan pelayanan yang tidak ramah, padahal psikologi mereka dalam keadaan tidak stabil, mereka butuh bantuan, mereka butuh perhatian, stres dll. Hal ini menurut hemat kami disebabkan oleh miskinnya jiwa. Dokter, perawat atau prediket sejenis tersebut merupakan jabatan profesi/ melalayani, harus punya jiwa melayani, welas asih, andai tidak punya, lebih baik tidak pilih job tersebut," tulisnya kecewa.

Saat dikonfirmasi kepada Reinier perihal kebenaran postingan di akun facebooknya itu, Reinier membenarkan apa yang menjadi kekecewaannya. Reinier juga menyatakan RS M Djamil memiliki pelayanan dan standar opersional prosedur (SOP), sehingga, tidak seharusnya seluruh warga yang sakit di RS M Djamil, dicurigai terdampak virus corona (Covid-19).

"Benar itu adalah akun facebook saya. Saya sendiri yang menulisnya. Kejadiannya di RS M Djamil Padang, Jumat (1/4/2020) pagi. Ketika itu, saya ada kunjungan kesana untuk membezuk ada yang meninggal. Dia masih warga Kota Padang, keluarga yang meninggal tidak ada terdampak Covid-19. Kalaupun ada dugaan itu, maka seharus bisa dijelaskan. Kalau memang itu kejadiannya, seharusnya pihak rumah sakit sudah mengantisipasi dari awal. Kan tidak mungkin, pasien-pasien itu dicampurkan dengan pasien yang lainnya. Dan dapat diberikan keterangan bahwa tiap orang yang meninggal disana tidak selalu akibat dari wabah Corona," terang Reinier. Seperti dilansir PATRONNEWS, Sabtu (11/4/2020).

Menurut Reinier, saat ini banyaknya informasi yang simpang siur di tengah-tengah masyarakat. Misalnya, setiap kejadian sakit, bahkan meninggalnya seseorang akbibat gejala mirip wabah virus korona, selalu menimbulkan keraguan. Seharusnya menyikapi hal tersebut harus dijawab dengan pemberian informasi yang jelas.

"Apalagi terkait kemalangan yang menimpa, hingga sampai meninggal dunia, harus jelas terpapar atau tidak terpapar Covid-19. Sehingga masyarakat jadi tenang, tanpa keragu-raguan dalam menerima informasi," ungkapnya.

Reinier menuturkan, kejadian kurang menyenangkan itu berawal ketika dirinya melakukan konfirmasi kepada salah satu dokter yang bertugas di RS M Djamil. Saat itu, Reinier ingin menanyakan status atau penyakit yang diderita pasien tersebut. Sebab, di tengah maraknya kasus Covid-19 di Kota Padang, Reinier tidak ingin masyarakat di sekitar tempat pasien tersebut resah. Namun, jawaban yang diterimanya dari sang dokter, tidak mengenakkan.

"Saya dokter disini! Katanya dengan nada yang tidak enak. Saya sangat miris mendengarnya. Jadi bayangkan saja, kami yang Wakil Walikota diperlakukan seperti itu. Apalagi kalau rakyat kecil. Jauh berbeda dari ekspektasi, dan harapan bahwa seharusnya dokter tidak berlaku seperti itu. Dokter adalah profesi, kalau tidak sanggup dengan jobdesk yang diterima, sebaiknya jangan masuk ke profesi tersebut. Bagi mereka yang telah memilih job itu, seharusnya siap berkorban sesuai dengan janji dan sumpah profesi yang mereka laksanakan. Karena itu pelayanan, dan negara sudah mengatur untuk hal itu," ujar Reinier.

Dengan kejadian tersebut, Reinier berharap kepada seluruh petugas medis yang ada, agar bisa kembali kepada khittahnya. Yakni menjadi pelayan masyarakat. Khususnya di Kota Solok, hal seperti itu tidak boleh terjadi. Terutama untuk fasilitas-fasilitas kesehatan di bawah naungan Pemko Solok.

"Pemko Solok, berani mengeluarkan kebijakan itu. Jika kita tidak bisa melakukan pembinaan, kita akan usulkan ke pemerintah pusat, atau ke pemangku kepentingan untuk melakukan pembinaan, bahkan melakukan pergantian di bidang tugasnya. Tentunya dengan dengan data-data yang lengkap dan jelas," tambahnya.

Bagi Reinier, pada kondisi saat ini, ketika ada yang meninggal, yang terpatri di otak masyarakat adalah akibat virus corona, padahal kadang masyarakat hanya meninggal biasa, tidak sebab wabah corona. Karena setiap yang meninggal itu belum tentu pasien positif Covid-19. Sehingga masyarakat jadi apatis dan tidak berani datang, apalagi melakukan pertologan kepada si korban.

"Ini adalah sebuah kondisi yang sangat memprihatinkan, bayangkan kalau kejadian tersebut menimpa keluarga kita masing-masing. Anak kita, adik, atau keluarga kita. Kalau jelas meninggal karena Covid-19, tidak ada masalah, itu jelas sudah ada protokoler penanganannya. Tetapi kalau keragu-raguan yang mengakibatkan tidak mau saling peduli dengan sesama. Itu sangat berbahaya. Karena menurut saya, separuh kesembuhan pasien, adalah berkat layanan petugas medis," ujarnya.

"Saya tidak bicara orang, tetapi perilaku oknum dokter. Karena kalau menyimak dari informasi yang berkembang, tidak tertutup hanya untuk kasus yang saya alami sendiri ini saja. Karena kejadian ini akan menimbulkan penilaian yang tidak baik bagi dokter-dokter yang lain," tukuknya. (*/Ar)

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.