MPA, PADANG - Tak dapat disangkal, kehadiran
Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) telah menyebabkan kematian di berbagai
negara, termasuk di Indonesia, bahkan di Sumatra Barat. Selain dampak
kesehatan, imbas dari penyakit yang pertama kali muncul di Wuhan, Provinsi Hubei,
Republik Rakyat China (RRC) pada akhir 2019 lalu itu, juga telah melumpuhkan
sendi perekonomian masyarakat.
Penularan virus yang begitu cepat menyebar dari manusia ke
manusia, membuat serangan Covid-19 ini tak ubahnya seperti perang gerilya.
Karena selain makhluk halus (mikro) yang tidak tampak oleh kasat mata, korban
yang berjatuhan juga tak mengenal status sosial.
Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pemerintah telah
mengambil kebijakan dan langkah menjaga jarak sosial (sosial distance) atau
membatasi interaksi sosial, tetap tinggal di rumah (stay home), kebijakan
belajar, bekerja, dan beribadah di rumah, dan sekarang tengah menyiapkan
karantina kewilayah (lockdown) atau membatasi perpindahan orang.
Masalahnya adalah bagaimana negara, dalam hal ini pemerintah,
menjamin ketersediaan pangan rumah tangga selama masa karantina wilayah,
terutama untuk rumah tangga miskin.
“Pencegahan dan pengobatan secara medis saja tidaklah cukup.
Tapi juga harus diikuti dengan kebijakan mendasar, yaitu bagaimana memperkuat
ketahanan pangan rumah tangga,” kata Komandan Korem 032/Wbr, Brigjen TNI Kunto
Arief Wibowo.
Saat ini kata Danrem, jumlah rumah tangga miskin berdasarkan
data BPS September 2019, mencapai 9,22 persen, yang tersebar di daerah
perkotaan 6,56% atau 9,86 juta jiwa. Sementara di daerah pedesaan jumlahnya
mencapai 12,60% atau sekitar 14,93 juta jiwa, yang mayoritas bekerja di sektor
pertanian.
“Jadi, apapun itu kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan
realokasi anggaran (APBN, APBD), secara prioritas haruslah memperkuat ketahanan
pangan rumah tangga miskin. Ini tak lain agar jutaan nyawa yang berada di garis
kemiskinan (Rp 440.538 per kapita per bulan), dapat memenuhi kebutuhan
pokoknya, yakni bahan makanan 73,75 persen dan non-pangan 26,25 persen,” pungkas
Brigjen Arief.
Ketahanan pangan suatu negara jelas Brigjen Arief, sangatlah
penting karena terkait dengan dimensi ideologi, politik, ekonomi,
sosial-budaya, dan pertahanan keamanan. Karena belajar dari pengalaman sejak
Orde Lama dan Orde Baru, ketahanan pangan merupakan persoalan yang sangat
krusial untuk pencegahan terjadinya krisis politik.
“Krisis politik terjadi didahului dengan krisis ekonomi dan
krisis ekonomi didahului dengan krisis pangan. Hal ini jangan lagi terulang di
Era Reformasi, karena biaya politik sangatlah mahal,” jelas Brigjen Arief.
Sesuai amanat UU Nomor 18 Tahun 2012 imbuhnya, ketahanan
pangan sedianya mencakupi sisi ketersedian (terutama produksi dalam negeri),
serta distribusi dan konsumsinya untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. “Itu
artinya, dari sisi penyediaan atau produksi dalam negeri, kita menyelamatkan
rumah tangga petani sebagai produsen pangan,” pungkasnya.
Menurut WHO ujar Danrem, dibutuhkan waktu 18 bulan untuk
menemukan vaksin corona yang efektif. Sekaitan itu, jelas pemerintah akan
sangat kesulitan untuk menghitung berapa ketersedian pangan pokok, dalam hal
ini produksi beras yang harus disediakan pemerintah. Karena memang, sampai kini
belum diketahui sampai kapan wabah corona akan berakhir.
“Waktu 18 bulan itu adalah masa empat kali panen. Berarti
kita mengawal masa tanam empat kali berturut-turut, agar produksi cukup untuk
memberi makan 267 juta penduduk Indonesia,” ujar Danrem.
Ketahanan Pangan Sumbar
Melalui Program BIOS 44 yang terus digalakkan Korem 032/Wbr
kata Danrem, pihaknya mengajak masyarakat Sumbar, khususnya para petani,
peternak dan petambak, untuk terus melakukan restrukturisasi kembali
lahan-lahan bekas tambang, sehingga menjadi layak tanam. Hal ini tak lain
bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan masyarakat, khususnya di seluruh
wilayah Provinsi Sumatra Barat.
“Kita juga ajak masyarakat untuk memanfaatkan dan
meningkatkan potensi lokal melalui pemberdayaan potensi SDA dan segenap potensi
SDM, terutama untuk ikut berperan dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat di
Sumbar,” ujar Danrem.
Situasi nasional yang saat ini berada di tengah bencana wabah
Covid-19, Korem 032/Wbr katanya, akan terus berperan penting melalui wujud
kepedulian dengan pemberian imunitas dan edukasi kepada masyarakat, termasuk
kepada internal Korem 032/Wbr sejajaran, untuk senantiasa mewaspadai dan
mengantisipasi penyebaran Covid-19.
“Kita akan selalu bersama-sama masyarakat dalam memerangi
penyebaran wabah Covid-19 ini. Maka dari itu, juga sangat diharapkan peran
serta dari masyarakat sendiri, agar selalu mematuhi imbauan-imbauan yang berkaitan
dengan langkah dan upaya mengurangi penyeberan virus corona ini. Seperti tidak
keluar rumah, rajin mencuci tangan, menghindari kerumunan, menjaga konsumsi dan
pola makan, serta selalu menjaga kebersihan lingkungan,” papar Brigjen Arief
usai membagi-bagikan hand sanitizer di Kurao Pagang Kecamatan Nanggalo, Padang
bewberapa waktu lalu.
Saat ini terang Danrem, juga tengah berlangsung program TMMD
yang dilaksanakan di dua daerah di Sumatra Barat, yakni di Kab. Sijunjung dan
Kab. Pasaman Barat. Melalui kegiatan ini imbuhnya, diharapkan akan mampu dalam
mengangkat ekonomi masyarakat desa yang selama ini terisolir, dengan kurangnya
sarana transportasi jalan.
“Dengan mengamati dampak Covid-19 yang ikut berimbas pada
meningkatnya gejolak sosial dan menurunnya perekonomian masyarakat, maka
melalui program berbagai Korem 032/Wbr, diharapkan dapat mengantisipasi kondisi
sosial ekonomi masyarakat dalam hal mendukung dan menjaga ketersediaan ketahan
pangan di wilayah Sumatera Barat,” harap Danrem.
Terakhir, sebagai bangsa yang mempunyai Pancasila sebagai
ideologi dan falsafah, serta way of life bangsa, Brigjen Arief mengajak
masyarakat Sumatra Barat dan anak bangsa di seluruh Tanah Air, untuk
bersama-sama menengadahkan tangan dan memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, agar ujian yang tengah melanda bangsa ini segera berakhir.
“Setelah berikhtiar dan berserah diri kepada-Nya, Insha Allah
akan segera terbit terang setelah gelap ini. Mari kita sama-sama berdoa, agar
badai corona segera berlalu. Kehidupan bisa kembali berjalan normal,” ajak
Danrem. **