-->

Latest Post

Photo Istimewa

MPA, PADANG -- Media online dan video livestreaming RITVone bersinergi dengan Forum Eksekutif Media (FEM) melaksanakan Pelatihan Da'i Berbasis Digital Angkatan ke-6 via zoom meeting dengan tema TANTANGAN dan PELUANG DAKWAH di Masa Covid-19, Minggu (17/05/20).

Kegiatan ini diikuti oleh peserta dari berbagai daerah di Sumatera Barat. Ada yang dari Kota Padang, Dharmasraya, Kota Pariaman, Kabupaten Agam dan lainnya.

Musa Rasyidin, seorang aktivis angkatan'98 yang pernah melanglang buana dengan berbagai pergerakan di era reformasi, memaparkan tiga pointer penting yang selayaknya dilakukan para da'i di era digital saat ini.

Pertama, seorang dai harus selalu memiliki obsesi baru tentang peluang dakwah secara digital dalam setiap situasi

Kedua, seorang da'i harus melihat pandemi Covid 19 bukan sebagai hambatan tapi sebuah peluang yang terbuka lebar tanpa batas atau unlimited opportunity yang bisa dilakukan lewat media digital.

Ketiga, ada dua alasan alasan kenapa da'i harus memaksimalkan dakwah di dunia maya. Satu, karena jangkauan media digital lebih luas bahkan bisa menembus batas negara dan benua. Dua, karena secara demografis audiens di dunia maya lebih didominasi kalangan menengah ke atas yang memiliki tingkat intelektualitas berkelas, sehingga dakwah jauh lebih efektif dan tercerahkan.

Pada sesi lanjut, Ketua FEM, Ecevit Demirel, mengungkapkan rasa senang sekaligus bangga berkesempatan mengikuti zoom meeting bersama para da'i atau mubaligh kondang se-Sumbar.

"Selaku manusia konvesional, ini menjadi moment istimewa bagi saya, bisa berbincang sekaligus berdiskusi dengan teman-teman da'i yang tentunya adalah sosok-sosok dipanuti oleh para jemaah di daerah masing-masing," ungkap pemilik sapaan "ede" yang juga owner media online wwe.sumatrazone.co.id tersebut.

Menurut pria yang mengawali karir jurnalistik di koran harian jawapos group ini eksistensi sebuah media akan semakin lengkap jika di dalamnya juga ada unsur dakwah. Terutama bagi media-media yang tumbuh dan berkembang di alam Minangkabau yang sohor dengan filosofi "adaik basansi syarak, syarak basandi kitabullah". Selain berbudaya, alam Minangkabau juga identik dengan para cendekiawan dan masyarakatnya yang relijius. Bahkan, masyarakat di luar sana kerap menjuluki Sumbar sebagai provinsi berjuta da'i.

Selaku praktisi kemediaan, pihaknya menyambut baik semangat para da'i menyemaraki ruang digital dengan postingan-postingan bermuatan syiar Islam serta tuntutan-tuntunan ke arah positif lainnya. Baik melalui pengoptimalan media online maupun lewat pemanfaatan media sosial seperti facebook (FB), twitter, instagram (IG), blogger maupun YouTube.

"Semakin marak postingan bersifat positif di medsos, maka akan semakin terisi rohani para netizen, termasuk kami para jurnalis atau awak media," ungkapnya.

Di penghujung pemaparannya, Ketua FEM menyatakan bahwa pihaknya, baik selaku owner media maupun selaku penggerak wadah kemediaan, membuka diri selebar-lebarnya bagi para da'i atau mubaligh yang ingin menyumbangkan materi dakwah untuk dipublish di www.sumatrazone.co.id atau media-media online lainnya seperti RITVone, MediaPortalAnda, Tanamonews, Bijaknews, Kupasonline, MataSumbar, baik berupa tausiyah singkat, ceramah ramadan, maupun pesan-pesan berisi syiar Islam.

Sementara itu, Eri Gusnedi, owner RITVone yang juga bertindak selaku host dalam zoom meeting kali ini menekankan pentingnya menyaring setiap informasi sebelum dishare ke banyak orang.

"Pada era dijital, informasi sangat mudah diperoleh, sehingga perlu disaring keabsahan atau kebenarannya, sebelum kemudian membagikan pula informasi tersebut ke orang lain," paparnya.

Kemudian, mubaligh yang sangat menyenangi kegiatan jurnalistik serta terbilang aktif melaksanakan kegiatan pengkaderan jurnalistik ini juga mengingatkan bahwa selaku netizen jangan hanya terpaku pada kebiasaan menikmati postingan orang lain. Lebih dari itu, buatlah postingan atau konten yang akan dinikmati oleh orang lain.

Hingga akhir, kegiatan diskusi berlangsung hangat, dimana peserta sangat antusias akan mengambil saham dakwah di dunia maya.

Zumfiadi, salah seorang peserta, merasa termotivasi untuk aktif berdakwah dengan memanfaatkan berbagai pasilitas yang tersedia di era digital.

"Alhamdulillah saya merasa termotivasi dengan kegiatan ini. Banyak pengetahuan yang bisa saya serap dan insya Allah saya siap untuk mengaplikasikanya," ungkap Zumfiadi. (rel)

Photo Istimewa 

MPA, PADANG - Sebagai wujud kepedulian terhadap kondisi menurunnya sosial ekonomi yang dialami masyarakat akibat pandemi Coronavirus (Covid-19). Hal itu dialami juga oleh sebagian besar pekerja pers/jurnalis, maka dari itu Pokdarkamtibmas Sumbar membagikan sembako di kantor Pokdarkamtibmas Sumbar di Jalan Kamang No. 22.

Jurnalis sebagai garda terdepan dalam memberikan informasi-informasi terkini perihal Covid-19, terus menyuguhkan berita-berita aktual dan berimbang. Meski kondisi sosial ekonomi sangat jauh dari harapan, para jurnalis masih setia menghadirkan info terupdate untuk masyarakat, bangsa dan negara.

Ketua Pokdar Kamtibmas Sumbar Triski menyampaikan bahwa, gelaran hari ini merupakan implementasi rasa simaptik dan kepedulian yang dialami teman-teman jurnalis atau wartawan.

Masih kata Triski, kehidupan dan cara kerja kita sangat berbeda pada tahun ini, kalo tahun-tahun sebelumnya wartawan berdesakan mencari informasi, tapi sekarang harus menjaga jarak aman (physical distancing) dikarenakan adanya wabah Covid-19.

“Insan media adalah garda terdepan dalam memberitakan dan mewartakan, mari kita bersama-sama menebar kebaikan di tengah Pandemi Covid-19, jaga kesehatan dan kebersihan, pakai masker dan rajin mencuci tangan dan tetap mengikuti himbauan dari Pemerintah,” ujar Triski.(Humas Pokdarkamtibmas Sumbar). (rilis)

Agung Suprio Ketua KPI

Webinar IJTI tentang Optimisme Jurnalis di Era Covid 19. Salah satu pembicara di webinar ini adalah Menkominfo yang diikuti oleh 400 an peserta dari seluruh Indonesia. Dan satunya lagi adalah saya.

Saya memulai dari dua hal: (1) Pernyataan WHO yang mengatakan bahwa virus Covid-19 tidak akan pernah hilang penduduk bumi harus hidup dengannya. (2) negara Vietnam yang sukses dalam menangani Covid-19 karena sampai tulisan ini dibuat belum ada satu pun warga Vietnam yang wafat oleh Covid-19.

Pernyataan WHO mengajak Kita untuk hidup sesuai protokol Covid-19: sering cuci tangan pakai sabun, gunakan masker, pysichal distancing, dan seterusnya yang sering Kita lakukan pada era Covid-19 menjadi kebiasaan baru untuk seterusnya (dan mungkin selamanya) yang akan disebut dengan the new normal.

Sementara itu, Vietnam yang sukses karena warganya displin menerapkan protokol Covid-19 dalam kehidupan sehari2. Artinya kita memang tidak punya pilihan lain selain berdamai dengan Covid-19 namun tanpa adanya korban jiwa seperti di Vietnam. Mampukah?

Menjawab itu dengan membandingkan Vietnam maka peran Lembaga Penyiaran (LP) dan Jurnalis menjadi maha penting, sebagaimana di Vietnam, propaganda penerapan protokol Covid-19 dilakukan massif lewat LP dan Jurnalis memberitakan peristiwa di lapangan di akhiri narasi optimisme bahwa wabah akan teratasi jika warga disiplin.

Di Indonesia, mau tidak mau propaganda penerapan protokol Covid-19 harus dilakukan oleh LP dan para jurnalis sehingga nantinya warga akan patuh, disiplin, dan menjadi kebiasaan baru. Di sini pemerintah harus memberikan insentif kepada LP dan para jurnalis.

Perlu diketahui bahwa sekalipun rating penonton tinggi disebabkan WFH, tidak serta merta diikuti dengan tingginya pemasangan iklan. Hal itu disebabkan industri pada umumnya mengalami stagnasi yang luar biasa -- untuk tidak mengatakan mundur atau krisis -- sehingga mereka memangkas anggaran belanja iklan. Jika kondisi ini terus berlangsung maka LP akan membuat pilihan yang paling mudah dan rasional yakni mengurangi karyawan yang sebagian di antaranya adalah para jurnalis.

Di negara2 lain pun insentif dari pemerintah dilakukan. Kanada, umpamanya berkomitmen untuk membantu 600 juta USD kepada Industri media. Denmark, Finlandia, Portugal, Jerman, dan India memberikan insentif kepada Jurnalis untuk membuat liputan tentang Covid-19. Kita memang tahu bahwa pemerintah pun saat ini sedang kesulitan anggaran. Oleh karenanya, jika pun tidak Ada insentif, maka beban listrik, pajak kepada LP dapat ditinjau ulang atau pun BPJS tidak perlu dibebankan kepada Jurnalis dalam era Covid-19 ini.

Di saat yang sama, dapat digagas penarikan pajak yang maksimal dari media baru (platform digital) -- seperti Facebook dan YouTube karena selama ini mereka mendapatkan konten dari jurnalis dan LP, dan media baru menikmati keuntungan yang tidak sedikit -- yang diperuntukan untuk jurnalis dan Lembaga penyiaran.

Demikian pendapat Saya dalam webinar ini. (*)


Sumber : sindonews

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.