-->

Latest Post

Oleh : Gusni S.Pd

Banyak orang yang memanfaatkan kesempatan untuk saling bersilaturahmi sesama teman, atau sanak saudarnya di bulan suci Ramadhan yang penuh berkah ini dengan cara mengadakan Buka Puasa Bersama alias ('BukBer') di berbagai tempat seperti, restoran, cafe, di kediaman salah satu teman ataupun tempat lain yang bisa digunakan sebagai tempat ajang Bukber.

Mungkin semua sudah tau kalau "Buber" kini telah menjadi trend di kalangan masyarakat apalagi mereka yang tergabung dalam komunitas tertentu. Biasanya mereka memiliki acara Bukber yang tak kalah menariknya dari grup-grup lain. Ini terbukti dengan banyaknya tulisan di status Media Sosial (“Medsos”) saat mereka menghadiri acara Bukber bersama rekan-rekan sejawat maupun seprofesinya.

Tapi, Bukber juga bisa menjadi momen yang paling menyenangkan manakala kita menikmatinya dengan tetap menjalankan kewajiban kita sebagai umat yang selalu taat akan perintah yang telah Allah berikan pada kita semua. Yaitu, meskipun kita ikut acara Bukber dimana saja namun kita tetap melaksanakan sholat Maghrib. Mungkin kita semua paham, hakikat BukBer itu sendiri adalah mensyukuri rizki yang telah Allah berikan sehingga kita bisa menikmati hidangan disaat buka puasa bersama. 

Pernahkah hal itu kita temui disaat acara Bukber sementara teman-teman kita justru banyak yang terbuai oleh acara tersebut hingga melupakan hal yang wajib untuk menunaikan sholat Maghrib yang waktunya mungkin sangat singkat sekali, dengan sholat Isya.

Hasil sharing pengalaman sesama rekan-rekan sejawat saat mereka menghadiri acara "Bukber" ternyata banyak teman-teman yang tidak menunaikan sholat maghrib. Mereka malah asyik bercengkrama dan bersenda gurau ditempat acara Bukber tersebut hingga melupakan kewajibanya.

Dan, ketika diajak melaksanakan sholat, alasan merekapun beragam. Ada yang mengatakan tempat sholatnya kurang bersih, air wudhunya kecil, atau lupa bawa mukena, lebih aneh lagi ada yang bilang nanti dijamak saja dengan sholat Isya di rumah. Begitu mudahnya sholat fardhu itu ditinggalkan. Hal senada juga telah diungkapkan oleh suami saya ketika ia mendapat undangan acara "Bukber" dengan teman alumni kampusnya. Ditempat terakhir acara 'Bukber' yang ia datangi bersama  rekan kerjanya.

Suami saya seringkali melihat setelah acara Bukber selesai, banyak temannya yang masih berhaha-hihi, berfoto-foto atau tetap duduk manis di tempat acara Bukber berlangsung hingga akhir acara usai,  tanpa mau diusik sedikitpun waktu mereka untuk beberapa saat menunaikan yang wajib yaitu Sholat Maghrib.  berjama'ah.

Namun, sayangnya ajakan tersebut tidak membuahkan hasil. Mereka lebih memilih untuk 'stay' di tempat sambil menikmati kebersamaan dengan rekan-rekan yang lain. Alhasil saat menemukan kenyataan itu, suami saya pun menjadi enggan bila diajak mengikuti acara Bukber lagi. Sungguh sangat disayangkan bila kita yang sudah lelah seharian berpuasa, namun saat tiba berbuka, kita justru melakukan kelalaian yang kita sendiri sangat sadar akan konsekwensinya jika kita meninggalkan sholat fardhu tersebut, itulah kata kata yang terlontar dari suami.

Mengapa ibadah puasa yang kita jalani selama Ramadhan dengan penuh tawadhu harus dinodai oleh kealfaan, mungkin karena kita terbuai dengan suasana kemeriahan Bukabersama. Dengan beraneka ragam makanan yang kita nikmati ditempat mewah tersebut hingga membuat kita lalai menunaikan sholat magrib, kata-kata suami itu yang selalu terngiang ditelinga saya saat ada ajakan dari teman untuk ikut acara "Bukber" di tempat lain.

Berkumpul menikmati kebersamaan saat berbuka puasa dengan sahabat serta handai tolan tidak ada salahnya. Namun alangkah indahnya jika kebersamaan tersebut dihiasi dengan itikad saling mengingatkan satu sama lain buat melasanakan sholat agar tidak tertinggal. Selain keakraban diantara kita terjalin, sudah tentu pahala akan kita dapati.

Maaf, tulisan ini tidak bermaksud menggurui atau menyinggung siapapun, ini sekedar pengingatkan diri saya pribadi dan keluarga agar tidak lalai atau lupa diri dalam situasi apapun. Sebagai sesama muslim, bukankah sebaiknya kita saling mengingatkan akan kebaikan. Saya hanya berharap bisa sedikit menyentuh hati teman-teman semua agar tidak lagi melalaikan atau menunda-nunda waktu sholat, apalagi di bulan yang penuh berkah ini.

Untuk itu, marilah kita manfaatkan bulan Ramadhan ini untuk terus menebar kebaikan dengan sesama disertai juga kekhusyukan beribadah. Karena kita tidak akan pernah tahu apakah kita akan berjumpa kembali dengan bulan Ramadhan di tahun berikutnya...? Hanya Allah yang Maha mengetahui, dan kita tidak akan pernah tau akan hal tersebut.

Sebagai bahan pertimbangan agar acara Bukber kita bisa membawa berkah:

1. Pilihlah tempat acara Bukber yang menyediakan fasilitas untuk sholat.

2. Perhatikan kebersihan toilet atau kamar kecil yang disediakan di tempat acara Bukber, supaya tidak ada alasan bagi peserta untuk tidak melaksanakan Sholat.

3. Berdasarkan pengalaman, untuk mengantisipasi, alangkah baiknya jika peserta Bukber di ingatkan untuk membawa perlengkapan sholat.(*)



MPA,PADANG - Pengamat politik dari Universitas Andalas, Dr. Asrinaldi menjelaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sudah memiliki mekanisme dalam menyelesaikan sengketa pemilu. 

"Jika memang ada masalah pidana dan administratif pada Pemilu, bisa dengan cara aturan hukum atau laporkan ke Mahkamah Konstitusi (MK)", kata Asrinaldi.

Lanjutnya, pada negara demokratis dalam menyampaikan pendapat ataupun aspirasi bisa disampaikan pada tempatnya, namun tidak ada istilah "people power" karena bertentangan dengan hukum dan termasuk inkonstitusional dan tidak demokratis.

"People power jelas inkonstitusional dan tidak demokratis, karena bisa menimbulkan konflik horisontal dan anarkis", jelasnya.

Ia juga mengimbau semua tokoh politik dan masyarakat, jika memang ada pelanggaran dan persoalan lain silahkan dibawa ke Mahkamah Konstitusi. 

"Jika ada sengketa Pemilu, bawa ke MK selagi cukup bukti dan itu pasti dilayani dan diterima. Itu adalah mekanisme yang harus diikuti", pungkasnya.(ar/*)


MPA,JAKARTA - Merespon berbagai pemberitaan terkait wafatnya Luhut FP Aritonang, Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di salah satu wilayah di Tarutung, Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara, Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) telah melakukan kunjungan langsung ke kediaman almarhum Luhut Aritonang di Tarutung, Rabu, 15 Mei 2019. Di kediaman almarhum, Ketua DPC PPWI Tobasa bersama team yang ditugaskan oleh PPWI Nasional telah bertemu dan berkomunikasi dengan istri almarhum, Boru Situmorang.

Berikut ini adalah ulasan detail hasil pertemuan dan penggalian informasi terkait wafatnya Luhut Aritonang yang ditemukan tergantung di pohon di hutan Sirambe di wilayah Desa Parburu 1, Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara.

MISTERI KEMATIAN LUHUT FERRY P ARITONANG

Tarutung, 15 Mei 2019.
Jurnalis PPWI Cabang Toba  melakukan wawancara dengan istri dari Luhut FP Aritonang terkait kematian dari suaminya yang tercinta di sekitar hutan Sirambe Desa Parbubu 1 Kecamatan Tarutung, Tapanuli Utara.
Luhut FP Aritonang sehariannya adalah buruh bangunan, namun pada saat menjelang pilpres dan pileg beliau terpilih menjadi Ketua KPPS dan selama kegiatan tersebut, menurut keluarga tidak ada keluhannya serta tugasnya berlangsung dengan baik atau tanpa beban.

Tapi menurut istrinya "Br. Situmorang" yg pada saat ini sedang mengandung anak yang kedua, bahwa suaminya adalah seorang yang tidak banyak bicara, dan pada Minggu tersebut Bapak Luhut FP Aritonang sering duduk termenung seolah fikiran kosong, dan bila keluarga bertanya padanya tentang apa yang difikirkan, jawaban darinya selalu mengatakan tidak ada apa-apa. Jadi keluarga tidak ada kecurigaan apapun terhadapnya.

Ketika Jurnalis PPWI Cabang Toba Samosir bertanya kepada ibu ini tentang kemungkinan ada yang dicurigai sebagai lawannya, si ibu mengatakan bahwa sepanjang pengetahuan ibu ini, suaminya adalah seorang yang banyak pergaulan, maklum suaminya adalah tukang bangunan. Jadi menurut hematnya suaminya tidak ada musuhnya atau lawannya.

Pada hari Senin, 5/05/2019, Bapak ini keluar dari rumah dengan tidak membawa apa-apa. Dompet serta motornya semua tinggal di rumah, dan tidak memberitahukan kepada siapapun kemana ia pergi. Setelah berselang sang istri mulai bertanya kepada tetangga dan keluarga tapi tak ada yang bisa beri jawaban yang pas.

Sesudah beberapa hari tak kunjung datang atau pulang, walaupun sudah banyak yang terlibat dalam pencarian, namun hasilnya nihil, yang membuat si istri bertanya kepada paranormal yg di sarankan keluarga. Banyak sudah orang pintar ditanyakan oleh si istri namun jawaban tunggu saja dia akan pulang.

Namun yang ditunggu tak kunjung datang, sehingga keluarga yang berdomisili jauh turut membantu dan membawa paranormal ke Desa Parbubu l tersebut, dan menuju ke tempat yg terdeteksi oleh sang paranormal tersebut di pedalaman hutan Tombak Sirambe yang jarang sekali dilalui orang. Dan dengan bantuan masyarakat mencari, sang istri mencium bau busuk dan serta-merta ibu ini berteriak "bau!"

Lalu masyarakat semakin yakin bahwa bau itu adalah petunjuk, merekapun menyebar mencari dan akhirnya ketemu tergantung di pohon tapi sudah membusuk dengan lidah terjulur badan agak menghitam.

Warga tidak dibenarkan menyentuh jasat ini sampai datang fihak yang berwajib. Setelah sang istri mengetahui bahwa mayat tersebut adalah suaminya dgn melihat pakaian  dikenakan untuk bunuh diri, dikarenakan tak sanggup melihat dan menghadapi situasi tersebut ia pun pulang ke rumah dan meratap sejadi jadinya.

Tua-tua kampung berembuk dengan Istri dari bapak yg mati ini beserta orang tua kandung dari yang meninggal, diambil kesimpulan bahwa suaminya langsung di kebumikan tapi harus dihadiri aparat kepolisian. Mengingat jasat tersebut sudah membusuk terlebih dengan banyaknya misteri, "ada  yang mati tak wajar dimana jasadnya tak bisa ditemukan, dan juga teman karibnya dari kanak-kanak sampai dewasa ada dua, dan kedua-duanya sudah meninggal dunia", yang terjadi di desa tersebut, membuat keluarga ini rela dan pasrah bila suaminya dikebumikan tanpa visum et repertum dari dinas terkait.

Dan, setelah fihak kepolisian datang dan mengamati secara visual bahwa Bapak tersebut meninggal akibat bunuh diri karena tidak ada ciri bekas dianiaya, terlebih hutan Tombak Sirambe tersebut jarang dikunjungi orang, jadi dari cirinya bapak ini mati akibat bunuh diri, dan hari itu juga jasadnya dikuburkan di lereng hutan Sirambe tersebut, dikarenakan lereng hutan Tombak Sirambe tersebut juga merupakan areal kuburan dari masyarakat Desa Parbubu 1 tersebut, disamping kuburan ibunya.

Itulah sekelumit kisah nyata dari matinya seorang suami yang baik, yang meninggalkan seorang anak laki-laki dan seorang istri yang sedang mengandung anak kedua. (Team PPWI Tobasa)

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.