-->

Latest Post


MPA, KAB. TASIKMALAYA - Wabah Covid-19 yang melanda selama ini memang menjadi virus yang sangat menakutkan dan mematikan, sehingga pemerintah bekerja ektra untuk mengantisipasi penyebaran wabah tersebut agar tidak menyebar luas di seluruh pelosok tanah air.

Namun dengan banyaknya program pemerintah selama ini dalam penanganan sampai masalah bantuan bagi warga masyarakat terdampak belum menyentuh semua lapisan masyarakat dan profesi masyarakat seperti, profesi profesi yang sangat riskan dalam penyebaran yang membutuhkan alat pelindung diri (APD). Contoh profesi yang sangat rawan yaitu jurnalis/wartawan.

Dengan profesi jurnalis yang notabene seorang pemberi kabar bagi masyarakat butuh perhatian lebih, baik dari pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah dalam SOP kesehatan dalam peliputan setiap tempat ataupun narasumber yang akan di wawancarai.

Ketua DPC PJID ( Perkumpulan jurnalis Indonesia demokrasi ) Tasikmalaya yaitu Yan Daya Permana angkat bicara terkait sampai saat ini belum ataupun tidak adanya perhatian khusus bagi awak media di wilayah Kota ataupun Kab. Tasikmalaya, Yan mengatakan bahwa wartawan atau jurnalis juga warga NKRI , mempunyai kesamaan hak. Dan lagi tidak semua wartawan dan jurnalis bekerja di perusahaan media kapitalis, banyak juga yang bekerja di perusahaan media “gotong royong” , yang harus membiayai medianya sendiri atau urunan serta “bayar oplah” untuk kelangsungan hidup medianya. Ucapnya Kamis (16/04/2020)

Saat ditanyakan apakah tanggapan ketua PJID tentang dampak dari wabah Covid-19 apakah wartawan juga sama harus diperhatikan dari segi sosial ekonominya oleh pemerintah yang ada di daerah masing – masing seperti halnya di ruang lingkup Pemerintah Kota/Kab Tasikmalaya ?

Yan juga mengatakan sangat perlu bantuan dari segi ekonomi, sebab kami kaum marhaen yang punya tanggungan anak istri dan belum lagi kebutuhan untuk pendidikan yang saat ini harus belajar di rumah, kan itu perlu anggaran tambahan juga, terkait bantuan pemerintah saya pikir terkesan lambat dan tidak terbuka, hanya janji tanpa praktek , saya mengkritisi walikota Tasikmalaya, beliau tidak memberikan contoh yang baik saat menghimbau bagaimana penangan covid 19 , pucuk pimpinan kota Tasikmalaya sendiri tidak mematuhinya, mengundang masa berkerumun itu kan menyalahi prosedur sesuai apa yang dianjurkan atau protap penanganan Covid-19. katanya

“Pemkab tasikmalaya pun saya rasa lamban dan kurang memperhatikan dan menghargai tugas para jurnalis, sehingga jangankan masalah perhatian dalam taraf ekonomi dalam kesehatan saja saya pikir dan realita di lapangan tidak ada” tandasnya

Dilain pihak ketua forum wartawan singaparna (FORWASI) Joko Sriyanto juga membenarkan yang disampaikan oleh ketua DPC PJID Tasikmalaya bahwa selama ini jangan perhatian pemkab dalam ekonomi, untuk cek kesehatan wartawan saja saya rasa pihak pemerintah daerah Kab. Tasikmalaya seakan tidak peduli, sedangkan selama ini para wartawan daerah selalu ikut andil dalam publikasi kegiatan pemerintah, katanya

“Saya selaku ketua FORWASI walaupun kami selaku wartawan daerah yang ada di Singaparna khususnya, kami sangat berharap pemerintah Kab. Tasikmalaya bisa respect terhadap kami semua, dalam wabah Covid-19 ini minimal ada perhatian bagi kami” pungkasnya. (*) 


  • Sumber : Liputanglobalnews.com

 Photo Istimewa

MPA, PADANG -  Walikota Padang Mahyeldi Ansharullah turut merasakan duka mendalam atas meninggalnya warga terkonfirmasi positif Covid-19. Empati itu ditunjukkan walikota dengan spontan mengantarkan langsung jenazah ke peristirahatan terakhir di kampung halaman, Nagari Talu, Talamau, Pasaman Barat, Kamis (16/04/2020).

“Kita bersama merasakan duka karena meninggalnya saudara kita karena wabah ini. Ini pelajaran agar ikhtiar kita semakin keras melawan pandemi virus coron,” kata Mahyeldi sesaat akan bertolak ke Pasaman Barat.

Menurut Buya, sapaan takzim Mahyeldi, telah empat kematian dari kasus Covid-19 di Kota Padang. Kasus kematian ini menjadi pelajaran untuk masyarakat agar lebih disiplin dan mematuhi imbauan pemerintah terkait pencegahan virus corona.

“(Kematian) ini pelajaran, agar kita semakin disiplin melindungi diri dari terinfeksi virus corona,” ujarnya.

Buya Mahyeldi berangkat sekira 9.30 WIB, hampir bersamaan dengan mobil jenazah. Jarak yang akan ditempuh lebih kurang 200 KM dari Kota Padang dengan waktu tempuh 3,5 jam.

“Ini bentuk empati kita terhadap keluarga almarhum, karena kita tahu sebagian dari keluarga tidk bisa mengantarkan. Bahkan istri almarhum juga sedang menjalani isolasi karena positif corona,” ucap Buya.

Sementara itu, Pejabat Pemberi Informasi dan Dokumentasi (PPID) RSUP M Djamil Padang Gustavianof menyebutkan, almarhum berinisial A (62 tahun) adalah warga Kota Padang yang dinyatakan positif terinfeksi Covid-19.

“Almarhum meninggal dunia pagi tadi setelah mendapat perawatan sekitar lima hari di Rumah Sakit M Djamil Padang,” katanya (ytd)



MPA, PADANG - Tak dapat disangkal, kehadiran Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) telah menyebabkan kematian di berbagai negara, termasuk di Indonesia, bahkan di Sumatra Barat. Selain dampak kesehatan, imbas dari penyakit yang pertama kali muncul di Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China (RRC) pada akhir 2019 lalu itu, juga telah melumpuhkan sendi perekonomian masyarakat.

Penularan virus yang begitu cepat menyebar dari manusia ke manusia, membuat serangan Covid-19 ini tak ubahnya seperti perang gerilya. Karena selain makhluk halus (mikro) yang tidak tampak oleh kasat mata, korban yang berjatuhan juga tak mengenal status sosial.

Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pemerintah telah mengambil kebijakan dan langkah menjaga jarak sosial (sosial distance) atau membatasi interaksi sosial, tetap tinggal di rumah (stay home), kebijakan belajar, bekerja, dan beribadah di rumah, dan sekarang tengah menyiapkan karantina kewilayah (lockdown) atau membatasi perpindahan orang.


Masalahnya adalah bagaimana negara, dalam hal ini pemerintah, menjamin ketersediaan pangan rumah tangga selama masa karantina wilayah, terutama untuk rumah tangga miskin.

“Pencegahan dan pengobatan secara medis saja tidaklah cukup. Tapi juga harus diikuti dengan kebijakan mendasar, yaitu bagaimana memperkuat ketahanan pangan rumah tangga,” kata Komandan Korem 032/Wbr, Brigjen TNI Kunto Arief Wibowo.

Saat ini kata Danrem, jumlah rumah tangga miskin berdasarkan data BPS September 2019, mencapai 9,22 persen, yang tersebar di daerah perkotaan 6,56% atau 9,86 juta jiwa. Sementara di daerah pedesaan jumlahnya mencapai 12,60% atau sekitar 14,93 juta jiwa, yang mayoritas bekerja di sektor pertanian.


“Jadi, apapun itu kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan realokasi anggaran (APBN, APBD), secara prioritas haruslah memperkuat ketahanan pangan rumah tangga miskin. Ini tak lain agar jutaan nyawa yang berada di garis kemiskinan (Rp 440.538 per kapita per bulan), dapat memenuhi kebutuhan pokoknya, yakni bahan makanan 73,75 persen dan non-pangan 26,25 persen,” pungkas Brigjen Arief.

Ketahanan pangan suatu negara jelas Brigjen Arief, sangatlah penting karena terkait dengan dimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, dan pertahanan keamanan. Karena belajar dari pengalaman sejak Orde Lama dan Orde Baru, ketahanan pangan merupakan persoalan yang sangat krusial untuk pencegahan terjadinya krisis politik.

“Krisis politik terjadi didahului dengan krisis ekonomi dan krisis ekonomi didahului dengan krisis pangan. Hal ini jangan lagi terulang di Era Reformasi, karena biaya politik sangatlah mahal,” jelas Brigjen Arief.

Sesuai amanat UU Nomor 18 Tahun 2012 imbuhnya, ketahanan pangan sedianya mencakupi sisi ketersedian (terutama produksi dalam negeri), serta distribusi dan konsumsinya untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. “Itu artinya, dari sisi penyediaan atau produksi dalam negeri, kita menyelamatkan rumah tangga petani sebagai produsen pangan,” pungkasnya.

Menurut WHO ujar Danrem, dibutuhkan waktu 18 bulan untuk menemukan vaksin corona yang efektif. Sekaitan itu, jelas pemerintah akan sangat kesulitan untuk menghitung berapa ketersedian pangan pokok, dalam hal ini produksi beras yang harus disediakan pemerintah. Karena memang, sampai kini belum diketahui sampai kapan wabah corona akan berakhir.

“Waktu 18 bulan itu adalah masa empat kali panen. Berarti kita mengawal masa tanam empat kali berturut-turut, agar produksi cukup untuk memberi makan 267 juta penduduk Indonesia,” ujar Danrem.

 Ketahanan Pangan Sumbar

Melalui Program BIOS 44 yang terus digalakkan Korem 032/Wbr kata Danrem, pihaknya mengajak masyarakat Sumbar, khususnya para petani, peternak dan petambak, untuk terus melakukan restrukturisasi kembali lahan-lahan bekas tambang, sehingga menjadi layak tanam. Hal ini tak lain bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan masyarakat, khususnya di seluruh wilayah Provinsi Sumatra Barat.

“Kita juga ajak masyarakat untuk memanfaatkan dan meningkatkan potensi lokal melalui pemberdayaan potensi SDA dan segenap potensi SDM, terutama untuk ikut berperan dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat di Sumbar,” ujar Danrem.

Situasi nasional yang saat ini berada di tengah bencana wabah Covid-19, Korem 032/Wbr katanya, akan terus berperan penting melalui wujud kepedulian dengan pemberian imunitas dan edukasi kepada masyarakat, termasuk kepada internal Korem 032/Wbr sejajaran, untuk senantiasa mewaspadai dan mengantisipasi penyebaran Covid-19.

“Kita akan selalu bersama-sama masyarakat dalam memerangi penyebaran wabah Covid-19 ini. Maka dari itu, juga sangat diharapkan peran serta dari masyarakat sendiri, agar selalu mematuhi imbauan-imbauan yang berkaitan dengan langkah dan upaya mengurangi penyeberan virus corona ini. Seperti tidak keluar rumah, rajin mencuci tangan, menghindari kerumunan, menjaga konsumsi dan pola makan, serta selalu menjaga kebersihan lingkungan,” papar Brigjen Arief usai membagi-bagikan hand sanitizer di Kurao Pagang Kecamatan Nanggalo, Padang bewberapa waktu lalu.


Saat ini terang Danrem, juga tengah berlangsung program TMMD yang dilaksanakan di dua daerah di Sumatra Barat, yakni di Kab. Sijunjung dan Kab. Pasaman Barat. Melalui kegiatan ini imbuhnya, diharapkan akan mampu dalam mengangkat ekonomi masyarakat desa yang selama ini terisolir, dengan kurangnya sarana transportasi jalan.

“Dengan mengamati dampak Covid-19 yang ikut berimbas pada meningkatnya gejolak sosial dan menurunnya perekonomian masyarakat, maka melalui program berbagai Korem 032/Wbr, diharapkan dapat mengantisipasi kondisi sosial ekonomi masyarakat dalam hal mendukung dan menjaga ketersediaan ketahan pangan di wilayah Sumatera Barat,” harap Danrem.

Terakhir, sebagai bangsa yang mempunyai Pancasila sebagai ideologi dan falsafah, serta way of life bangsa, Brigjen Arief mengajak masyarakat Sumatra Barat dan anak bangsa di seluruh Tanah Air, untuk bersama-sama menengadahkan tangan dan memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar ujian yang tengah melanda bangsa ini segera berakhir.

“Setelah berikhtiar dan berserah diri kepada-Nya, Insha Allah akan segera terbit terang setelah gelap ini. Mari kita sama-sama berdoa, agar badai corona segera berlalu. Kehidupan bisa kembali berjalan normal,” ajak Danrem. **

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.