-->

Corona Tewaskan 20.000 Orang di AS, Perayaan Paskah Digelar Online

Baca Juga


(Foto: AFP)

WASHINGTON - Jumlah Korban tewas akibat virus Corona di Amerika Serikat (AS) terus bertambah, mencapai Angka 20.000 orang.

Hingga Sabtu (11/4/2020) waktu setempat, sebanyak 20.071 orang meninggal, membenarkan AS sebagai negara dengan kasus kematian tertinggi dari Covid-19 di dunia.

Kematian di AS telah melampaui Italia, yang berada di kisaran 19.400. Sementara Spanyol di tempat ketiga dengan selisih sekitar 100 korban di bawah Italia.

Data yang dikeluarkan oleh Universitas Johns Hopkins juga mengungkapkan bahwa jumlah kasus yang terinfeksi 520.000 orang, tepatnya 519.453.

Meski begitu, ada secercah harapan karena data menunjukkan penurunan infeksi, termasuk di New York sebagai pusat wabah di AS dan di New Orleans.

Akhir pekan ini adalah perayaan Paskah untuk orang Kristen. Sebagian besar gereja di AS akan mengadakan layanan ibadah online. Tetapi ada beberapa yang bertekad untuk terus mengadakan di gereja  gereja.
  
Sementara para pastor dan pendeta mencela aturan medis dan nasehat agar tidak ada pertemuan massal di puncak perayaan Paskah,  dikutip dari , iNews.id Minggu (12/4/2020), meskipun risiko yang harus mereka hadapi ditangkap.

Selain jumlah kematian, ada infeksi baru di New York dan New Orleans.

Konflik internal dalam pemerintahan. Walikota New York City Bill de Blasio dan Gubernur Negara Bagian New York Andrew Cuomo melibatkan masyarakat tentang membuka kembali sekolah-sekolah.
  
De Blasio mengumumkan bahwa sekolah akan tetap diliburkan sampai awal tahun ajaran yakni pada September. Sementara itu Cuomo, dalam konferensi pers, menegaskan bahwa setiap kebijakan terkait dengan wabah dan aktivitas sosial harus terkoordinasi.

"Kita mungkin melakukan itu, tapi kita akan melakukannya secara terkoordinasi dengan daerah lain," kata Cuomo, menunjukkan bahwa negara bagian yang lebih punya otoritas untuk menentukan status sekolah.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya memperingatkan kepada negara-negara agar tidak terlalu cepat mengambil tindakan melonggarkan lockdown.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, salah mengambil tindakan dapat menyebabkan kembalinya wabah dan munculnya kasus kematian baru.

Presiden Donald Trump sebelumnya juga mengatakan bahwa pekan ini merupakan puncak dari wabah di negaranya. Namun di sisi lain, dia mempertimbangkan cara bagaimana roda perekonomian tetap berputar.

"Tapi tahukah Anda, tinggal di rumah juga bisa menyebabkan kematian," kata Trump, merujuk pada keterpurukan ekonomi negara. 


(Ar)



[blogger]

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.