Baca Juga
Ilusetrasi Krakatau (dok BMKG)
MPA, JAKARTA - Ahli Vulkanologi yang merupakan mantan
Kepala Badan Geologi dan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
(PVMBG), Surono alias Mbah Rono buka suara ihwal dentuman yang sempat
menghebohkan warga Jabodetabek tadi malam. Dia menduga dentuman berasal dari
suara Gunung Anak Krakatau yang meletus.
Dia menjelaskan lebih detil mengapa warga Jabodetabek dapat
mendengar suara dentuman tersebut dengan jelas. Menurutnya hal itu karena
kondisi yang sudah malam menjelang pagi dan kondisi jalanan yang sepi.
"Yang pasti Gunung Anak Krakatau meletus. Apalagi saat ini kondisi sepi, tidak ada
kendaraan lalu-lalang, tidak ada kegiatan manusia," tuturnya seperti
dilansir iNews.id, Sabtu (11/4/2020) pagi.
Dia menambahkan, hal yang perlu diwaspadai oleh masyarakat
adalaeh dampak setelah dentuman ini
terjadi terus-menerus. Menurutnya, hal itu dapat membuat longsoran yang dapat
berakibat tsunami di daerah sekitar Gunung.
"Seharusnya sering meletus sebagai gunung api muda. Yang
paling bahaya, longsoran pemicu tsunami," tuturnya.
"Pernah satu tahun tidak berhenti (dendumannya), guna
membangun tubuhnya supaya tinggi dan besar," katanya melanjutkan.
Namun, dia kembali menjelaskan, letusan Gunung Anak Krakatau
tidak dapat menyebabkan tsunami secara langsung. Yang menyebabkan tsunami,
longsoran dari Gunung Anak Krakatau.
"Letusan besar dan memicu tsunami? Tidak, dia bukan
Ibunya, dia hanya Gunung Anak Krakatau, yang tahun 2012 telah ditulis dalam
jurnal ilmiah, dimana longsorannya dapat memicu tsunami," ucapnya.
Mbah Rono menjelaskan,
di kondisi seperti ini, kecil kemungkinan Gunung Anak Krakatau akan meletus
dengan volume yang besar. "Bahkan dapat dikesampingkan Gunung Anak
Krakatau akan meletus besar," tuturnya.
Gunung Anak Krakatau meletus Jumat (10/4/2020) pukul 22.35
WIB. Informasi yang disiarkan (PVMBG) ketinggian letusan kolom abu mencapai 500
meter di atas puncak permukaan laut.
"Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas
sedang hingga tebal ke arah utara. Erupsi ini terekam di seismograf dengan
amplitudo maksimum 40 mm dan durasi 2284 detik," dikutip dari laman Data
PVMBG, tingka aktivitas Gunung Anak Krakatau pada Level II (Waspada) sejak 25
Maret 2019. Gunungapi berketinggian 157 m dpl ini mengalami peningkatan
aktivitas vulkanik sejak 18 Juni 2018 dan diikuti rangkaian erupsi pada periode
September 2018 hingga Februari 2019.
Letusan terakhir sebelumnya terjadi pada 18 Maret 2020 dengan
tinggi kolom erupsi 300 meter di atas puncak. PVMBG meminta masyarakat atau
wisatawan tidak mendekati kawah dalam radius 2 km dari kawah, Jumat
(10/4/2020). Data PVMBG menyebut, tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau pada
Level II (Waspada) sejak 25 Maret 2019. (*)